Sebelum baca klik dulu
Bintangnya
🌟🌟🌟Tengkyuuuu buat yang udah VOTE
😘😘😘😘😘3. Kembali
Dua hari berlalu dengan suasana yang sangat berbeda dari biasanya. Ego yang melekat pada diri Aretha dan Azkiya membuat keduanya masih memiliki jarak. Jarak yang sebenarnya dapat ditepis dengan kata maaf dan tanggung jawab.
Bolak-balik di depan pintu kamar Aretha, menggaruk-garuk kepala, seakan ada sesuatu yang hinggap di atas kepala Azkiya.
"Apa aku harus memulai semua ini, ahh malu banget lagi. Gimana ngomongnya entar? Kira-kira dimaafin nggak yah nanti?"
Azkiya masih saja tampak berpikir. Dia masih betah berjalan mondar-mandir di depan pintu kamar sang kakak.
"Maju aja deh, hasilnya gimana entar. Daripada namaku keburu di coret dari kartu keluarga."
Tok... Tok... Tok
"Siapa?"
Suara sang kakak terdengar cukup keras, membuat nyali Azkiya tiba-tiba menciut.
"Azkiya kak." Seru Azkiya pelan.
"Masuk aja." Aretha hanya fokus pada laptop yang sedang ia pakai hingga Azkiya sudah ada di dalam kamarnya.
"Kak..." Azkiya tertunduk malu dengan tangan memegang erat ransel en-ji berwarna tosca kesayangannya.
"Udah pulang, kenapa? Apa terjadi sesuatu?"
Tidak disangka Aretha menjawab Azkiya dengan penuh perhatian. Melihat Azkiya tertunduk dengan nada suara rendah malah membuat Aretha khawatir terjadi sesuatu yang tak diinginkan.
"Tidak." Jawab Azkiya dengan suaranya yang bergetar dan pelan. Azkiya terlalu takut menghadapi sang kakak, Aretha.
"Maaf untuk perbuatan ku waktu itu, aku sadar aku salah, aku nggak bisa berhari-hari saling diem begini, aku nggak tahan. Rasanya susah buat aku ngomong kayak gini ini. Untuk menatap kakak pun rasanya aku tak mampu." Lanjutnya dengan air mata yang berusaha Azkiya tahan, ternyata tak terbendung keluar tanpa dipinta. Menangis tersedu-sedu, merasa begitu tak berhak atas amarah yang dia cambukan kepada sang kakak sekaligus tulang punggungnya saat ini. Azkiya kini sadar bahwa rasanya tak mampu melanjutkan hidup ketika hubungannya dengan Aretha memiliki jarak.
Aretha beranjak dari kursi yang ada di kamarnya. Dia memeluk erat Azkiya.
"Jangan nangis Kiya, nggak apa-apa, kakak ngerti kok. Kakak juga minta maaf. Ucapan Kakak mungkin terlalu berlebihan sama kamu."
Usapan tangan lembut mendarat di kepala Azkiya. Aretha bersyukur sekali atas keberanian Azkiya untuk memulai percakapan ini dan meminta maaf. Itu artinya Azkiya tak hanya mampu membuat orang marah, melainkan dia juga mampu mengakui kesalahan dan bertanggung jawab.
Azkiya berusaha berbicara meski terbata-bata karena tangisannya.
"Aku terlalu larut dalam emosi. Aku hilang kendali. Maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNKNOWN
General FictionMeski skenario hidup sebegitu indah kita susun siang dan malam. Tetapi jika takdir yang telah diberikan sang Pencipta bertolak belakang, kita tak dapat lari dari sana. Begitulah dengan rentetan kehidupan sang kakak sulung Aretha Aesparinggaha besert...