SAKSI

27 1 2
                                    

"Teeet, Teeet", bunyi bel sekolahku menandakan sekolah telah usai. Aku, Mix dan Mike tidak langsung pulang. Sepulang sekolah, kami bertiga nongkrong di kantin. Kami bertiga sudah berteman sejak tk,karena itu kita selalu bersama dari tk sampai smp. Dan setiap pulang sekolah kami akan selalu bermain di rumah Mike, (biasanya nongkrong dulu di kantin sebelum ke rumah mike) dan orang tua kita mengetahui hal itu. Kadang kita bermain sampai jam stengah sepuluh malam. Bahkan kalo libur sekolah kita bisa saja menginap di rumah Mike.

'Mix, kau jam berapa mau ke rumahku'? Tanya Mike.

'sekarang, aku pulang bareng kalian', Jawab Mix.

'bukannya hari ini hari rabu. Rabu kan orang tua mu libur',tanyaku.

'bos orang tua ku nyuruh mereka masuk. Nggak tau katanya klien banyak atau apa gitu nggak ngerti'.

Orang tua Mix adalah seorang yang selalu bekerja. Mereka selalu bekerja sampai jarang dirumah. Karena Mix merupakan anak tunggal dan mencari pembantu akan susah, orang tuanya menitipkan Mix ke rumahnya Mike. Itu sudah berjalan setiap hari. Dan nanti di jam setengah sepuluh malam, orang tua Mix akan menjemput nya.

'Max, kau langsung ke rumah ku atau pulang dulu'? Tanya mike.

'aku langsung ke rumahmu'.

'orang tuamu baliknya kapan sih'? Tanya Mix.

'nanti hari senin mereka balik', jawab ku.

Orang tua ku sedang melakukan perjalanan ke luar kota karena mereka bilang ada urusan kerjaan. Dan kakak ku dia juga ngekos diluar kota karena dia kuliah. Alhasil, aku tinggal sendirian di rumah. Walaupun hanya 2 minggu orang tua ku meninggalkan ku.

Sementara Mike, orang tuanya bekerja di rumah. Ibunya ibu rumah tangga, bapaknya seorang penulis. Dan dia merupakan anak pertama di keluarga. Dia mempunyai 3 adik. Karena itu Mike jarang ditinggal orang tuanya. Akhirnya jam menunjukan jam setengah sepuluh malam. Mix dijemput oleh kedua orang tuanya. Sementara aku pulang sendirian.

Saat di perjalanan, aku melihat ada sebuah gang yang kecil. Aku melihat ada orang yang sedang menusuk nusuk sesuatu. Aku kira dia sedang kesulitan, aku akhirnya berinisiatif membantunya. Dibawah sinar bulan dan kegelapan di langit, aku berjalan pelan menuju sebuah gang kecil tersebut, terdapat lampu sorot di gang tersebut. Akhirnya aku mendekati orang tersebut.

'halo, ada yang bisa kubantu'? Tanya ku sambil melihat apa yang dia sedang dia tusuk.saat melihat, ternyata dia sedang menusuk orang. Aku jatuh ke belakang karena kaget. Dia akhirnya membalikan badannya. Sambil bersimpahan darah dan memegang pisau, dia terus mendekatiku. Aku terus berjalan mundur ke arah belakang dan dalam posisi duduk.

Akhirnya aku mulai berdiri untuk siap siap lari, orang itu melihat emblem sekolah ku,dan dia terus melihat wajahku seolah ingin menandai ku. Aku pun juga dengan jelas dapat melihat wajahnya karena ada lampu sorot. Aku pun berlari sekuat tenaga tanpa menengok ke belakang. Sesampainya di rumah aku langsung cuci tangan, ganti baju dan langsung tidur. Aku menutupi seluruh tubuhku dengan selimut agar dia tidak dapat mengintaiku saat aku tidur. Begitu pikiranku.

Akhirnya besok di hari kamis, aku sekolah seperti biasa. Selama sekolah, aku tidak bisa sekolah dengan tenang, karena aku masih saja kepikiran kejadian semalam. Dan wajah pembunuh itu masih terbayang bayang di wajahku. Saat mau pelajaran matematika, wali kelasku masuk ke dalam kelasku.

'anak anak. Bu Rika dan keluarganya akan pindah ke luar kota. Jadi untuk guru matematika akan ada guru baru. Sekarang dia lah yang akan mengajar matematika. Tunggu sebentar ya. Dia ada di luar kelas. Saya panggil dulu.',kata wali kelas ku.

Saat guru baru matematika itu masuk ke kelas, aku merasa seperti ada aura kejahatan, aku merasa seperti ada yang mengawasi ku. Seakan akan aku tak bisa bebas dari pengawasan itu.

SAKSIWhere stories live. Discover now