44.

1.5K 81 0
                                    

Accident

Happy reading!
=====

Sudah tiga hari berlalu sejak hari dimana Zayn bersandar ria di pundaknya. Asik tertidur, sampai bus berhenti di lapangan sekolah. Cowok itu benar-benar larut dalam tidurnya. Bahkan saat Zhafira berusaha membangunkannya.

Selama itu pula, dia tidak pernah bersitatap dengan Zayn lagi. Entah bagaimana kabarnya, Zhafira tidak tahu, pun tidak ada temannya yang berusaha memberitahu dirinya.

Yang Zhafira dengar terakhir kali, cowok itu sedang sakit, atau mungkin pingsan? Zhafira tidak tahu, karena setelahnya dia benar-benar pergi dari sana. Mengikuti keinginan Yasmin yang tiba-tiba muncul, dan mengambil alih kepala Zayn untuk di sandarkan di pundaknya, lalu mengusirnya seolah dia yang menyebabkan keadaan Zayn seperti itu.

Tak ada yang berubah, dan coba Zhafira ubah. Dia selalu menghindar hingga saat ini. Sebisa mungkin tidak bertemu, atau sekedar berpapasan dengan Zayn.

"Zha."

Panggilan Allisya menyentak Zhafira dari alam bawah sadarnya. Dia menoleh dengan wajah lesunya, lantas menaikkan salah satu alisnya, bertanya.

"Ayok."

"Kemana?"

Allisya mendengus. "Pulang. Lo mau kemana emangnya?" Tukasnya.

Zhafira menatap ke depan. Benar saja, guru yang mengajar di kelasnya tak terlihat lagi batang hidungnya.

"Lo duluan aja."

"Nggak ada ya Zha. Hari ini lo pulang bareng gue."

Zhafira menggeleng, lemas. "Gue di jemput," balasnya.

"Nggak apa-apa, lo tinggal-"

"Al."

Kepala Allisya terpaksa mengangguk. Berusaha lebih mengerti lagi mengenai keadaan Zhafira.

"Ya udah. Gue duluan kalau gitu," ucap Allisya, lalu melenggang meninggalkan Zhafira di kelas sendirian.

Zhafira merogoh saku roknya. Mengambil airpods untuk dikenakan di telinganya, sembari menunggu semua teman satu kelasnya keluar.

Ritual sepulang sekolahnya ikut berubah. Dia yang tadinya paling semangat meninggalkan kelas saat bel pulang berbunyi, sekarang menjadi orang paling malas melakukan hal itu.

Zhafira berdecak keras. Mendengar celotehan sekumpulan anak-anak kelasnya yang tinggal bergosip di belakang sana.
Suara mereka menembus airpods.

Netranya bergerak. Mendelik tidak suka pada anak-anak itu, tapi tak ada satu-pun dari mereka yang mengindahkan peringatannya.

Zhafira menarik nafasnya berat. Terdiam cukup lama, berusaha sabar, dan abai dengan suasana menjengkelkan di sekitarnya.

Brak

Dia melepas airpodsnya sedikit kasar, kemudian menggebrak mejanya. Moodnya benar-benar hancur. Zhafira tidak bisa menjadi manusia dengan kesabaran seluas samudra. Nyatanya, rasa itu masih sangat minim dalam dirinya.

"Zhasa."

Panggilan bernada tinggi itu menarik atensi Zhafira yang hendak mengeluarkan luapan emosinya. Dia menoleh, menatap cowok itu tidak santai. Imbas dari rasa kesalnya pada teman satu kelasnya.

Tok tok

Ares mengetuk pintu kelas Zhafira santai, kemudian menangkupkan tangannya di depan dada.

Critical Point (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang