Cinta?

1 0 0
                                    

Siang itu di sebuah toko 'serba ada' semua produk tersusun sangat rapi. Dhita, seorang pelajar kelas 2 SMA itu berniat membeli peralatan sekolah yang memang harus di beli. Tangannya tidak berhenti membulak balik barang demi mencari kualitas terbaik. Di dapat 2 orang kekasih berada di sampingnya.
"Kamu lihat pensil itu?"
"Lihat, kenapa memangnya?"
"Tajam kan?"
Perempuan itu mengangguk mengiyakan.
"Seperti cintaku padamu, tajam. Nembus ke hatimu, namun tidak melukai."
Rayuan yang dilontarkan lelaki itu nyaris membuat Dhita tertawa jungkir balik di depan mereka. Dhita menutup mulutnya berusaha menahan tawanya, usaha nya kurang maksimal sehingga dia mengeluarkan tawa kecil seperti yang menghina.
Kedua pasangan itu menyadari suara mereka terdengar oleh orang lain dan mereka segera mencoba untuk pergi dari tempat itu.
"Geli banget gw dengernya. Kenapa orang yang jatuh cinta cringe tingkat tinggi" Gumam Dhita belum berhenti tertawa.
Dhita memasukan semua barang yang ada di list yang harus dibeli ke dalam tas belanjaan. Dhita segera membayar semuanya ke kasir.
Panas sekali hari ini... Dhita berjalan menuju timezone, sebelumnya dia sudah memakai blazer nya agar almamater sekolahnya tidak tercoreng.
Saat sedang bermain, dilihatnya seorang lelaki sedang memainkan salah satu permainan yang ada disitu. Lelaki berbadan tinggi, wajahnya menampakkan tidak ingin di ganggu siapapun, dia menggunakan almamater yang sama dengan sekolah Dhita. Tampak asing baginya.
"Rasanya aku belum pernah melihatnya di sekolah." Pikirnya.
Tiba tiba, handphone nya berbunyi. Dhita tidak mengangkatnya, dia hanya terus menatap sumber dering yang bertuliskan 'ketos banyak omong'. Berulang kali berbunyi. Lelaki tersebut menatap sinis dari kejauhan, dirasa suara tersebut mengganggunya bermain. Dhita merasa tidak terima, dia menatapnya balik, tatapannya lebih tajam dari gombalan pensil sepasang kekasih tadi. Kedua tatapan itu terputus saat Handphone nya berbunyi lagi. Dhita segera berjalan menuju pintu keluar. Yang mana pintu keluarnya berada searah dengan lelaki tadi. Langkah kakinya terhenti saat berada di belakang lelaki tersebut. Dhita berbisik ketus, "Pakai jaketmu, tutupi almamater mu. Dasar beban sekolah."

Esoknya Dhita seperti biasa pergi melakukan rutinitas harinya.
"Aku berangkat dulu, ma." Teriak seorang wanita keluar dari rumahnya. Kebiasaan pagi nya selalu ia lakukan, menyapa tetangga yang sedang menghirup udara pagi. Untungnya para tetangga itu sama ramahnya sepertinya. Dia menaiki sepedanya dan mulai mengayuhnya, pergi ke sekolah.
"Dhitaaa." Teriak seorang wanita dari arah yang berlawanan dengannya. Dhita menyipitkan matanya menatap dari kejauhan. "Wah, something bad will happen. Gw mesti lari."
Dhita memutar badannya seolah dia bisa kabur dari Ria, ketua osis periode tersebut. Tapi itu hanya khayalannya belaka, Ria menepuk bahu kirinya, "Jangan kabur lu."
Dhita memejamkan matanya menampakkan wajah kesal yang ditahan, lalu membalikkan badan dan tersenyum. "Ada apa? Pagi pagi udah berisik aja."
"Kemarin kok lu pulang sih? Lu kan sekretaris OSIS."
"Gw kemarin ada acara mendadak."
"Gw telepon tapi gak lu angkat angkat."
"Sorry, hp gw di silent."
"Yaudah sekarang ke ruangan OSIS, ada yang baru."
"Kaya oreo aja."
"Gw serius, ada anggota baru."

Sepanjang jalan mereka ke ruangan OSIS, Ria terus menggerutu karena Dhita jarang ikut kumpulan OSIS. Dhita selalu tidak peduli dengan ceramahan ketua OSIS yang selalu mengulang kalimat 'lu kan udah kelas 11, harusnya jadi panutan buat adik kelas lu lah'. Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Di ceramahi untuk hal yang bahkan tidak dia inginkan, sangat menyebalkan pikirnya. Dhita adalah satu satunya anggota OSIS yang di paksa oleh guru-gurunya. Bahkan dia hampir di calonkan jadi ketua OSIS, namun semua itu gagal karena Dhita mengancam jika dia di calonkan atau terlibat dalam pencalonan ketos dan waketos akan keluar dari OSIS. Dia lebih meyukai kebebasan, baginya sekolah adalah masa yang harus dimanfaatkan untuk seru seruan, bukan mengurusi hal seperti mengurusi siswa lain yang bermasalah, yang melanggar atau bahkan mengorbankan waktu weekend nya hanya untuk rapat OSIS. Baginya itu hanya buang buang waktu saja.

Ceramahan tersebut terhenti saat mereka masuk ke dalam ruangan OSIS. Seorang lelaki sudah menunggu mereka berdua sedari tadi. Pupil mata Dhita dan lelaki tersebut seketika membesar.
Dhita yang pernah bertemu dengannya di timezone terheran, "Elu lagi?"
Lelaki tersebut terdiam dan mengerutkan keningnya, menandakan keheranan di wajahnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 23, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Is This A LoveWhere stories live. Discover now