Part 2

1.8K 193 13
                                    

Typo Bertebaran.


Jisung mengerjapkan matanya perlahan, cahaya lampu mengenai retina matanya membuat silau seketika.

Dengan sedikit mengerjapkan mata, Jisung melihat sekeliling....Tunggu, dimana dia??

Belum habis keterkejutan Jisung, pintu kamar tempat dia berada di buka dari luar dan tampak seorang pemuda berkulit tan masuk sembari membawa sebuah nampan berisikan bubur dan segelas air putih serta beberapa obat.

"Makan dulu, habis itu minum obat"

Lee Haechan, mendekat ke arah ranjang setelah meletakkan nampan dinakas lalu duduk di sisi ranjang.

Jisung meringsut mundur, ntah kini dia merasa takut saja.

"Ke-kenapa gue dibawa kesini?"

Jisung bertanya terbata bata.

"Ga tau, pengen aja. Yok makan"

Haechan menyendokkan satu sendok bubur di hadapan Jisung.

"Ayo makan"

"Gue bisa sendiri"

"Ck, gausah sok kuat...Tangan lu aja di perban"

Benar, Jisung baru sadar tangan nya di perban.

Perlahan namun pasti Jisung memakan bubur tersebut. Dan setelah itu meminum obat.

"Makasih", ucap Jisung tersenyum hangat.

"Iya, jangan geer...Gue cuma ga mau lama lama nahan diri buat ga nyiksa elu"

Deg!!

Ayolah Jisung, bisa bisanya dirinya terbawa perasaan padahal nyatanya Haechan hanya ingin merawatnya untuk menyiksanya kembali.

Ya, takdir mu memang begitu Ji.

Jisung menatap punggung Haechan yang perlahan hilang di balik pintu.

"Ayo sadar Ji, dia tidak akan pernah sadar"

Jisung menghela nafas pelan, lebih baik dia tidur kan.

Tidak peduli bagaimana nanti, yang penting kantuknya hilang.

◇◇◇◇

Haechan masuk kedalam sebuah rumah, disana sudah terdapat 3 sahabatnya.

"Gimana?"

"Buarin gue duduk dulu", ucap Haechan kesal.

"Iya iya, silahkan Tuan Haechan terhormat"

Haechan akhirnya duduk disalah satu sofa.

"Jadi gimana?"

"Udah gue obatin, luka nya juga udah gue perban...Dan gue juga udah kasih obat"

"Baguslah"

Haechan mendengus kesal saat mendengar jawaban teman temannya.

"Sorry"

Atensi teralih menatap seseorang yang baru saja berbicara. Jeno, dia yang baru saja mengucapkan maaf.

"Untuk?", tanya Huang Renjun, satu satunya orang China di pertemanan mereka.

"Gara gara gue Jisung begini"

"Tenang Jen, bukan salah lu....































....Karena masih ada hal yang lebih kejam lagi yang bakal kita lakukan", ucap Na Jaemin sembari tersenyum miring.






TBC.

Vote dan Comment jangan lupa;)



WHITE in BLACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang