41.

1.4K 78 0
                                    

Kalah oleh keadaan

Happy reading!
=====

"Bisa-bisanya gue kalah ganjen dari dia!"

Zhafira meninju udara, berusaha menahan tangisnya. Pasalnya netranya terasa panas sekarang.

"AARGH! GUE BENCI SAMA LO!"

Bruk

Gadis itu terjerambat, begitu kakinya tersandung akar pohon.

"Aw," adu Zhafira. Berusaha untuk bangun dari posisi terjatuhnya.

Zhafira menangis. Hatinya mencelos lagi, mengingat kejadian tadi yang sungguh di luar dugaannya.

Kenapa Yasmin merebut semua yang dia inginkan? Apa Papanya belum cukup? Sampai gadis itu mengambil Zayn juga.

Zhafira menggigit bibirnya, menahan tangisnya agar tidak berlanjut, dan segera menjernihkan pikirannya dalam beberapa detik saja.

Setelah itu, Zhafira melanjutkan langkahnya. Mengambil jalan yang dia yakini akan membawanya menuju lokasi kemping.

Cukup lama berjalan. Zhafira mengerutkan Keningnya. Sadar kalau langkahnya hanya berputar-putar di tempat yang sama.

"Ya Allah.... kayaknya hamba tersesat," gumam Zhafira, mengadu.

Kepalanya menggeleng pelan. Mengenyahkan pikiran buruknya. Dia kembali berjalan, mengikuti instingnya. Berharap, nasib baik akan berpihak padanya. Tapi, semakin lama berjalan, Zhafira semakin tak tahu arah.

"Nih pohon nggak ada yang mau pindahin apa? Perasaan gue ketemu dia mulu," protes Zhafira ketakutan.

Zhafira menghela nafasnya. Sembari mengusap peluh yang membanjiri dahinya. Zhafira menyerah. Kakinya tidak bisa di ajak melangkah lebih jauh lagi. Dia benar-benar pasrah, meski firasatnya kian buruk.

"Gue lapar, haus juga," tukasnya. Mengusap perutnya yang berbunyi. "Cacing-cacing sekalian, hari ini kita puasa berjamaah dulu," tambah Zhafira.

Krek

Sekujur tubuh Zhafira merinding. Mendengar suara pijakan yang cukup keras terdengar.

Zhafira menelan ludahnya. "Itu apaan? Jangan-jangan binatang buas," cetusnya. Menyoroti semak tinggi di hadapannya.

Krek

Suara pijakan itu semakin dekat, dan bertambah banyak saja. Membuat Zhafira yang mencoba tetap tenang, berakhir panik.

"Allahumma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa 'adzaa bannaar."

Zhafira terhenyak. Bisa-bisanya doa itu yang dia ucapkan sekarang, saat situasinya sedang genting.

"Gue ngapain baca doa makan anjir? Gue kan belum siap buat langsung di hap!" Bisik Zhafira frustasi.

Bruk

Zhafira membekap mulutnya, demi menahan jeritan kerasnya. Mendengar suara keras itu sangat jelas.

Badannya bergetar, dan jantungnya berdebar tak karuan. Sampai suara kedua menginterupsi indera pendengarnya.

"Lo ngapain tiduran sih?"

"Gue jatuh bangsat!"

"Ares," gumam Zhafira.

Senyum gadis itu mengembang. Zhafira angkat kaki dari sana, namun baru beberapa langkah, dia memutar haluannya ke tempatnya semula.

"Ares pasti kesini bareng Zayn," ucap Zhafira. "Enggak. Gue nggak mau ketemu sama dia dulu," tukasnya.

Critical Point (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang