Lautan yang Memandang Langit

116 13 3
                                    

・‥...━━━━━━━☆☆━━━━━━━...‥・

Cerita ini hanyalah fiksi dan mohon untuk tidak dianggap serius.
.
Mohon dimaklumi jika ada salah kata.
.
Sekian terima kasih!
.
Selamat membaca!

<3

Shandy tahu bahwasanya lautan dianggap sebagai bentuk ciptaan Tuhan yang misterius. Di dalam sana, di titik terdalam hingga cahaya mentari tak dapat menggapai, ada banyak monster yang mereka katakan lebih mengerikan dari apapun. Belum lagi segala keanehan yang ada bersama dengan gelapnya dunia bawah.

Seperti malam ini, ia kembali keluar dari area pemukiman dan melangkah ke tepian. Lautan tempatnya memandang ini sudah bagai lautan terindah yang dia anggap ada. Bulan di atas sana menjadi membentuk sempurna bagai dua penggaris busur yang bersatu. Berpendar di air yang beriak bagai bernyanyi bersama ombak di ujung sana.

Ia melangkah pelan, menginjak titik pertama yang dijarah oleh air asin itu. Celananya tidak perlu dihiraukan karena hanya mencapai lutut dengan warna putihnya. Perlahan, ia mulai maju hingga tekapak kakinya tenggelam di sana.

Dinginnya membawa perasaan takut yang sebenarnya-benarnya dan kini buatnya menghembuskan uap putih samar. Belum lagi malam penuh salju yang menghujani diri mulai berjatuhan. Napasnya semakin dipenuhi kabut, namun langkahnya tiada berhenti.

Ia terus maju dan maju hingga di setengah dari kakinya telah tenggelam. Tangannya spontan memeluk diri sendiri, tatapannya mulai nanar ditambah poni panjang yang menghalangi.

Dia telah tenggelam oleh kehampaan, belum lagi sunyi yang terus datang meski orang-orang sibuk berargumen. Tidak peduli berapa kali mereka mencoba menariknya kembali pada cahaya dunia, nyatanya ia telah tenggelam dalam relung nestapa tak berakhir.

Tak ada harapan untuknya pula untuk bangun, ia hanya ingin menghilang--mati.

"Tuhan," dia bersua dengan terbata, langkahnya masih berlanjut hingga air asin itu memeluk lututnya. "...Jika kesempatan kedua itu nyata..." Ditatapnya purnama di atas sana, "maka kumohon, jangan berikan aku kesempatan itu."

・‥...━━━━━━━☆☆━━━━━━━...‥・

Fenly dalam perjalanan menuju liburan musim dingin dengan cinta pertama dan terakhirnya, Sang Ibunda. Selama empat roda itu berputar, mereka bercengkrama dengan ribuan topik yang telah beberapa kali disebutkan. Meski begitu, tak terlihat lelah di antara keduanya.

Sungguh tak dapat disebutkan seberapa bersyukurnya seorang Fenly memiliki sesosok wanita yang begitu tangguh dah berarti. Kekuatan yang diberikan olehnya seakan ikut menghambur padanya hingga membuatnya ikut sekuat Sang Ibunda. Tidak peduli apapun, ia hanya ingin membahagiakan Sang Ibunda tanpa terkecuali.

Namun, topik yang dibawa kali ini cukup membuatnya berpikir dua kali.

"Kamu pernah kepikiran buat menyelamatkan orang lain dari kematian, gak Fen?" suara lembut itu mengisi mobil, seketika suasana berubah.

"... Maksudnya?" Meski masih fokus menyetir, telinganya tertuju dengan tepat. "Kayak gagalin orang lain bunuh diri gitu?"

"Bisa jadi, tapi gak cuman yang kayak gitu, loh," kemudian wanita dengan senyum sejuk itu bersandar pelan. "Menyelamatkan hidup orang lain itu, bisa tentang menyelamatkannya dari kematian atau bahkan menyelamatkannya dari hidup yang tak berarti."

Fenly sontak berhenti di pinggir jalan, lalu berbalik pada Mama. "Maksudnya?" tanyanya lagi.

Senyum pun terlukis, lalu diucapnya, "Ada orang di dunia ini...yang pada satu titik, merasa hampa. Dia merasa hidupnya di dunia itu tidak berguna, tapi satu sisi dia tetap ingin hidup meski tanpa tujuan."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 30, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Lautan dan Sahabatnya | UN1TYWhere stories live. Discover now