Happy Reading!
..
.
.
Sekarang Rosé sama gadis itu lagi sembunyi di jalan kecil di antara rumah warga, jalan yang sangat jarang untuk dilewati. Karena selain kecil, jalan ini juga gak kelihatan dari jalan umum, kayak gak ada jalan gitu..
Rosé berdiri di depan gadis itu, membelakangi jalan. Sengaja biar nutupin tubuh mungil didepannya supaya gak kelihatan dari luar jalan.
Habis main lari-larian Rosé ngerasa ada yang gak beres sama detak jantungnya, gak normal, kencang banget! Tapi- dapat dipastikan bukan karena itu sihh.. Lebih tepatnya karena sekarang tubuh mereka sangat dekat, bahkan udah kayak perangko tu, nempel gak ada celah. Rosé sih cuma bisa berdo'a dalam hati supaya gadis itu gak dengar detak jantung nya yang heboh banget itu..
Tapi- kalau dipikir-pikir lagi, dari tadi Rosé main tarik-tarik aja tanpa mikir. Emang yakin banget dia, kalau gadis didepannya ini benaran Jennie Kim?
Yaakk! Bisa-bisanya dia berpikir kalau gadis ini Jennie, belum tentu juga apa yang di bicarakan sekelompok orang tadi benar. Dalam hati Rosé udah ngedumel, sumpah serapahin dirinya sendiri kalau sampe gadis dihadapannya ini bukan Jennie Kim!
Bisa-bisa Rosé dilaporin ke polisi lagi atas tuduhan penculikan! Rosé geleng kepala berusaha ngilangin pikiran gak masuk akal itu.
"Gak, itu gak boleh terjadi." Gumam Rosé pelan, Dia harus mastiin kalau gadis ini Jennie Kim asli, ya- Dia harus memastikan nya.
Rosé narik nafas dalam, beranikan diri bicara dengan gadis itu.
"Maaf nona, jika kamu berpikiran buruk tentang apa yang aku lakukan sebelumnya, aku minta maaf. A-aku tidak bermaksud untuk menculik mu. Aku hanya ingin memastikan apa yang dikatakan sekelompok orang tadi mungkin saja benar, dan jika iya. A-aku hanya ingin menyelamatkan mu saja, itu pun jika benar kamu adalah Jennie Kim. M-maksud nya, aku hanya ingin memastikan bahwa aku tidak salah membawa orang!" Ucap Rosé gugup.
Gadis itu masih menunduk, gak memberikan respon apapun atas ucapan Rosé barusan, padahal Rosé udah jelasin panjang kali lebar. Jangankan untuk menjawab perkataan Rosé, bahkan masker serta kaca mata hitam pun masih menempel di wajahnya, gak dilepas, membuat Rosé kesulitan untuk melihat wajahnya.
"Nona tolong jangan diam saja, aku perlu memastikan nya." ucap Rosé sedikit kesal.
Ngelihat gak ada respon sama sekali, Rosé jadi kesal dan refleks menghembuskan nafas kasar.
"Sepertinya aku telah salah membawa orang." Batin Rosé.
"Maaf nona aku tidak bermaksud untuk menakuti mu dengan membawa lari paksa kau seperti tadi, sekali lagi maafkan aku." Ucap Rosé sambil membungkukkan badan, sebagai tanda permintaan maafnya.