Khawatir

1.1K 137 34
                                    

"y/n! bantuin gue!"

y/n tersentak lalu refleks berbalik menatap Armin yang tengah terenggah. Keringat mengucur di dahinya menandakan laki laki bersurai pirang itu baru saja habis berlari.

Gadis bermanik mata abu abu itu mengangkat salah satu alisnya seakan bertanya kenapa?

"Eren...huh...Eren berantem!"

Ucapan Armin berhasil membuat kedua mata y/n membola sempurna. Ia berdiri dari kursi tempatnya tadi duduk, di teras rumah. Lalu bergerak menghampiri Armin. Jika Armin bisa berlari sampai sini, Eren pasti juga berada di dekat sini.

"Dimana?!"

"Di lapangan sebelum masuk ke jalan perumahan sini"

y/n menarik tangan Armin mengajak laki laki itu kembali berlari. Dengan keterpaksaan, Armin mengekori langkah kaki y/n yang melebar. "Pelan pelan y/n!"

y/n menghentikan kakinya. Ia baru ingat Armin tak kuat berlari. "Lo tunggu disini, Min. Biar gue yang nyamperin Eren."

"Eh? lo gapapa sendiri?"

"Tck, lo kayak gatau gue aja. Yaudah gue nyamperin Eren dulu."

Gadis itu kembali berlari, sebentar lagi ia akan sampai.
.
.
.
"Eren?!"

y/n menatap nanar Eren yang direbuti oleh tiga orang pemuda berandal yang sudah sering mencari onar di sekitar sini.

Semuanya mengalihkan pandangannya ke arah y/n yang tengah berusaha mengatur napasnya. Tiga pemuda itu mengeluarkan smrik yang memang menyeramkan. Ditambah lagi penampilan acak acakan mereka yang membuat siapapun yang berada di dekat mereka akan bergidik ngeri.

y/n melihat rahang tegas Eren yang sudah membiru. Bukankah ini tidak adil jika dia harus melawan tiga orang sekaligus seorang diri?

Ia melangkahkan kakinya kearah Eren beserta tiga pemuda itu. "Gue rasa, kalian belum pernah denger namanya Levi Ackreman?" tanya y/n yang tentunya ditujukan pada ketiga pemuda itu.

Ketiga tubuh pemuda itu bergetar walau hanya mendengar nama itu disebutkan. Jelas saja, siapa yang tak tahu nama manusia terkuat itu? bahkan mereka sudah jera dan tak ingin memperlihatkan wajah mereka di depan Levi yang waktu itu menghajar mereka habis habisan.

y/n kini berganti menampakkan smriknya. "Kalian juga harus tau satu nama lagi. y/n-Ackreman."

Bugh

Bugh

Bugh

Tiga tendangan yang melayang ke perut mereka berhasil membuat ketiganya terlempar ke arah tanah. "Tch. Lemah!"

y/n menarik kerah baju Eren lalu menyeretmya menjauh dari mereka. Belum sempat Eren mengatakan apa apa ia sudah kembali terlempar jauh dari y/n yang berusaha menangkis dua pemuda yang ternyata masih mengejar mereka. "Bangs*t!"

Ia melayangkan pukulannya tepat di tulang hidung mereka, lalu menendang keras satu diantara mereka sampai terlempar jauh.

"Kabur, sat!"

"Mau kemana woy?!"

Tiga laki laki berantakan itu berlari menjauh dari tempat y/n berdiri. Padahal y/n belum selesai menjejalkan pukulan dan tendangannya kepada mereka.

Gadis itu berdecih lalu berbalik menatap Eren yang hanya memandangi perkelahian yang terjadi di depannya. Ia kembali menarik kerah baju Eren lalu menyeretnya dari sana.

"Lo bisa nggak sih berhenti bikin gue repot?!"
"Bisa nggak sih lo stop jadi maniak bunuh diri ?!"
"Lo pikir lo jago?!"
"Otot gede doang bakalan percuma kalo lo ga make otak lo!"
"Jangan bikin gue khawatir!"

Deg

Kalimat terakhir gadis itu membuat Eren berdebar. Napasnya seperti tercekat beberapa saat. Apakah benar gadis ini mengkhawatirkannya?

Wajahnya yang penuh luka kini menampakkan senyuman semringah. Ia tak merasakan sakit selama y/n bersamanya. Gadis yang ia sukai sejak pertama kali Levi membawanya ke hadapan semua orang termasuk dirinya.

Hampir semuanya mirib dengan Levi. Hanya saja tubuh y/n lebih tinggi dari kakak laki lakinya itu. Meski y/n memiliki sifat yang sulit ditebak, siapa sangka hatinya akan jatuh pada pandangan pertama. Terlepas dari dia-adalah-gadis-yang-ketus dan- dingin. Eren bisa melihat kehangatan dan perhatian dari y/n.

"Maaf.." hanya kata kata itu yang keluar dari mulut Eren yang sejak tadi membungkam.

y/n tak menggubris perkataan Eren. "Armin, tolong ambilin kotak P3K di nakas". Titah y/n yang sudah berada di dalam ruang tamu bersama Eren.

Armin yang sejak tadi berdiri mematung dan terlihat tergesa gesa menunggu kedatang mereka, kini berjalan menuju nakas lalu mengeluarkan kotak P3K yang lumayan besar. Ia menyodorkan kotak itu pada y/n.

y/n kini menekuk lututnya tepat di depan Eren yang duduk di sofa panjang di ruang tamu. Ia menarik dagu Eren mendekat kearahnya lalu menilik wajah Eren yang sudah babak belur.

Gadis itu kembali berdecak lalu mengobati luka di rahang Eren dengan telaten.

"Eren, y/n, kalo gue pulang duluan gapapa, ya? gue harus jemput Annie sekarang." ucap laki laki bersurai pirang itu pada dua sahabatnya.

y/n mengangguk. "Gapapa, Min. Samperin cewek lo dulu, ntar ilang"

Walaupun ucapan y/n datar, itu cukup membuat pipi Armin memanas dan blushing "Yaudah, gue duluan, Ren."

Eren mengangguk lalu kembali membiarkan tangan telaten y/n mengobati lukanya. Netra emerald Eren dan obsidian abu abu milik y/n bertemu. Eren dapat melihat tatapan khawatir dari gadis yang berlutut di depannya.

"Lo khawatir sama gue?" tanya Eren berusaha menggoda y/n.

Gadis itu membuang muka. "Nggak."

"Gue inget lho, waktu lo bilang kalo lo khawatir sama gue,"

"Kalo gue khawatir kenapa? ada yang salah?"

"Enggak, gue seneng aja karna lo khawatir sama gue"

"Jangan salah paham. Gue bantu lo karna rasa kemanusiaan."

"Masa, sih? bukan karna rasa suka?"

"Apaan sih lo?!"

Eren tersenyum tipis, menahan pergelangan tangan y/n yang sejak tadi sibuk mengobati wajahnya yang babak belur. Ia mendekatkan wajahnya ke arah y/n yang terpaku oleh perbuatan Eren.

Dirasanya suasana mulai memanas karena Eren yang menempelkan bibirnya dipucuk kepala y/n. Gadis itu terkejut, tapi tak menolak kecupan singkat Eren padanya.

"Gue sayang sama lo.."

SNK On Sosmed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang