bab 21

4.9K 722 45
                                        

Warning typo❗❗
Maaf kalo ada kata yang kurang nyambung yaa
Minta tolong kalian tandai aja ya kalo ada typo atau yang gak nyambung, nanti biar aku benerin
Makasih 💚

Happy reading 💚


   Aquila tengah menyiapkan perlengkapan Regan ke kantor, ia sudah belajar dari Renatha bagaimana mengurus suami. Meskipun hanya sedikit tapi sangat bermanfaat untuk istri pemula seperti Aquila. Selesai menyiapkan perlengkapan sang suami Aquila turun menemui sang kakak yang menunggu dirinya. Tadi setelah shalat subuh Andre baru sampai di rumah dan menemui adiknya untuk meminta maaf karena tidak bisa memberikan kabar.

"Kakak kangen minum teh bareng kamu kaya gini." kata Andre

   Sekarang Aquila dan Andre tengah duduk di kursi santai dekat kolam renang, sudah lama sejak kesibukan Andre yang semakin memakan waktu membuat mereka tidak bisa menghabiskan waktu bersama bersama. Biasanya mereka akan duduk minum teh bersama di pagi hari satu atau dua Minggu sekali. Bercerita kegiatan masing-masing yang menyenangkan.

"Aquila, kamu tau kan kita cuma hidup berdua di dunia ini. Kamu satu-satunya yang kakak punya, kakak gak mau kehilangan kamu." kata Andre tiba-tiba, membuat Aquila tersenyum maklum pada kakaknya yang beranggapan ia akan pergi karena sudah menikah.

" Aquila gak akan kemana-mana, kita akan terus hidup bersama sampai kapanpun. Kakak gak akan kehilangan Aquila begitu juga sebaliknya." jelas Aquila lembut seraya mengelus punggung tangan kakaknya.

   Andre menghadap Aquila, memandang mata indah sang adik dalam. Ia terus memandang adiknya dalam membuat Aquila heran dengan tingkah Andre.

"Kakak mau kita hidup kaya dulu, kamu mau kan pisah sama Regan setelah anak kalian lahir nanti. Lalu kita mulai semuanya dari awal lagi." pinta Andre penuh harap.

"Kakak kenapa ngomong gitu, Aquila gak mungkin ninggalin Regan gitu aja. Aquila juga gak mungkin pisahin anak dan ayah karena keegoisan semata. Lagipula nggak ada alasan, untuk Aquila meninggalkan Regan." tolak Aquila, air matanya sudah siap keluar. Sejak hamil, ia jadi cengeng dan mudah tersinggung. Itu, membuat Aquila tidak bisa banyak berinteraksi dengan orang, karena suasana hatinya yang suka berubah-ubah dalam waktu singkat.

"Kamu bisa kasih anak itu ke Regan dan keluarganya, dia pasti bisa rawat anak itu dengan baik. Kakak mohon, kamu tinggalin Regan setelah anak itu lahir dan kita pindah keluar negeri, untuk memulai semuanya kaya dulu." paksa Andre, tangannya menggenggam erat kedua tangan mungil adiknya. Wajahnya benar-benar memperlihatkan jika ia ingin sekali adiknya setuju dengan keputusannya.

"Maaf kak, Aquila gak bisa. Aquila udah punya suami dan sebentar lagi mau jadi ibu, Aquila harus belajar menjadi wanita bertanggung jawab yang memikirkan masa depan anak Aquila nantinya. Sekali lagi maaf." Aquila melepaskan tangan Andre kasar, lalu berlari menuju kamarnya.

   Pintu di buka dengan kasar, membuat Regan yang sedang memasang kancing kemejanya kaget. Rasa terkejutnya semakin bertambah saat Aquila datang dengan mata berkaca-kaca lalu memeluknya erat. Ia memilih untuk tidak langsung bertanya karena sudah pasti Aquila tidak akan menjawab. Di peluknya erat sang istri guna memberikan ketenangan, hatinya terasa tercubit ketika terdengar isak tangis Aquila mulai terdengar.

"Aku mau kita tinggal berdua, aku gak mau disini hiks hiks." isak Aquila tidak jelas.

"Kenapa mau tinggal di luar? kamu bilang mau nemenin kak Andre, kan? " Regan bertanya dengan suaranya yang begitu lembut dan pelan.

"Gapapa, sekarang aku mau tinggal berdua aja sama kamu. Aku mohon kita tinggalin rumah ini secepatnya ya, kamu mau kan?" Aquila mendongak menatap wajah suaminya yang tampak heran dengan permintaannya. Mungkin Regan bingung karena ini terlalu tiba-tiba, apalagi dulu Aquila selalu bilang akan terus berada di samping sang kakak

Regan dan Cintanya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang