"Dandanan lo over banget kaya tante-tante." Sindir Shani yg melihat dandanan Fiony yg baginya seperti ingin pergi kondangan.
Kini mereka berjalan beriringan malam ini. Ntah kemana tujuan nya, hanya mereka berdualah yg tau.
Fiony menatap Shani dengan kesal dan mulai memerhatikan penampilan nya sendiri. Bagi Fiony, tidak ada yg salah dengan penampilan nya malam ini karena ia menggunakan mini dress kuning bermotif bunga matahari dengan panjang selutut di tambah sneakers dan juga tas selempang di bahu nya. Over darimananya?
"Ini namanya modis, lo tuh yg simpel banget kaya mau ke warung!" Ucap Fiony sambil memandangi Shani dari ujung kaki sampai ujung kepala. Karena memang Shani memakai pakaian yg sangat sederhana di mata Fiony dan menurut Fiony pakaian yg Shani kenakan ini sama sekali tidak mencerminkan bahwa Shani berasal dari keluarga konglongmerat. Hanya mengenakan baju kaos putih sedikit bermotif di depannya, di padukan dengan celana jeans hitam serta sneakers yg senada dengan warna bajunya.
"Orang cantik, mau bergaya kaya gembel sekalipun tetep bakal keliatan cantik." Ucap Shani sedikit sombong tapi mengatakannya dengan ekspresi wajah yg datar dan lempeng. Orang lain mungkin akan mengira pasti Shani sedikit tersinggung dengan ucapan Fiony, padahal sama sekali tidak.
"Dihh cakep luuu?"
Kemudian Shani dan Fiony tertawa bersama setelahnya.
"Kenapa mereka gak latihan di sekolah aja?" Tanya Shani saat mereka sudah hampir sampai di sebuah gedung lapangan basket.
Jarak gedung ini pun sebenarnya tidak begitu jauh dari komplek mereka tinggal. Tapi tetap saja memakan waktu 20 menit jika berjalan kaki.
Sebenarnya Fiony mengajak Shani supaya bisa di antar oleh supir Shani, eh Shani malah mengajaknya jalan kaki dengan alasan ingin menikmati angin malam.
Fiony ingin menolak, tapi ia takut kalo Shani berubah fikiran lalu membatalkan janji mereka malam ini. Karena, Shani mau menuruti ke inginan nya untuk menonton team basket sekolahnya latihan adalah suatu pencapaian terbesar dalam hidupnya selama mereka bersekolah disana. Ya mereka berdua berencana untuk menonton team basket sekolah mereka yg sedang latihan malam ini.
Fiony mengangkat bahunya acuh karena menurut Fiony, ini merupakan pertanyaan yg sama sekali tidak perlu di jawab karena seharusnya Shani sudah tau jawabannya.
"Lo lupa kalo sekolah jam segini tutup?"
"Ya kan mereka bisa minta ijin gitu buat make lapangan nya."
"Lo pikir sekolahan punya kakek moyang loo- eh emang iya sih." Ucap Fiony kemudian dirinya sedikit terkekeh ketika teringat bahwa sekolah mereka adalah milik kakek Shani.
Shani hanya menatap tak percaya pada sahabatnya ini. Dan mereka sampai ke lorong jalan menuju lapangan itu.
"Eh Shan... Se inget gue, ini lapangan nyewanya lumayan mahal deh.. per jam gitu." Ucap Fiony tiba-tiba.
"Buang-buang uang doang."
"Gue denger sih yg punya lapangan masih kerabat dekat si Vinny, jadi otomatis mereka latihan disini gratis."
"Oh pantes."
Mereka sudah tiba di pintu masuk lapangan dan Shani bisa melihat Vinny dan teman-teman nya sedang bermain basket. Disana tidak terlalu ramai, tapi Shani bisa melihat ada beberapa teman se angkatan nya berada disana.
"Lo jangan jauh-jauh dari gue. Inget!" Ucap Fiony memberitahu pada Shani.
"Hm." Jawab Shani mengangguk dan mereka mulai mencari tempat duduk agar lebih leluasa melihat dengan jelas ke arah lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
haphephobia (END) ✔️ ( ON TRAKTEER ONLY )
Teen FictionSudah pernah mendengar istilah penyakit mental haphephobia? Ini lah aku, si gadis pendiam pengidap haphephobia, Shani Indira Natio. Mengandung unsur GXG , yg tidak suka ataupun homophobic silahkan SKIP yaa... Anggep aja ini bukan cerita tabu biar f...