Dua

4 2 0
                                    

Happy Reading!


Waktu berputar dengan cepat. Siang telah berganti menjadi malam. Malam ini adalah malam minggu yang menyedihkan untuk Winny. Harusnya dia sedang pergi berkencan dengan Juna, tapi yang terjadi malah sebaliknya, dia melalui malam minggu sendirian di kamar. Orang tua Winny pergi makan malam bersama kolega mereka, sedangkan Dinda dan Sisil lagi asyik berbelanja di mal yang tak jauh dari rumah Winny. Merasa bosan sendirian di rumah, Winny memutuskan untuk menelepon Juna, pacarnya yang berumur 5 tahun lebih tua dari Winny. Panggilan pertama tak diangkat oleh sang kekasih. Sampai akhirnya panggilan kelima baru diangkat Juna.

"Hallo, Sayang," sapa Juna di seberang sana dengan lembut.

"Kok baru diangkat?" tanya Winny tanpa basa-basi.

"Maaf, gak kedengaran, Sayang. Aku baru liat ponsel," jelas Juna pelan.

"Kenapa bisa gak kedengaran? Kamu lagi dimana?" tanya Winny lagi.

"Handphone aku silent. Lupa diaktipkan tadi. Aku lagi di Rose Cafe sama teman-teman kuliahku," jelas Juna lagi.

"Pantesan kamu gak ada kabar, ternyata kamu lagi asyik ngumpul bareng teman-temanmu. Sedangkan aku sendirian di sini menunggu kabarmu yang menghilang dari kemarin malam," ungkap Winny dengan sedikit emosi.

"Maaf, Sayang. Kemarin malam handphoneku habis baterai. Pulang kerja aku langsung tidur, kelelahan. Dan hari ini, kerjaan aku banyak di kantor, jadi belum sempat kasi kabar," jelas Juna.

"Banyak kerjaan? Seriously?" tanya Winny dengan nada menyindir.

"Benaran. Untuk apa aku bohong? Aku---"

Belum sempat Juna menyelesaikan ucapannya, terdengar suara wanita yang tak asing menurut Winny berkata, "Jun, ayo pulang. Aku mau ambil pakaian dulu di rumah."

Winny samar-samar mendengar Juna menyuruh wanita itu jalan lebih dahulu. Suasana hening sejenak. Beberapa detik kemudian, Winny bertanya dengan nada curiga, "siapa wanita itu? Mau kemana kalian? Ini yang kamu bilang banyak kerjaan?"

"i... ituuu, temen. Iyaaa, temen," sahut Juna gugup, setelah tenang dia menerangkan lagi, "dia teman aku. aku dan teman-teman kuliahku mau nginap di vila. Kerjaannya udah selesai tadi sore, Sayang."

"Kok gugup gitu jawabnya? Nginap bareng cewek? Kalau kerjaan kamu udah selesai tadi sore,  kenapa kamu gak ngabarin aku dari tadi?" murka Winny.

"Kamu curiga sama aku? Kita perginya ramai-ramai kok. Sepuluh cowok, sepuluh cewek. Aku lupa, baru liat handphone waktu kamu telepon ini," jelas Juna masih berusaha tenang.

"Wajar dong aku curiga. Wah, keren itu, berpasang-pasangan. Kamu lupa untuk kasi aku kabar? ReallyHave fun kalau gitu," ujar Winny marah.

"Dia beneran teman aku. kamu gak perlu curiga, Sayang. Tidak seperti itu. Kami semua bersahabat. Jangan marah dong, Sayang," ucap Juna mencoba meredakan amarah Winny.

"Baiklah, aku akan coba percaya. Tapi dengan satu syarat. Kamu gak boleh pergi ke vila bareng teman-temanmu!" tegas Winny.

"Gak bisa gitu dong, Sayang. Aku sudah janji dengan teman-temanku. Gak mungkin aku tidak pergi, sedangkan tadi aku sudah menyanggupi ajakan mereka untuk ikut gabung," jelas Juna.

"Aku gak peduli. Kalau kamu cinta sama aku, kamu akan turuti permintaanku. Kamu ke rumah aku saja. Sebagai balasan kamu gak ada ngabarin aku," ucap Winny.

"Kok gitu sih, Sayang. Teman-temanku sudah nungguin di luar. Masa aku gak jadi pergi? Aku pergi, ya. Gak akan macam-macam atau aneh-aneh kok. Aku janji besok siang ke rumah kamu," ucap Juna membujuk Winny.

"Terserah kamu. Aku tunggu di rumah. Jika kamu nekat pergi, silakan. Jangan hubungin aku lagi. Aku tutup dulu. Bye bye," ucap Winny mematikan panggilannya tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya.

Setelah mematikan panggilannya, Winny memutuskan menelepon Dinda untuk mencari tahu keberadaan kedua sahabatnya. Belum sempat menekan nomor Dinda, chat dari Sisil muncul di layar teleponnya.

[Win, sorry. Kami gak jadi nginap di rumahmu. Kami dalam perjalanan pulang. Orang tua Dinda pulang dari dinas luar kota.]

[Oke. Titip salam buat orang tuamu dan orang tua Dinda, ya.]

Setelah membalas pesan Sisil, Winny melangkahkan kakinya menuju kamar. Ia meletakkan handphone di nakas, kemudian berbaring di atas kasurnya yang empuk. Winny memejamkan mata sembari memijit pangkal hidungnya. Kepala Winny terasa pusing, memikirkan apa pilihan yang akan diambil oleh sang pujaan hatinya. Apakah Juna akan datang menemui Winny atau tetap melanjutkan rencana awalnya untuk menginap di vila barsama teman-temannya?

***

Thanks for reading. Jangan lupa vote, comment and share everyone ^.^


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pengantin SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang