Arka kira, dengan membiarkan Nana selesai dengan marahnya adalah pilihan yang benar, ternyata sangat salah.
Nana mengabaikannya, telponnya dan juga pesan-pesan yang Arka kirim. Bahkan Nana memulangkan laptop Arka hanya lewat teman Arka yang kebetulan juga Nana ketahui waktu ospek dulu.
Pukul tiga, Arka sengaja mendatangi Nana karena Arka tau Nana masih ada kelas. Membujuk orang marah sama sekali bukan keahlian Arka, pada Ara atau pun Nadia, atau pada ketiga kakaknya, Arka memang tidak pernah. Tapi mereka semua bisa untuk Arka, abaikan namun lain dengan Nana. Seberapa kerasnya pun Arka menahan dan mengatakan pada dirinya sendiri kalau Nana akan pulih sendiri, ia tetap saja kepikiran sampai tidak konsen di kelas terakhir.
Sekitar lima menit menunggu, Nana keluar bersama dengan Rama. Melihatnya dari kejauhan saja Arka rasanya sudah terpancing untuk menarik kerah kemeja yang Rama pakai lalu menegaskan bahwa Nana adalah miliknya dan sebaiknya jangan terlalu dekat. Jangan kira Arka tidak tau kalau Rama tertarik pada Nana..Tentu saja, siapapun bisa tertarik. Nana itu cantik, ceria tapi tidak berlebihan, dia juga pintar karena Bagas pernah cerita kalau Nana peringkat satu sejak SD hingga SMA.
Dan Arka akan merasa sangat pantas untuk Nana karena mereka seimbang.
"Udah makan siang?" Arka mendekat, melirik sekilas pada Rama yang sempat menyapanya.
Nana kesal, masih kesal dengan Arka yang menciumnya tadi dan mengatainya padahal semua orang yang dia temui mengatakan kalau Nana cocok pakai lipstik itu. Di mata Arka mungkin memang jelek, tapi apa tidak bisa di ucapkan baik-baik? tidak usah pake cium kasar.
"Aku gak laper" jawab Nana datar, harusnya memang Nana tidak usah berekspektasi tinggi untuk Arka.
Arka baru akan bicara sebelum Rama menyela
"Gue duluan ya na?" Nana menoleh lalu mengangguk, jangan lupakan senyum manisnya yang menjadi salah satu daya tarik Nana.
"Iya, telpon aku ya?" Arka mengernyit, apa-apaan yang sedang terjadi di depannya ini? Arka tidak menjawab saat lagi-lagi Rama pamit padanya.
"Ngapain nyuruh Rama nelpon lo segala?" Nana hampir saja lupa, Arka kan posesif.
"Kita ada tugas makalah, aku mau lihat contoh makalah dari Rama." Nana bisa buat, tapi supaya tidak salah nana meminta pada Rama untuk memperlihatkan miliknya sebagai contoh. Nanti sisa Nana kembangkan. Padahal ini bukan kali pertama ia buat makalah.
"Gak usah sama rama, gue bisa bantu lo" Nana harusnya tidak lupa kalau Arka juga bisa bahkan sangat bisa untuk di andalkan
"Sama rama juga__
"Gue bisa bantu lo, gak usah repotin orang lain" Nada bicara Arka menajam dan Nana rasanya agak takut
"Kalau gitu aku kerjain sendiri aja, aku gak mau ngerepotin kamu" kata Nana kemudian.
"Gue bukan orang lain, gue pacar lo" dan kalimat Arka membuat Nana terdiam, pandangannya menurun karena tidak mampu mengimbangi tatapan Arka yang begitu lekat.
"Ayo pulang" Arka meraih tangan Nana, berjalan beriringan menuju parkiran yang masih ramai. Meski Nana agak tidak nyaman dengan orang-orang yang selalu menatap kearah mereka.
Menyadari Nana terus diam bahkan menolak di pasangkan helm seperti biasanya, Arka menghela nafas. Menunggu Nana selesai memakai helmnya kemudian naik keatas motor. Sebelum Nana ikut naik, Arka menahan lengan gadis itu.
"Lo dulu pengen gue jadi pacar lo kan? sekarang itu udah terwujud. Lo udah jadi pacar gue sekarang. Lo udah masuk dalam hidup gue dan lo harus tau kalau setelah lo masuk udah gak ada jalan keluar. Lo bakal sama gue terus, kemana pun." Nana benar-benar speechless. Kalimat panjang Arka seolah mengatakan bahwa Arka pun hanya akan menjadi miliknya untuk selamanya. Tapi apa itu benar?
"Terus, kalo kamu udah gak suka sama aku? kamu buang aku? kamu sendiri yang bakal keluarin aku dari hidup kamu?" Arka kembali mengernyit, kenapa yang di tangkap Nana malah yang seperti itu?
