Kai masih sesenggukan saat ini. Tadi setelah Kai jatuh Ray segera menggendongnya seperti koala. Rasya juga bertindak, dengan mengambil kotak P3K yang ada dilaci, kemudian mengobati kening Kai dengan teliti.
"masih sakit?" tanya Ray dijawab anggukan dari Kai.
Kai yang baru sadar akan sesuatu pun meronta dari gendongan Ray. Tentu saja Ray tidak membiarkan Kai lepas dari dekapannya.
"Lepas!" pinta Kai sedikit berteriak.
"NGGAK!" ucap Ray dan Rasya bersamaan. Mereka juga meninggikan suara yang membuat Kai sedikit tertegun. Seingat Kai si kembar tidak pernah membentaknya walaupun mereka membencinya.
"Kalian marah sama Kai?" lirih Kai dengan nada bertanya. Matanya yang sudah berkaca menatap Ray dan Rasya dengan tatapan tak percaya.
Rasya yang melihat itu pun mengangkat Kai dari gendongan Ray. Rasya menenangkan Kai, tapi bukannya tenang Kai malah semakin pecah tangisnya.
"Huweee~"
"Ssstt... udah. Kalau Kai jadi anak baik kita nggak akan marah lagi" ucap Rasya sambil mengelus punggung Kai.
Sedangkan Ray sudah keluar dari kamarnya, meredam emosinya yang meluap.
"Hiks. Tapi Kai ayah kalian" ucap Kai dengan polos.
"Sekarang gantian kita yang menjadi ayah Kai" ujar Rasya yang masih mengelus punggung Kai.
Bisa gitu ya?
Tak lama kemudian Ray datang membawa sebotol susu dengan rasa vanila. Ray merebut Kai dari gendongan Rasya.
Rasya sedikit tak terima namun diabaikan oleh Ray. Ray memberikan susu itu kepada Kai dan diterima oleh Kai sendiri karena rasanya enak.
Ray memposisikan gendongannya menjadi miring. Tangan kirinya dibelakang antara leher dan kepala Kai, tangan kanannya menepuk pantat Kai. Tak lama kemudian Kai tidur kembali.
"Udah kayak bayi aja" celetuk Rasya.
"Kai memang bayi kita" ucap Ray sambil mengelus pipi Kai.
Keesokan paginya Kai masih tidur nyenyak dengan empeng dimulutnya. Ray yang sudah bangun menatap Kai dengan gemas. Sedangkan Rasya tergeletak dibawah mengenaskan.
Semalam Ray dan Rasya tidur disebelah kanan-kiri Kai.
Ditengah malam Kai tidur tak tenang dengan mulut komat-kamit, kakinya menendang apapun yang ada didekatnya dan Rasya lah menjadi korban. Rasya tidak bangun padahal kepalanya sudah benjol.Ray mengambil pacifer dilaci, memasukkan kemulut Kai. Dan benar saja Kai langsung tenang. Ray pun ikut tidur tanpa memperdulikan adik kembarnya.
Sekarang sudah jam makan pagi. Ray pun segera membangunkan Kai dengan menepuk pipi tembamnya. "Baby bangun"
"Apa sih! Kai masih ngantuk" ucap Kai sambil berganti posisi membelakangi Ray.
"Kalo Kai gak bangun, coklat dikulkas gue buang" ancam Ray.
Kai langsung membuka matanya dan menguap.
"Aaaa~ Jangan dibuang, itu punya Kai" rengek Kai seperti anak kecil.
"Oke. Gak akan gue buang tapi ada syaratnya" ucap Ray sambil menggendong Kai ke kamar mandi.
"Apa?" tanya Kai dan tidak protes saat digendong.
"Panggil gue ayah" perintah Ray sambil melepaskan pakaian Kai.
"Iih... gak mau. Ray aja gak pernah manggil Kai ayah. Ini juga, Kai bisa lepas baju sendiri. Kai udah besar tau"
"Iya atau gak ada coklat" lagi-lagi coklat sebagai senjata Ray.
"Ck. Iya deh iya" pasrah Kai.
"Nah gitu dong" Ray tertawa melihat Kai marah, karena terlihat imut dengan wajah merahnya.
"Hummp!"
Setelah acara mandi selesai. Ray dan Kai yang ada digendongngannya menuju ruang makan. Kai menyenderkan kepalanya didada bidang Ray. Biasanya Kai makan sendiri, tapi hari ini berbeda.
"Mau makan apa?" tanya Ray.
Kai mengangkat kepalanya, dengan malas menunjuk roti Croissant dengan isian coklat keju. Ray pun mengambilnya dan menyuapkan kepada Kai.
"Sial! Kepala gue kenapa jadi benjol gini" umpat Rasya tiba-tiba setelah keluar dari lift.
"Pft... Hahahaha..." Kai dan Ray kompak tertawa saat melihat kening Rasya.
"Anj-"
Plak!
"Jangan ngumpat depan baby Kai!" Ray menimpuk kening Rasya yang benjol.
"As-" Raysa tidak jadi mengumpat lagi karena Ray sudah siap dengan sandal swallownya.
"taga. Maksudnya" ujar Rasya sambil mengangkat kedua jarinya.
"Sampe gue denger Lo ngumpat lagi, gue tendang ke London biar bang Carlo nglatih Lo habis-habisan"
Rasya yang mendengar itu pun bergidik ngeri. Karna abang keduanya itu mantan atlet taekwondo yang berganti profesi jadi Pilot. Kalau soal melatih fisik dan mental abangnya itu guru yang paling tepat.
"Kaga, terima kasih" ucap Rasya lalu memakan buah yang sudah dipotongkan asistennya.
Ngomong-ngomong soal asisten. Dikeluarga alm istri Kai mempunyai asisten pribadi masing-masing. Kai juga punya satu yang bernama Deo, pemberian dari alm istrinya.
"A-ayah, Kai mau susu" ucap Kai lirih tapi masih didengar diruangan itu. Malu dia.
"Uhuk. Uhuk..." Rasya yang mendengar itu tersedak biji semangka.
"Tadi baby bilang apa?" tanya Ray memastikan.
"MAU SUSU, KAI MAU SU-" tetiak Kai tetapi segera dibungkam Ray.
"Jangan teriak-teriak!" peringat Ray.
"Hummm" Kai mengangguk-anggukan kepala seperti anjing penurut.
"Good boy, ini susumu" Raysa memberikan satu botol dot kepada Kai.
Kai pun melihat botol itu berbinar dan langsung menyedotnya. Kai bersandar didada Ray yang sedang makan.
Tak lama kemudian Kai tertidur masih mengenyot dot itu padahal susu didalam botol itu sudah habis.
Ray yang melihat itu mengganti dot itu dengan empeng baru. Kemudian menggendong Kai ala koala menuju kamarnya. Sedangkan Rasya sudah selesai makan dan berangkat ke kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Kai
NouvellesKarena ketahuan memakai empeng ia malah jadi baby beberan. "Pokoknya kamu jadi babyku" "Panggil aku daddy mulai sekarang" "Kamu milikku baby" "Baby Kai" "Hiks... Kenapa jadi gini sih!" ⚠ WARNING⚠ •Konflik ringan karena cerita ini hanya hiburan sema...