Virgi berjalan ke papan pengumuman sekolah. Memandang secarik poster dengan judul 'Open Recruitment OSIS SMA Anggara' yang tertempel di sana.
Virgi memasang muka kecewa kala melihat deadline pendaftaran. Pendaftaran sudah ditutup dua hari yang lalu. Jadi, Virgi terlambat, dong.
"Heh, lo belum pulang?" Seseorang menghampiri Virgi.
"Belum, Han. Tadi abis piket jadi telatan dikit," balas Virgi.
Farhan mengangguk paham. "Oh, ya udah gue balik duluan."
"Eh tunggu, Han. Kayaknya nggak adil banget deh kalo gue nggak ikutan wawancara."
"Jujur sih iya. Tapi sans aja."
"Kalo gitu, gue mau ikut wawancara. Lagian nulis artikel nggak susah-susah banget, kan. Yang susah tuh ngewawancarai. Bener, kan?"
"Ya udah bagus deh kalo mau ikutan. Biar kita bertiga paham sekalian."
"Oke siap."
Gimana, sih, Virgi katanya nggak mau ikutan wawancara. Plin-plan banget.
Sudah beberapa menit Virgi masih memandangi poster di papan depannya. Membaca detail tentang semua yang menyangkut OSIS. Dari peraturan, sekbid apa saja, kegiatan, dan lain-lain yang berhubungan dengan OSIS SMA Anggara.
"Gue kenapa masih di sini, ya. Kenapa nggak difoto aja, terus bacanya di rumah. Bego banget sih, Virgi!" gerutu cewe itu lalu mengambil gambar poster di papan.
💌💌💌
Dilla sibuk menonton kartun doraemon di tv kamar Virgi. Hari ini Dilla berniat menginap di rumah Virgi karena orang tuanya lagi pergi ke luar kota, besok baru pulang.
Ayah sama bunda Virgi pun nggak keberatan sama sekali karena udah biasa anak itu menginap, pun sebaliknya, kadang Virgi juga menginap di rumah Dilla.
"Lala tumben diajak nginep nggak mau?" tanya Virgi sambil memasukkan potato ke dalam mulutnya.
"Ada acara keluarga katanya, nanti malem baru kelar," jawab Dilla masih fokus ke ke layar tv.
Virgi mengangguk. "Dil, ternyata pendaftaran OSIS udah ditutup dua hari yang lalu," ucap Virgi kecewa.
Eh, kenapa kecewa. Emang bener Virgi mau join OSIS?
"Berarti lo telat!" Dilla menepuk paha Virgi.
"Ya, kan, Farhan baru ngasih tau tadi, sih!"
"Coba lo tanya salah satu pengurus OSIS. Mungkin aja masih bisa."
"Dilla pinter deh." Virgi mencubit pelan pipi Dilla. "Eh bentar, gue gamau! Gue, kan, sebel sama mereka."
"Ya elah, Vir. Gimana ntar kalo lo masuk OSIS? Apa lo bakal musuhan sama sesama pengurus OSIS? Kan nggak semuanya lo benci mereka," ujar Dilla ada benarnya.
"Ya itu sih tergantung, kalo dia ga ngasih gara-gara ya gue fine-fine aja."
Virgi nggak akan musuhin orang kalo dianya nggak cari ribut duluan sama Virgi. Masalahnya, cewe itu nggak suka sama orang yang ngomongin dirinya di belakang, kayak anak OSIS. Kalo mau ngomongin yang enggak-enggak soal Virgi, mending di depan orangnya langsung. Biar Virginya bisa nonjok langsung.
"Hustttt ...." Darel memasukkan kepalanya ke celah-celah pintu kamar Virgi yang terbuka.
Virgi dan Dilla yang sedang membahas hal privasi jadi menoleh ke arah suara.
"Apa?" tanya Virgi kepada Darel.
"Minta skincare," ucap Darel cengengesan.
"Padahal kemaren udah gue kasih. Cepet banget abisnya perasaan." Virgi berjalan ke meja rias. "Mau yang rasa apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Virginia
Подростковая литератураVirginia Ratu Amerta. Gadis malang yang sudah ditakdirkan menjadi secret admirer. Sebenarnya menjadi secret admirer bukanlah keinginannya. Tapi keadaan harus memaksa dirinya untuk tidak mengungkapkan perasaannya itu. "Gue suka dia, tapi dia lebih su...