6. NON CONSIDERARI [TAK DIANGGAP]

27 19 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Yang dihargai tak selalu sama dengan yang dianggap. Kedua hal itu berbeda makna, tapi kebanyakan orang menganggapnya sama.

.

Zevanya menatap langit-langit UKS yang tampak begitu buruk dalam pandangannya. Dua jam yang lalu, ia meminta tolong pada Narda untuk membawanya ke UKS.

Pelajaran matematika membuatnya pusing tujuh keliling.

Sebuah suara dari luar ruangannya membuat Zevanya merasa terusik, ia memutuskan duduk dan mencoba mencuri dengar.

"IPA? Bukannya sekarang kelasmu lagi pelajaran sejarah?"

Suara yang amat dikenal Zevanya membuat mata Zevanya terbelalak. Ia kenal pemilik suara ini, lelaki yang mendekati sempurna yang amat ia cintai.

"Sok tahu banget, sih! Udah deh, ga usah ngerecokin hidup orang mulu!"

Kali ini, pemilik suara indah tersebut adalah seorang gadis yang tak disukai Zevanya. Gadis yang sampai sekarang masih ada perang dingin dengannya, dan Zevanya tak berniat untuk menyudahinya.

"Aku cuma mau bantu kamu, Dav! Astaga, salah terus, padahal 'kan niatku cuma bantuin!" Suara Archer terdengar lantang.

Suara keras barang terjatuh membuat Zevanya terlonjak kaget, lalu suara desisan terdengar jelas. Zevanya berjinjit dan membuka pintu ruangannya sepelan mungkin.

Namun, apa yang dilihat Zevanya adalah hal yang paling tidak Zevanya sukai. Davio duduk di atas kursi tunggu, sedangkan Archer jongkok di depannya, entah melakukan apa karena Archer sedang jongkok dan menunduk.

"Aku udah bilang kalau patung anatomi itu berat! Batu banget sih dibilangin!" oceh Archer, "Lagian, dengan badan sekecil ini, mana mungkin kamu kuat angkat patung yang sama besarnya sama tubuhmu sendirian?"

Mata Zevanya menyipit ketika melihat Davio bangkit dengan kasar dan menarik patung anatomi manusia setengah badan tersebut keluar UKS. Benar kata Archer, tubuh Davio seolah terlalu kecil untuk membawa patung anatomi setengah badan itu sendirian, tapi energi gadis itu tak boleh diremehkan.

Archer bangkit dari jongkoknya perlahan, menatap kepergian Davio dengan sorot mata yang tak bisa diartikan oleh Zevanya, begitu terus hingga beberapa saat kemudian.

Sehela nafas ditarik Zevanya, ia berusaha meredakan gemuruh dadanya yang memekakkan indra pendengarannya.

Archer berbalik menatap meja UKS dan merapikan beberapa buku, lalu berjalan ke arah rak kaca dan menata ulang beberapa patung yang sempat berantakan karena Davio mengambilnya secara asal-asalan tadi.

"Ar!" panggil Zevanya pelan setengah ragu-ragu.

Archer menghentikan laju tangannya dan menoleh ke arah sumber suara. Di ambang pintu salah satu ruangan, Zevanya berdiri dengan pose mengintip.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Penjaga Untuk Tuan Putri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang