Barang Antik #1 - Cermin Lemari Tua

13 4 0
                                    

"Barang Antik : Cermin Lemari Tua"

Aku hanyalah seorang remaja biasa yang saat ini tinggal dan hidup dirumah peninggalan dari nenek, rumah ini memiliki cukup banyak barang antik dari hiasan rumah hingga perabotan makan. Sebagai orang yang cukup pemalas perihal bersih-bersih entah itu untuk diri sendiri atau lingkungan, tak tau mengapa tiba-tiba muncul niatan untuk bersih-bersih rumah dan yaa.. karna aku cukup pemalas jadi yang ku bersihkan hanya kamarku saja. Kamarku tidak terlalu besar, ruangan besar lainnya ditempati oleh dua saudaraku yang sudah berkeluarga. Dikamarku ada lemari tua dengan dua pintu dan ada satu cermin besar pada bagian luar salah satu pintunya, cermin lemari ini sangatlah kotor banyak bekas poster dan debu tebal sampai membuatku tak bisa bercermin.

Bersih-bersih selesai, debu dan sampah yang ada dipenjuru kamar sudah lenyap dan ruangan berbau harum begitu juga dengan lemari tuanya, cerminnya kubersihkan dengan hati-hati agar tidak rusak. Entah mengapa ada sedikit kepuasan setelah bersih-bersih itu, setelah mandi aku berniat menikmati kamarku yang bersih, dari tiduran sampai berguling dilantai dan aku mencoba sedikit bergaya serta memuji diri pada cermin. Saat bercermin ada sedikit perasaan aneh, entah mengapa semakin lama berdiri menghadap cermin ujung jariku tergetar dan ada perasaan yang sulit dinyatakan dan perasaan itu tidak kurasakan jika bercermin pada cermin lain dirumah ini. Pikiran negatif tak terlintas dibenakku, jadi kuanggap kalau itu adalah perasaan puas setelah selesai bekerja sungguh-sungguh.

Udara sejuk dan lantai yang harum itu sangat nikmat sampai tak terasa kalau aku tertidur sampai larut, ketika terbangun sedikit terasa campur aduk, kesal dan senang terputar dikepala, jam menunjukan pukul 02:17. Saat aku meregangkan tubuh ini merasakan sesuatu dikamar, aku menoleh kiri-kanan dan atas-bawah mataku tak melihat hal janggal, tetapi tidak dengan hidungku ada aroma yang sangat kusuka tapi juga tidak, yaitu aroma melati. Sungguh aku menyukai aroma melati tapi tidak jika malam hari. Aku memilih untuk langsung menyelimut diri dan tidur kembali tapi sial karna aku baru saja tertidur pulas, kucoba menenangkan diri tapi rasanya aroma melati itu semakin kuat dan tulang tengkuk terasa dingin yang bersamaan juga dengan perasaan jika aku sedang diperhatikan dari arah punggungku yang tepat mengarah pada cermin dari lemari tua. Sontak aku langsung bangun dan berpindah ruangan, dan saat berjalan pergi sepintas mataku melihat kalau cermin sedikit gelap.

Pagi harinya sehabis ibadah pagi aku merasa sangat berani untuk mencari tau kondisi aneh dikamar, saat kembali aroma melati itu tak ada tapi benar tentang perasaan aneh kepada cerminnya. Berbeda dari sebelumnya sekarang saat bercermin aku tidak merasa sendiri.
"Ah! Sial banget, malah kejadian begini",

ucapku kencang yang membuat saudaraku bertanya mengapa.
"Entah rasanya dikamar kaya ada orang lain",

mendengar itu saudara-saudaraku ada yang merespon baik dan ada yang jahil,
"biarin aja sih, selama kamu tidak aneh-aneh"
"ntar malem bakal ada yang minta ditemenin nih".

Dan benar saja, warna gelap dari cermin semakin jelas tiap harinya hingga pada titik aku tak bisa bercermin karna warna hitamnya sudah seperti disiram cat, saat itu juga ku mencoba memberanikan diri mengambil bangku dan duduk menghadap cermin tapi karna juga ada perasaan takut aku hanya terdiam.

Entah mengapa semakin lama aku bercermin rasa takut perlahan tertutupi oleh rasa penasaran yang juga bersamaan dengan warna hitam para cermin yang mulai memudar.
"Tolong tunjukan dirimu", spontan terucap

Hal itu membuat cermin menjadi gelap menyeluruh, tapi aku tidak kaget bahkan rasa takutpun tak terlintas, dan tanpa sadar aku menatap cermin cukup lama sampai melupakan banyak hal. Semakin malam bau melati dikamarku sangatlah kuat sampai ada saudaraku yang mempertanyakan bau harum dirumah, dan kali ini bau melati benar-benar nyata setelah ku melihat satu keping kolopak bunga melati pada bangku yang kutinggal didepan cermin.
"Undangan?",

itu hal pertama yang kupikir ketika melihat kelopak bunga tersebut, akupun kembali terduduk menghadap cermin yang saat ini sudah kembali normal. Kupandangi segala sudut ruanganku dari dalam cerminan tapi tak ada satu keanehanpun, kepalaku sedikit bertanya-tanya tak lama kemudian pandanganku tertuju pada diriku sendiri. Mata bertemu mata, tiap detik semakin tenggelam, tiap detik semakin dalam dan tanpa sadar tanganku bergerak sendiri, telunjuk jariku menyentuh cermin dan ...
"Cantik, kamu cantik sekali".

perasaanku saat ini benar-benar puas dan penuh rasa kagum akan kecantikan dari sosok dalam cermin darilemari tua peninggalan nenek. Sosok pada cermin sangatlah cantik juga mungil, mulai saat itu aku sering terduduk menghadap cermin untuk bersantai dan sesekali bercerita tentang keindahan dunia dari buku-buku yang aku khususkan untuknya, Si Kunang-kunang kecil yang memancarkan cahaya nancantik dan terasa hangat.

Barang AntikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang