Lonceng pintu berbunyi, tanda seseorang masuk tempat kerjaku. Apron warna merah melekat di tubuhku beserta topi yang berada di atas kepalaku. Food tongs di tangan kanan, box di tangan kiri, dan tak lupa sarung tangan yang wajib kupakai. Aroma manis dan lezat akan menyapa siapapun yang masuk ke dalam sana. Apakah sudah bisa menebak pekerjaanku? Yak, tepat sekali. Aku adalah pelayan di sebuah toko roti.
"Ada yang bisa saya bantu, Bu?" Tanyaku pada pelanggan yang baru masuk itu.
"Mmm, bisakah aku memesan kue ulang tahun untuk hari ini?"
"Tentu, anda bisa melihat kue ulang tahun yang anda inginkan di sini." Jawabku dengan senyuman hangat seraya menyodorkan buku yang berisi foto kue.
Ibu itu tampak memilih jenis dan topping yang kiranya cocok untuk seseorang. Tak lama kemudian, ibu itu kembali kepadaku.
"Aku ingin kue ini, tolong siapkan kue ini." Tunjuk ibu itu pada kue red velvet dengan sentuhan emas yang begitu elegan.
"Baik. Nama siapa yang bisa saya tulis di kue dan lilin angka berapa yang dibutuhkan?"
"Tolong tulis nama Michela dengan lilin angka 17."
Aku meminta wanita itu menuju kasir dan mempersilahkannya duduk di tempat yang telah disediakan. Segera bergegas menuju dapur, mengambil kue red velvet, lalu menghiasi kue tersebut sesuai topping yang diinginkan oleh wanita tadi, tak lupa dengan nama 'Michela' sesuai seperti yang disebutkan. Hanya butuh waktu 10 menit, dan aku kembali ke depan. Memasukkan kue itu dalam box, mengambil lilin angka 17, dan pisau yang harus ku taruh di dalamnya.
"Kue ulang tahun red velvet sudah siap," Tidak ada jawaban yang menyahutiku.
"Kue ulang tahun red velvet?" Ulangku tapi tetap tidak ada jawaban.
Aku mencari wanita itu di luar toko. Mungkin wanita tadi sedang jalan-jalan, pikirku. Aku tidak menemukan siapa-siapa disana. Aku memutuskan untuk kembali ke dalam toko dengan kue yang telah dipesan oleh wanita itu. "Lalu bagaimana nasib kue ini? Argh..."
"Jeje," Panggil teman kerjaku tiba-tiba.
"Iya, ada apa?"
"Aku menemukan ini di atas meja tunggu. Oh iya, bukankah kau tadi mencari seorang wanita? Orang itu pergi keluar entah kemana ketika kau masuk ke dapur. Lihat, aku menemukan ini di meja yang ia tempati tadi. Apakah kau kenal dengannya?"
"Siapa wanita itu? Bahkan wajahnya saja aku tidak tahu, dia memakai masker."
Aku menerima secarik kertas yang diberikan oleh temanku. Apa kalian tahu isinya? Isi dari kertas itu adalah tulisan tangan seseorang. Tertulis alamat rumah di sana.
Jl. Flamboyan, rumah No. 203, warna putih.
Tolong antarkan kue itu, Jeje.
"Apa? Aku harus mengirim kue itu ke alamat ini? Yang benar saja, rumah itu sangat jauh dari tempat kerjaku. Mengirim kue juga bukan pekerjaanku, ada kurir sendiri yang mengantarnya." Keluhku.
"Kalau begitu, cari saja kurir yang biasanya mengirimkan kue dari toko kita. Semoga tidak cuti, semoga."
"Hmm, baiklah."
Aku segera mencari kurir yang bertugas mengirimkan kue kepada pelanggan. Akan tetapi, hari ini kurir itu cuti. Aku harus bagaimana sekarang? Apa aku harus mengantarnya sendiri? Sepertinya, iya. Aku harus mengantarnya demi pelanggan pertamaku hari ini.
Aku menuju ke ruang ganti untuk melepas apron dan topi yang kukenakan. Segera menuju ke tempat parkir, lalu menaiki sepeda dan tak lupa jaket melekat di tubuhku. Hari ini dingin sekali, tidak seperti biasanya. Ku letakkan kue itu di keranjang depan. Tiba-tiba aku sadar akan satu hal.