°Lentera Senja°

53 6 1
                                    

Vote before reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote before reading

*~*~*~*












Lonceng yang berbunyi ketika seseorang membuka pintu itu membuyarkan lamunan sang barista di tengah suasana cafe yang sepi.

Bersamaan dengan itu seorang pria masuk dengan tas ransel yang menggantung di kedua pundaknya dan memakai pakaian hangat yang memang sangat cocok dengan udara pagi ini.

"Mari silahkan. Ada yang bisa kami bantu?" tawar sang barista. Pria itu hanya menengadah menatap layar besar dimana semua menu tercantum jelas disana.

"Saya mau vanilla latte satu aja, mbak." jawabnya.

"Vanilla latte satu. Atas nama siapa, kak?" tanyanya lagi sembari memencet tablet pc di hadapannya.

"Atas nama Arjuna." ucap pria tersebut dengan memberikan sedikit tekanan saat mengucapkan namanya.

Setelah menyelesaikan pesanannya, pria bernama Arjuna itu segera beranjak ke tempat duduk favoritnya. Tak lupa dengan membawa segelas Vanilla Latte miliknya. Meja yang berhadapan langsung dengan jalan raya kota berbatas dinding kaca itupun menjadi satu - satunya pilihan.

Juna mengeluarkan sketchbook miliknya dan beberapa perlengkapan lain. Tugas kuliah yang tiada henti membuat Juna selalu membawanya kemanapun ia pergi.

Gerakan tangannya mulai menorehkan garis - garis tipis membentuk sebuah sketsa wajah diatas lembaran kertas putih tersebut. Sesekali ia juga meneguk minuman hangatnya yang perlahan mulai dingin, dan kembali melanjutkan kegiatannya.

Tak lama setelah Juna memulai sketsanya, sebuah tangan mungil mengetuk pelan mejanya. Hanya dua kali ketukan.

Perlahan tapi pasti, Juna mendongak guna melihat siapa yang berani menganggunya. Pupil matanya melebar. Seolah terkejut melihat gadis yang ada di hadapannya saat ini.

"Mella?," bingungnya. Ia terus menatap gadis itu dengan tatapan bertanya - tanya.

Mella yang merasa risih langsung melayangkan genggaman tangannya membentur jidat Arjuna dengan keras.

"Kenapa sih? Ngga seneng aku dateng kesini?". Tak ada sahutan. Juna masih menatapnya. Sedikit demi sedikit, senyum arjuna mengembang.

Secara perlahan pula tangannya mulai mencoba meraih tangan mungil kesayangannya. Menggengamnya dengan erat seakan tak akan ia lepaskan.

"Aku kangen," gumamnya.

"Ih kayak udah 2 tahun ga ketemu aja. Kita kan ketemuan terus, Junaa."

Mella kemudian meraih sebuah bolpoin dari tempat pensil milik Juna dan mulai menggambar ditangan Juna pula. Kali ini ia tidak memarahinya, membiarkan Mella melakukan apa yang selalu ia lakukan.

Lentera Senja || Wen Junhui [SVT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang