njun's bàba

84 6 0
                                        

note :
Dimohon utk ikuti alurnya, dan pahami bahwa semua yang ada hanyalah karangan semata.
Terima kasih!
.
.

"Ya! Jangan acak rambutku, aku butuh waktu lama untuk merapihkannya hyunggg!"

Belum sempat selangkah kaki pun berpijak, Renjun bisa menebak bahwa teman-temannya di lantai bawah tengah bersiap untuk menyambut kedatangan orang terkasihnya. Bahkan dari jarak sejauh ini, suara terbahak Chenle dan amukan Jisung terdengar jelas.

Oh ya, hari ini mereka memiliki agenda untuk menyiapkan dorm karena para orang tua dan beberapa staff akan hadir untuk sekedar tegur sapa dan menjalin silahturahmi agar lebih erat.

"Lanjutkan menata mejanya ya Jen, aku ingin mengambil handphone dikamar."

Langkah kakinya terhenti. Ada postur lain yang menghalangi jalannya.

"Minggir, tangga ini bukan milikmu."

"A-ah maaf aku melamun Jaemin. Kenapa kamu ada disini? Ada yang sedang kamu cari?"

Jaemin. Pemuda yang tadi mengucapkan kalimat yang agak pedas itu terlihat memutar bola matanya. Untuk apa sepagi ini meladeni orang yang membuatnya kesal.

"Bukan urusanmu. Turunlah, banyak pekerjaan yang belum selesai untuk apa berdiri tidak guna disini."

Setelah mengucapkan hal tersebut, Jaemin berlalu dan Renjun pun akhirnya mendengarkan ucapan adiknya tadi. Renjun turun dan mencoba untuk merapihkan satu persatu pekerjaan yang terlihat belum rampung.

"Gege, apa aku boleh minta tolong?"

Renjun yang tengah asik mengelap meja pun menoleh keasal suara. Tepat dibelakangnya sudah ada Chenle dengan setelan pinky tengah menatapnya dengan aegyo.

"Astaga, jika sudah seperti ini aku yakin kamu akan meminta hal yang aneh-aneh kan Chenle-ya?!"

Wajah adiknya seketika berubah. Bibirnya melengkung dan matanya seakan menatap kecewa pada Renjun.

"Aniyaa kenapa gege menilaiku sejelek itu sih?! Padahal aku belum bilang apa-apa. Sudahlah kalau begitu tidak jadi."

Setelahnya Chenle pergi meninggalkan Renjun dengan kaki yang menghentak lucu. Sepertinya dia kesal karena dituduh yang tidak-tidak oleh Renjun.

"Ya Renjun-ah. Yang akan datang hari ini appa atau eomma mu? Lihatlah kue-kue ini, bukankah ini sangat cocok untuk arisan ibu-ibu?"

Kembali lagi Renjun menghentikan kegiatannya. Kali ini suara yang agak berat mengusik konsetrasinya. Ditengoknya laki-laki yang tengah menyetel tv tidak jauh dari tempat Renjun berada.

"Jangan kamu habiskan sekarang Jeno. Nanti jika orang tua kita datang makanannya telah lenyap diperutmu, siapa yang akan tanggungjawab?"

"Jelas yang tertua, karena yang tua seharusnya memberikan contoh untuk yang muda. Oh iya, jangan lupa tentang pertanyaanku tadi."

Renjun menghela nafas. Bagaimana cara menjawabnya, sedangkan pertanyaan tersebut akan sulit untuk dijelaskan ketika semuanya dijawab sesuai fakta.

"Hyuungg!! Sudah dataaang. Orang tuaku sudah dataaang!!"

Teriakan Jisung berhasil menyelamatkan Renjun kali ini. Renjun bergegas menghampiri asal suara dan setelahnya berjabat tangan -salim- kepada orang tua Jisung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BALONEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang