Jennie memperhatikan penampilannya di depan kaca besar yang ada di toilet tersebut. Saat ini ia sedang berada di gedung pusat perusahaan majalah Vg. Ia hendak melakukan meeting terkait pemotretan yang akan dilakukannya Minggu depan. Kecintaannya pada fashion membuatnya diberi kepercayaan untuk terlibat dalam pembuatan ide pemotretan.
Jennie membuka pintu keluar toilet. Ia melangkah meninggalkan toilet. Tapi baru beberapa langkah, ia membeku ditempatnya.
Sosok yang ia hindari sedang berdiri dihadapannya. Mengenakan kaos putih pendek yang dipadukan dengan celana panjang.
Ini gila. Apa yang harus ia lakukan.
Mereka sama-sama tak ada yang bergerak. Tidak ada yang bersuara.
Jennie bisa pusing jika terus-terus begini. Ia harus segera pergi dari sini.
Grep~Yeonjun menahan tangan Jennie. Menghentikan langkahnya.
Tanpa aba-aba, Yeonjun menarik Jennie menuju area toilet wanita.
Yeonjun melihat area itu. Sepertinya tidak ada orang. Memastikan setiap bilik terbuka. Dengan cepat, Yeonjun mengunci pintu area toilet wanita.
Yeonjun mengunci Jennie di salah satu sudut dinding.
Jennie menghindari tatapan Yeonjun.
"Lepaskan" Ucap Jennie berusaha mendorong Yeonjun
Yeonjun masih diam. Jennie terus mendorongnya, ia berusaha melepaskan tangan Yeonjun yang mengukungnya.
Tapi laki-laki itu tidak bergeming. Tenaganya lebih kuat. Bahkan lelaki itu menarik pinggang Jennie mendekat ke arahnya. Lelaki dengan tinggi 182 tersebut benar-benar menguncinya.
"Yeonjun" Kata Jennie tegas. Ia menatap Yeonjun
"Kenapa?" Tanya Yeonjun yang masih menatap Jennie dengan intensnya.
"Lepaskan. Aku ada rapat penting."
"Kamu menghindari tatapanku noona."
Jennie hanya diam. Memang benar, ia menghindari tatapan Yeonjun.
"Tatap mataku."
Jennie masih diam.
Yeonjun menyentuh dagu Jennie. Membawa kekasihnya untuk melihatnya.
Yeonjun menatap bibir Jennie. Mendekatkan wajahnya. Semakin dekat.
"Jangan gila." Jennie sedikit mendorongnya
"Kita sudah putus Choi Yeonjun. Kita tidak ada hubungan"
"Aku tidak pernah mengatakan iya pada keputusan sepihak mu. Dan lagi, kenapa begini? Ada apa? Apa aku membuat kesalahan?" tatapan Yeonjun melembut
"Kamu diam noona. Kita baik-baik saja sebelumnya. Tapi tiba-tiba kamu mengirimiku pesan dan mengatakan hubungan kita berakhir. Bukankah itu egois? Apa penyebab nya? Apa aku membuat kesalahan?"
"Tidak, bukan kau. Aku yang melakukan kesalahan. Aku yang melakukan kesalahan karena mencintaimu, mencintai juniorku sendiri." Ucap Jennie lirih. Ia menunduk.
Yeonjun mengernyit.
"Aku memang juniormu. Dan aku memang lebih muda darimu. Tapi apa yang salah dengan itu?"
"Itu salah Yeonjun. Hubungan ini akan sulit untuk diterima publik. Kita adalah Idol Yeonjun."
"Aku tau. Tapi tidak ada yang salah jika dua orang yang saling mencintai menjalin hubungan. Bahkan jika mereka berbeda. Ingat noona, kita hanya berselisih tiga tahun. Tidak lebih."
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG REPUTATION
FanfictionKring....kringg.... Ponsel tersebut berdering terus menerus. Sungguh dia lelah dengan semua ini. Mood nya sedang benar-benar tidak baik. Namun, apa boleh buat. Pekerjaannya menuntutnya bertindak profesional. Ia menghela napasnya. Mengangkat panggil...