I'm Ok?

101 14 18
                                    

Menguap lebar, Bumi lantas melempar dengan asal bantal yang menutupi wajahnya.

"Aduh pantat gue!" niat hati ingin menyingkirkan selimut yang menggulung tubuhnya, Bumi justru jatuh menggelinding sampai ke lantai.

"Oh my God!! Ya Allah, ya Tuhanku, hamba-Mu ini terlambat sekolah!" belum selesai dengan urusan selimutnya, Bumi sudah dibuat panik dengan jarum jam yang menunjukkan pukul 09.00 pagi.

Berlari keluar kamar, Bumi heboh berteriak mencari-cari keberadaan abangnya, "Bang Banyu! Bang! Gue ter-"

"Apaan sih dek?" itu Ayah yang sedang duduk santai di teras rumah. Menutup korannya, ayah lantas menatap malas ke arah sang anak, heran saja dengan kelakuan satu anaknya itu, "Heboh banget, udah kayak mobil keliling yang jualan perabotan serba lima ribuan aja!"

"Loh kok Ayah masih di rumah? Lagi bolos?" Bumi malah balik bertanya.

"Mbolos mbahmu! Cah... Cah..."

"Mbahku yo bapakmu!"

Ayah dan anak itu malah saling sahut-sahutan.

"Serius nanya deh Yah, kok Ayah masih di rumah?" Bumi benar-benar penasaran.

"Baiklah Ayah akan jawab dengan serius, ini 'kan hari Minggu wahai anakku yang tampan rupawan! Jad-"

"Astaghfirullah! Jadi ini hari Minggu? Bisa-bisanya aku lupa Yah!" sambar Bumi membuat ayah kaget bukan main.

"Perasaan nih anak dibuat bukan pas lagi bulan puasa apalagi malam tahun baru, heran banget kenapa hobinya ngagetin kek petasan..." ujar Ayah pelan.

"Hah? Kenapa Yah? Ngomongnya jangan bisik-bisik, aku nggak dengar nih!"

"Ayah bilang, mangkannya besok lagi kalau abis sholat subuh jangan tidur lagi, jadi lupa waktu gitu kan? Dapat berapa lembar coba tadi ngajinya?"

Bumi menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Hehehe... Maaf Yah, semalam Bumi mabar sama Yanto sampe jam satu, jadi abis sholat ngantuk banget. Eh, tapi Bumi dapat selembar kok Yah ngajinya! Hebat kan? Biasanya juga kalau habis sholat subuh Bumi cuma kuat sampe setengah lembar!"

Ayah geleng-geleng, "Kamu mabar sama Yanto yang mana? Perasaan kawanmu nggak ada yang namanya Yanto, dek?"

"Itu loh Yah, mas Yanto yang jualan cimol di ujung jalan! Ternyata kerjaan sampingannya itu nge-ff, hebat banget dia jualan akun sampe istrinya bisa Shopee cod setiap hari, udah gitu istrinya nggak pernah dibiarin nyuci, semua di laundry pake uang hasil jual akun, ciri-ciri suami memuliakan istri banget kan Yah? Yaa... Sebelas dua belas lah kayak Ayah, bedanya Ayah jadi dosen."

Ayah tertawa mendengar jawaban panjang Bumi, "Terus semalam kamu menang?"

"Hoo ya tentu saja!" Bumi sudah jumawa, menepuk-nepuk dada sambil mengangkat bahu tinggi-tinggi, "Tidak!" yang kemudian meluruh diikuti dengan suara gelak tawa.

"Jadi anak Ayah nggak pro nih mainnya?"

"Eitss bukan gitu Yah," Bumi lalu mengambil posisi duduk di samping Ayah, memasang ekspresi serius lalu bercerita, "Jadi, mas Yanto bilang istri keduanya masih hamil sembilan bulan, sebentar lagi mau launching, jadi mas Yanto butuh banyak uang, sedangkan istrinya nggak mau dirawat di kelas 3, katanya ntar keramean, berenam udah kayak mau kocokan arisan aja, jadi dia minta yang kelas VIP, padahal cicilan BPJS mas Yanto dan sekeluarga itu yang tiga puluh lima ribu per orang. Singkat cerita, aku merasa kasihan, sebagai anak yang baik, aku tolong lah mas Yanto dengan mengalah alias pura-pura kalah, supaya Mas Yanto bisa jual akun ff lagi untuk lahiran istrinya."

Ayah melongo mendengar cerita panjang dari Bumi, sedetik kemudian ia terbahak-bahak, "Anak Ayah baik banget ya?"

"Iya dong! Anak Ayah gitu loh!" jawab Bumi penuh percaya diri sambil menepuk punggung ayah.

RemoveWhere stories live. Discover now