Kerja, kerja, dan kerja. Siapa? Aku. Lelah sih, tapi jangan nyerah. Biasanya orang-orang seumuranku sedang menikmati masa-masa menjadi MABA. Ekonomiku sepertinya tidak mendukungku untuk menjadi seorang mahasiswa. Hidup hanya dengan orang yang paling berharga bagiku, Bunda. Tinggal di kontrakan kecil di tengah kota besar, banting tulang untuk mencukupi kebutuhan, tidak punya ayah, bersyukur sekali masih ada Bunda yang menemani hariku.
Apakah kalian berpikir bahwa aku baru masuk kerja setelah lulus sekolah? Jawabannya tidak. Aku sudah bekerja dari kelas 10 SMA. Berangkat sekolah pagi-pagi, lalu melanjutkan jam kerjaku pada sore hari hingga malam menyapaku untuk pergi. Kalau ditanya capek jawabannya, iya. Bayangkan saja, tugas sekolah yang begitu banyak ku kerjakan ketika sedang bekerja. Tidak usah dibayangkan, aku tidak mau kalian kelelahan.
"Masa depanmu masih panjang, loh. Kamu ngga mau kuliah?" Setiap hari pertanyaan seperti itu menghampiriku. Kalau ditanya pengen kuliah pasti jawabannya, iya. Tapi kembali lagi dengan ekonomiku. "Kamu pintar, masih bisa mencari beasiswa." Ku jawab tidak. Orang-orang saat ini menganggapku pintar.
Semuanya akan berubah jika aku meninggalkan bundaku untuk kuliah. Bodoh kalau kataku meninggalkan Bunda hidup sendiri dan mencari nafkah sendiri. Sebenarnya bunda juga menyuruhku untuk kuliah, tetapi aku yang tidak tega.
Aku siapa? Anak tunggal dari keluarga yang dulunya bisa dikatakan terpandang lalu semuanya hilang begitu saja setelah terbongkar bahwa ayahku menggelapkan uang perusahaan. Maklum kalau kataku. Orang seperti ayahku memang harus dihukum oleh yang maha kuasa. Kekayaan tidak bertahan selamanya dan semua akan kembali kepadanya. Harta dari keluargaku telah habis untuk mengganti semua uang yang telah dipakai foya-foya oleh ayah. Tidak apa-apa, lebih baik aku hidup sederhana dengan uang halal daripada berlimpah harta dengan uang haram.
Hampir lupa, aku tidak menganggapnya ayah. Siapa yang mau menganggapnya ayah jika dia meninggalkan keluarganya ketika masa sulit menghantam keluarga. Bundaku kuat sekali, wanita hebat kalau kataku.
Sudah-sudah, tidak usah membahas ayahku. Sekarang, kembali tentangku. Apa kalian benar-benar ingin mengenalku? Apa kalian ingin tahu namaku? Ingin ku beri tahu tapi kamu harus melakukan ini dulu. Sekarang pejamkan matamu, setelah hitungan ketiga buka matamu. 1, 2, 3! Buka matamu! Hei, buka matamu kawan. Oh iya, tidak terdengar sampai sana ya?
Jika kalian ingin mengenalku, baca ceritaku! Kamu harus membacanya sampai akhir! Ingat? Sampai akhir! See you di akhir ceritaku.