"Lo ngeremehin gue?" Nana menggeleng kecil, kembali ingin naik keatas motor namun lagi-lagi Arka menahan.
"Kalo gue bilang gak ada jalan keluar, berarti memang gak ada. Lo jangan pikir gue sebrengsek itu. Lo marah karena gue hapus lipstik lo? itu bukan karena lo jelek. Lo cantik, lo cantik banget. Makanya gue gak suka. Gue males punya saingan" Nana membuat Arka jadi lebih banyak bicara dari sebelumnya, Nana membuatnya jadi harus repot-repot menjelaskan banyak hal yang merupakan salah satu yang tidak Arka suka. Karena biasanya, Arka membuat orang-orang mengerti hanya dari tindakannya saja.
"Nana, hubungan selalu punya aturan. Kalo masih mau bebas, mending sendiri aja."
"Maaf, lain kali aku gak pake" Nana memang tidak pernah mau menangis di depan Arka. Tapi kalimat tadi malah membuat Nana merasa terharu sekaligus merasa bodoh. Kenapa juga ia harus sok-sokan pakai lipstik?
"Lo boleh pake, di depan gue aja" Nana tidak menjawab, membiarkan Arka mengusap air mata di pipinya.
"Jangan nangis, gue minta maaf. Gue gak bakal kasar lagi kalau cium" arka benar-benar frontal, Nana saja malu mendengarnya.
"Udah, kamu gak usah cium__
"Gak usah larang, gue gak peduli" Nana memukul bahu Arka cukup kencang
"Ayo naik, kita cari makan buat lo" Nana naik keatas motor, memegang kedua sisi pinggang Arka yang masih mengenakan tas
"Aku gak laper"
"Makan gak usah tunggu laper" Tapi memang Nana tidak lapar, lagi pula dia bisa makan dirumah.
"Di rumah aja" Arka menyalakan mesin motornya, kalau tunggu sampai Nana tiba di rumah akan lama.
"Gak, kita cari makan" itu perintah, Nana tau Arka tidak mau di bantah.
____________
Nana baru saja menyelesaikan makalahnya, seperti kata Arka. Pria itu benar-benar membantu Nana bahkan sampai membuat sampul pun Arka turun tangan. Kalau sudah di bantu Arka, Nana yakin makalahnya tidak akan salah.
Ia mengambil ponselnya, menemukan satu pesan dari Ara yang akhir-akhir ini memang jarang bertukar kabar.
Nana, nanti datang ya. Acara syukuran, ajak Arka sekalian. Gue gak terima alasan pokoknya lo harus datang!
Nana tertawa kecil, membalas pesan Ara kalau dia pasti akan datang, lalu mendial nomor Arka. Namun pada dering pertama Nana memutuskan sambungan. Arka pasti sedang istirahat karena harus membantu Nana menyelesaikan makalahnya. Lagi pula, Ara pasti sudah memberitahu Arka sebelumnya.
Baru Nana akan meletakkan ponselnya ke atas nakas, namun Arka justru menelponnya.
"Halo?"
Kenapa di matiin?
Arka baru akan mengangkat panggilan Nana namun lebih dulu di putuskan.
"Aku lupa, kamu pasti lagi istirahat ya. Maaf aku ganggu." kata Nana merasa tidak enak
Gak ganggu sayang, mau ngomong apa?
Nana harusnya tidak perlu merasa tidak enak padanya. Arka sudah memberikan Nana tempatnya sendiri. Ia akan selalu punya waktu untuk Nana. Arka akan selalu siap dengarkan Nana.
Arka tidak tau, kalau hanya dengan kata 'sayang' saja Nana sudah meleleh
"Kak Ara ngundang aku ke acara syukuran, kamu juga kan?" Nana mulai cerita
Iya, nanti kita kesana sama-sama
Sudah, Nana tidak tau lagi mau bilang apa. Ia masih tidak ingin menganggu istirahat Arka yang pasti lelah juga di kampus.
"Udah, cuma mau bilang itu" Arka di seberang sana tersenyum, dari jauh saja Nana bisa membuatnya gemas.
Kalo gitu lo tidur deh, besok masih kuliah. I love you nana.
Nana sampai terdiam beberapa detik, lalu tersadar karena suara tawa Arka.
"Iya"
Iya apa? Nana menautkan alis
"Ya.. pokoknya iya"
Tadi gue bilang i love you, kenapa gak di bales?
"Aku gak usah kasih tau, kamu pasti udah tau."
KAMU SEDANG MEMBACA
EUNOIA
ChickLitKalau Arka yang judes dan sarkas lalu bertemu dengan Nana yang ceria dan berhati selembut gulali? Apakah akan mengubah Arka?