Barang Antik #4 - Si Tambun yang pemalas

1 0 0
                                    

Barang Antik Extra : Si Tambun yang malas

Rumah penggalan nenek yang kutempati saat ini ada banyak sekali barang-barang antic dari perabotan makan hingga hiasan rumah. Setelah kejadian dengan koin antik sebagai benda keberuntungan hari-hari yang kurasa setelahnya sangatlah berat, kejadian kemarin itu lebih dari tamparan. Pikiranku sangat berantakan pertanyaan kecil menjadi pertanyaan berantai dan berujung menjadi pernyataan pahit, rasanya ada yang mencacah jantungku dengan benda tumpul, benar-benar menyiksa hati.

Selama berhari-hari hanya bermurung dan mengunci diri, saudara-saudaraku tidak terlalu mempertanyakan sikapku karna mungkin saja mereka berfikir aku sedang berada di fase konyol, tapi ternyata ada yang merasa cemas terhadap keadaanku. Si Cantik atau si kunang-kunang sering terlihat terbang berantakan di dalam cermin, senang rasanya kalau ada yang memperhatikanku yang sedang seperti ini. Sudah lewat beberapa minggu dan tiap harinya perasaanku menjadi lebih baik, yaa ini juga berkat si Cantik. Mungkin sedikit aneh, karna pada kali ini aku ingin membahas tentang kucing peliharaan saudaraku, yaa... memang sedikit aneh karna ia bukan termasuk barang tapi tak apalah, karna ada barang antik yang juga peninggalan nenek didekatnya.

Kucing peliharaan saudaraku ini bertubuh tambun, kau tau tamagochi? Bentuknya mirip, kepala bulat, tubuh bulat, dan ujung ekornya juga tergumpal bulat layaknya bagian penggantung, dan warnanya terpadu hitam, putih dan oranye mirip seperti Nyanko-sensei dari salah satu serial fiksi Jepang. Seingatku kucing ini diadopsi dari jalanan oleh bibiku, oh iya kucing ini bernama 'Kabu' singkatan dari kelabu tapi aku memanggilnya Tambun dan ya... ia tak pernah menyauti panggilanku bahkan sekalipun. Ia juga sudah sangat tua, kira-kira umurnya sudah lebih dari 15tahun, karna seingatku kucing ini sudah dipelihara bahkan saat aku masih TK.

Setelah pulih dan mulai berinteraksi dengan penghuni rumah lainnya tentu aku menanyai si Tambun "Si Tambun dimana kak?", tanyaku yang rasanya percuma karna jawabannya sudah kuketahui.

Si Tambun pasti ada dimarkasnya dibawah meja depan kamar tuannya tapi aku dibuat kaget setelah diberi tahu kalau, si Tambun sejak kemarin sering tertidur didepan pintu kamarku. Lantas aku berniat tuk membawanya kedalam kamar dan rasanya sangat jengkel, entah kenapa saat mata kita bertemu yang terlintas dikepalaku selalu seperti ia ingin meludah. Saat dikamar ku interogasi dia, sengaja kutaruh ia diatas kursi didepan cermin dan benar saja kucing yang cukup acuh ini sempat menoleh ke cermin dimana juga bertepatan saat si cantik memancarkan cahaya. Saat itu juga aku lebih mulai lebih tegas dalam menanyainya tapi rasanya menyakitkan, dari cara ia memandang sepertinya ia berkata
"Gak waras ini orang satu".

Waktu yang kugunakan untuk menginterogasinya sedikit percumah karna pikirku dapat berkomunikasi dengannya, seperti dengan si cantik meski hanya sebatas membalas dengan reaksi.

Esoknya kutanyai saudaraku yang juga tuannya, seperti asal-usul dan kenapa ia di adopsi. Dari sini si tambun lebih kukenal karna saat sedang mengobrol ia sedang dipangkuan saudaraku, benar ia diadopsi dari jalanan. Dikatakan dulu bibi mendengar teriakan tolong yang katanya suara itu berasal dari ibu si tambun yang perutnya terkoyak terlindas kendaraan, dimana saat ditemui kondisinya sedang menyusui anak-anaknya, pada saat kejadian itu yang dalam kondisi hidup hanya satu yaitu Kabu. Namanya dipilih bukan karna warna tubuhnya tetapi dari sejarahnya yang kelabu atau kelam. Diceritakan juga kalau pertumbuhannya sangatlah buruk, apalagi saat sudah pindah tangan diberikan ke kakakku yang saat itu merengek ingin memelihara kucing tapi kondisinya menjadi lebih baik setelah nenek berjumpa dengan Tambun, kakakku juga bilang kondisinya semakin baik saat nenek memberinya kalung. Dikatakan kalung tersebut didapat dari pendeta dipulau kucing di Jepang, yang mana pada kalung tersebut terdapat tulisan "Pelindung yang lemah", dan katanya nenek sengaja memilih kalung itu agar si Tambun dapat melindungi siapa saja yang lemah.

Hari itu juga aku menelpon bibi untuk menanyakan beberapa hal tentang si T ambun tapi karna ia sedang sibuk jadi pertanyaan-pertanyaanku tak terjawab langsung melainkan ia memberikan pesan
"Si Kabu kalau lagi bertindak aneh pokoknya segera perhatikan sekitar, soalnya ia selalu berada didekat keluarga yang lagi lemah atau perlu bantuan"

Dari situ kusadari kalau tingkah malasnya itu memiliki alasan, ia yang berdiam didekat kamarku sepertinya karna memang kondisiku yang sedang buruk dan alasan ia memilih bermarkas didekat kamar tuannya sangatlah jelas, karna istri kakakku sedang mengandung dan saat kuingat-ingat ia dulunya selalu berdiam dipintu depan rumah.

Mulai saat ini juga cara pandangku terhadapnya berubah menjadi sangat positif, tapi tetap saja kalau mata kita bertemu cara pandangnya tetap menyakitkan dan dari kisah ini juga aku menyadari beberapa hal diantaranya, nenek yang memiliki lebih dari satu kalung tanda peliharaan dan juga bibi yang kuyakini mengetahui hal-hal mistis atau mungkin saja ia indigo, yaa... untuk hal itu sebaiknya kujadikan sebagai pembahasan lainnya.

Barang AntikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang