L'émeutier

361 51 0
                                    

“Selamat pagi Tuan Sena!” Arsene menghelanapas begitu suara cempreng nan memekakkan telinga itu masuk kedalam indra pendengarnya.

“Tuan Sena sudah sarapan? Sudah mau pergi kerja ya?” Lagi suara cempreng itu terdengar.

“Tuan Se—”

“Saya sudah sarapan dan ya, sekarang saya sudah mau pergi kerja,” jawab Arsene memotong kalimat permpuan didepannya ini.

“Sayang sekali, padahal aku sudah membuat sarapan untuk Tuan Sena,” ucap permpuan itu seraya melirik tempat makan yang dipegangnya.

“Maaf tapi saya sudah sarapan lebih baik kamu saja yang makan,” tolak Arsene.

Permpuan itu menggeleng.
“Enggak bisa begitu dong! Makanan ini khusus aku buat untuk Tuan Sena. Jadi Tuan Sena harus nerimanya,” ucap Kalla, permpuan bernama lengkap  Shaenette Kalla Jo ini menatap harap Arsene.

Arsene yang sudah ditatap begitu mau tak mau menerima bekal yang di berikan Kalla.

Senyuman Kalla mengembang hingga matanya menyipit.
“Makasih Tuan Sena, jangan lupa dimakan ya!” pesan permpuan itu sebelum pamit pergi.

Arsene hanya mampu menghelanapas saat melihat kepergian Kalla, matanya lalu berahli menatap jam Hublot Geneve 582888 miliknya dan alangkah terkejutnya ia begitu melihat jam sudah menunjukkan pukul 08.15 am.

Sial! Dia terlambat! Dengan langkah yang terburu-burupun Arsene masuk kedalam mobil, setelah memastikan tidak ada barang yang tertinggal laki-laki itu langsung menancap gas full mobilnya membelah jalanan kota yang mulai dipadati oleh transportasi umum.

Di sisi lain, Kalla sedari tadi tidak bisa berhenti untuk tersenyum.

Alarick sampai dibuat ngeri olehnya.
“Kal, senyum Lo nakutin orang udah gak usah senyum,” ucapnya.

Kalla berdecak, permpuan itu menatap tajam laki-laki disebelahnya.
“Jangan ngerusak mood pagi gue ya lo, mood gue lagi baik nih,” ucap Kalla membuat Alarick mendengkus.

“Tumben, biasa lemah, letih, lesu, letoy.”

Kalla menghentakkan kakinya saat mendengar tanggapan sang sahabat.
“Bibirmu pengen tak hih!

Kiss aja lebih enak ye’gak?” goda Alarick naik-turunin alisnya.

Kalla membuat gestur seperti orang mau muntah.
“Najis!”

Alarick mengacak gemas rambut hitam legam Kalla.
“Dasar pendek,” ejek Alarick.

“LOH??? KOK UDAH BAHAS TINGGI?” Kalla mendadak sensi.
Alarick menoyor pelan kepala Kalla.

“Gak usah teriak-teriak gak malu apa dilihatin orang-orang,” ucap Alarick.
“Ya, Lo-nya sih nyebelin!” balas Kalla menatap Alarick jengkel.

“Apaan kok jadi gue? Yang gue bilang tadi kan fakta,” ucap Alarick cowok itu membungkuk—mensejajarkan wajahnya dengan wajah Kalla.

“See? Bahkan gue harus nunduk buat ngomong sama Lo,” ejek Alarick membuat wajah Kalla memerah lantaran menahan kesal.

Alarick yang melihat ada perubahan diwajah Kalla sesegar mungkin minggat dari situ.
“Kelas gue udah mau mulai pergi dulu bye-bye cintaku,” ucap Alarick seraya memberikan Kalla kiss bye sebelum menghilang di tikungan koridor.

Alis Kalla terangkat setengah. Tadi Titan itu bilang apa? Kelasnya udah mau mulai?

Perempuan itu tertawa kecil, namun sedetik kemudian wajah cantiknya berubah menjadi datar, kedua tangannya terkepal kuat.

“ALARICK SIALAN! KELAS KITA BELUM MULAI!!” amuk Kalla lalu dengan cepat pergi menyusul Alarick, cewek itu mengabaikan tatapan bingung dari segelintir orang yang melewatinya.

||𝐇𝐢𝐫𝐞𝐚𝐭𝐡||


“Maaf saya terlambat,” ucap Arsene begitu kakinya menginjak ruangan meeting.

Beberapa orang yang duduk disitu dengan spontan berdiri.
“Iya, Pak tidak apa,” ucap salah seorang dari mereka.

Arsene mengangguk lalu mempersilahkan mereka duduk kembali, laki-laki itu lantas melirik sang sekertaris.

“Jadi seperti yang saya bahas tadi, tahun ini perusahaan kita akan membuka cabang baru dibagian pulau Jeju sana, untuk detail lebih lanjut silahkan melihat proposal yang dibuat oleh divis produksi,” ucap Arthur menyerahkan beberapa proposal untuk dibaca.

Setelah membaca seluruh isi dari proposal tersebut, Arsene mengangguk-angguk.

Laki-laki itu kemudian bangkit berdiri sebelum angkat suara.
“Proposalnya bagus, saya secara pribadi suka hanya saja mungkin ada beberapa bagian yang perlu diubah—”

Arsene menatap ketua divisi produksi.

“—sebentar datang keruangan saya. Oke rapat hari ini cukup sampai disini, sekian terimakasih,” tutup Arsene laki-laki itu sedikit membungkuk sebelum keluar dari ruangan meeting.

Clak.

Arsene membuang napas lelah begitu pintu ruangannya tertutup, sembari menyenderkan tubuhnya dikuris Arsene mulai mengambil satu-persatu dokumen yang berada di mejanya.

“Tumben terlambat?” suara di depannya tidak menghilangkan atensi Arsene dari tumpukan-tumpukan dokumennya.

Kenan merotasikan matanya, laki-laki berbadan jangkung itu lalu duduk di meja Arsene.

“Dari Kalla ya?” tanya Kenan begitu mendapati tempat makan berwarna kuning dengan motif matahari tertata rapi di samping tas Arsene.

Kegiatan membaca Arsene terhenti, matanya melirik bekal yang diberikan Kalla tadi.

“hmn, buat Lo aja gua udah makan,” ucap Arsene sebelum kembali fokus pada dokumennya.

“Eh serius?”

Arsene mengangguk.
“Mendingan buat Lo aja, udah pergi sana gua lagi banyak kerja!” usir Arsene yang langsung diikuti oleh Kenan.

“Ken,” panggil Arsene begitu Kenan sudah di ujung ruangan.

“Ya?”

“Sekalian aja Lo balikin ke orangnya, males gua,” pesan Arsene yang dibalas anggukan kepala Kenan.

TBC

↷ Alarick Manuel EnriqueAge: 22

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alarick Manuel Enrique
Age: 22

Kalla's favorite titan

Next?

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang