Prolog

6 0 0
                                    

“Lucu ya saat orang-orang berfikiran makan membuat kenyang, Lo malah bilang Love is food.”

Brak..
Suara pintu terbuka dengan nyaring.  Dua insan manusia yang sudah tidak muda lagi jatuh tersungkur dengan tidak etisnya.
Gadis  yang tengah fokus menghadap ke sebuah buku lantas berbalik dan memutar kedua bola mata nya dengan  jengah.
“ Ya Ampun Ayah, Bunda ngga bisa apa ya biarin Arun tenang bentar aja!” ucap gadis berparas cantik dengan rambut yang dicepol asal.
Bukannya gadis itu, Arunika, mau bersikap tidak sopan kepada kedua orang tua nya , pasalnya ini sudah ke sepuluh kali dalam tiga puluh menit  Ayah dan Bunda bolak-balik membuka pintu kamar nya untuk menanyakan hal yang sama. Tak memperdulikan kekesalan anaknya kedua orang tua tersebut hanya tersenyum lebar sambil saling bersenggol-senggolan.
Arunika menghela nafas lelah, “ Apa lagi Yah,Bun?” sekedar pertanyaan basa-basi karena Arun sudah tahu apa yang akan dikatakan kedua orang tua nya itu.
“Ini nih Ayah mau ngomong.” Ucap Diana, Ibu-ibu berdaster itu sambil menunjuk suami nya yang dibalas dengan pelototan, namun tak ayal Ayah tetap menghampiri sang putri tercinta nya itu diikuti Bunda.
“Arun serius mau daftar di SMA Bumi Pertiwi?” tanya Lukman, Ayah Arunika.
Tuh kan pertanyaan yang sama lagi.
“ Mau dijawab pakai versi semi serius atau  serius banget Yah?”
Lukman dan Diana berpandangan sejenak seakan dapat bertelepati.  Lukman membenarkan letak kacamata nya yang merosot ke bawah dan berdehem pelan lalu memutuskan memilih versi jawaban semi serius.
“ Iya Bunda Ayah, ngga liat apa ini anak nya yang paling cantik se komplek lagi berjuang biar bisa masuk SMA BumPer?!” Jawab Arun sambil menujuk-nunjuk buku diatas meja belajar nya.
Lukman mengangguk-angguk saja , sejujurnya dia bingung karena buku pelajaran dan Arunika bukan lah sebuah perpaduan yang pas.
“Kalau versi serius banget?” celetuk Diana ingin tahu jawaban dari versi satu nya.
“Sama aja.” Jawab Arunika enteng seolah tidak ada beban, sedangkan Diana mendengus pelan. Harusnya ia sudah menduga hal tersebut, ternyata sifat absurd diri nya menurun dengan baik ke Arunika.
Lalu dengan perubahan ekspresi yang cepat, Arun bangkit dan memegang tangan Diana.
“ Bun, bunda tau Alvian kan?”
“Alvian si Anak Pak Rt?!” jawab Diana dengan sedikit ngegas.
Mendapat respon seperti itu Arun mengangguk-angguk antusias seperti boneka di dashbord.
“Jadi itu alasan terbesar Arun buat masuk SMA BumPer, Arun udah ngga sabar bisa deket-deket sama Ka Vian bun.”
Mata Diana melebar sempurna menunjukkan kebahagiannya , “ Bagus-bagus Bunda dukung kamu deketin Alvian.”
“Ya ampun ini bisa jadi gosip dan perdebatan yang sengit nih sama ibu-ibu, jadi Bunda bisa pamer kalo anaknya Pak Rt mau jadi mantu Bunda.”
Lalu  ibu dan anak itu berpelukan dengan ria, sedang sang  Ayah menatap kedua nya dengan pandangan sedikit horor yang dengan cepat disadari oleh Diana.
“ Apa yah, apa! Ngga usah cemburu gitu Bunda udah Move on dari lama.”
Fyi, jadi Pak Rt yang merupakan Ayah dari Alvian sebenernya mantan pacar Diana, jadilah setiap menyebutkan nama Pak Rt , Lukman akan menjadi sedikit sensi, seperti ABG yang baru puber.
Lukman mendengus geli, lalu ia ikut berpelukan dengan istri dan anaknya.
“Bentar Yah, Bun kita pelukan gini ko kaya teletubbies ya.”celetuk Arunika ditengah pelukan yang hangat.

***

Prolog nih😍
Gimana sama pembuka cerita intersection nya?
Lucu ya keluarga nya Arun..
Kalau kalian, alasan kalian masuk ke sekolah apa nih? Jangan-jangan kaya Arun, untuk mengejar cinta, Hihihi..

21/09/2021

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IntersectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang