23 Pilihan Tersulit

6 2 0
                                    

“Kekasih simpananmu sedang bersamaku sekarang. Datanglah kemari atau …”
“Kau ingin membunuhnya?” Potong Baek Hyun cepat. “Lakukan saja!” Tegasnya penuh amarah.
“Ah …  ha ha ha ... Hei, hei ... apa kau pikir aku sebodoh itu? Bukankah lebih menyenangkan bila aku menikmatinya di atas ranjang dari pada membunuhnya? Jika aku bosan aku bisa saja memeliharanya dan menyewakannya sebagai budak pemuas nafsu untuk mendapatkan uang bukan?”
Baek Hyun mengepalkan tangannya dengan mata yang terpejam rapat. “Apa maumu?” Tanyanya geram.
“Mauku? Jika kau tak mau hal yang kukatakan itu terjadi. Datanglah kemari dan tidurlah dengannya. Lakukan itu sementara aku akan menjadi sutradara terbaik yang akan mempertontonkanmu di seluruh penjuru bumi. Bagaimana? Kau ingin yang mana? Apakah kau ingin menikmatinya sendiri atau membiarkanku menikmatinya sepuasku? Ah … aku dengar kau belum pernah tidur dengannya bukan? Tentu hal ini akan sangat menyenangkan. Aku bersumpah dan berjanji, jika kau mau datang dan melakukan semuanya sampai selesai, aku akan melepasmu juga Hana. Aku bersumpah tidak akan pernah mengganggu kalian lagi seumur hidupku. Karena apa? Karena kita sudah impas.”
Baek Hyun terdiam. Darahnya terasa mendidih hingga uapnya terasa menyesak di dadanya. Tubuhnya gemetar menahan amarah membuat wajah hingga lehernya jadi merah. Hantaman kesedihan dan amarah yang begitu keras menghujam jiwanya membuat air matanya mengalir di pipinya. Nasibnya terasa lebih buruk daripada narapidana mati yang menghadapi maut di depannya. Inikah akhir dari nasibnya? Saat ini ia sudah begitu dibenci bahkan dikutuk. Keberadaannya mungkin tak diharapkan lagi oleh banyak orang. Kariernya bahkan sekecil apa pun sudah tak berbentuk lagi dan entah kenapa Ranu masih belum puas mempermainkannya.
Pria itu berusaha menenangkan dirinya. Ia tak punya pilihan apa pun sama sekali. Bahkan pikirannya buta untuk melihat jalan keluar sekecil apa pun untuk menyelamatkannya dari ancaman yang ia terima saat ini.
“Di mana aku bisa menemuinya?” Tanyanya dengan suara yang dibuat setenang mungkin.
“Anak buahku akan menjemputmu di tempat yang kutentukan. Kau hanya punya waktu 1 jam. Jika kau terlambat maka pintu akan tertutup untuk pesta kami. Satu hal lagi. Jangan melibatkan siapa pun dalam misi kita kali ini. Jika aku mengetahuinya, bahkan bila kau mati. Kau akan menjadi roh yang paling menderita melihat kehidupan kekasihmu di dunia ini. Jadi ... jangan gegabah.”
Baek Hyun keluar dengan gusar, namun tiba-tiba para bodyguard yang berjaga di luar sudah mencegat langkahnya di depan pintu.
“Maaf, kami tidak bisa mengizinkanmu pergi selama keadaan di luar masih memanas. Tetaplah di sini sampai agensi menemukan solusi bagi masalahmu dan  keadaan kembali membaik di luar sana.”
“Ada hal yang harus kuselesaikan secepatnya,” jawab Baek Hyun pendek sambil meneruskan langkahnya. Tapi lagi-lagi bodyguard itu mencegahnya.
“Maaf, kami tetap tidak bisa membiarkanmu pergi. Ini perintah Pak Alex langsung.”
*
“Praaang!” Tubuh Baek Hyun kini terlempar ke dinding kaca. Ia terseret di atas serpihan-serpihan kaca yang pecah berderai.
Pria itu kembali bangun dan berusaha kembali menembus barikade keamanan para bodyguard itu. Meski sebenarnya tidak ada perlawanan sengit antara dirinya dan ke lima bodyguard yang menghadangnya. Namun tubuhnya sudah berkali-kali terlempar dan terjatuh membentur lantai dan benda-benda di sekitar tempat itu. Beberapa di antara mereka merasa iba dengan keadaan Baek Hyun yang sudah tak karuan lagi. Jalannya terpincang-pincang. Bibir, tulang pipinya, dan beberapa bagian tubuhnya terluka, dan berdarah. Tapi mereka tak punya pilihan selain terus berupaya mencegahnya keluar dari tempat itu.
“Biarkan saja dia pergi!” Alex tiba-tiba sudah berada di tempat itu.
“Aku sudah tidak ingin mengurusnya lagi. Kalau pun terjadi apa-apa di luar sana. Aku akan membuatmu menanggung sendiri akibat dari perbuatanmu!” Ancamnya.
Baek Hyun tak bergeming sedikit pun. Pikirannya terlalu fokus pada ancaman Ranu padanya. Ia hanya ingin pergi dari tempat itu sesegera mungkin dengan kesempatan yang terbuka saat ini. Dengan langkah yang terpincang-pincang Baek Hyun pergi dari sana secepat yang ia bisa. Ia takut, khawatir, dan putus asa sampai kehilangan akalnya.
Di tengah perjalanan Baek Hyun kembali menghubungi Ranu untuk memastikan tempat yang harus ia tuju. Sesampai di sana, 2 orang pria upahan Ranu sudah menunggunya. Kedua orang upahan itu memintanya ke luar dari mobil untuk bertukar posisi. Baek Hyun pindah ke belakang bersama yang satunya, sementara satu orang yang lain mengemudikan mobil ke tempat di mana Ranu menunggu bersama Hana.
***
Bangunan besar dan tua itu terletak di dekat perbukitan yang terkenal curam. Siapa pun tidak akan menduga bila bangunan yang tak terurus itu menjadi tempat persembunyian Ranu yang terakhir. Baek Hyun masuk ke ruang tengah di mana Ranu tampak santai menantinya. Salah satu orang upahan Ranu tadi membuntuti  Baek Hyun sembari menodongkan pistol ke kepalanya.
“Kau datang?” Sapanya ramah.
Baek Hyun menatapnya tajam dengan amarah yang tertahan di dadanya.
“Kau boleh tenang karena ini akan jadi pembalasan yang terakhir untukmu. Aku berjanji, setelah ini kita impas. Benar-benar impas. Kita sama-sama dianggap sudah mati dan sama-sama dibenci. Kita akan sama-sama merasakan di mana kehadiran kita tidak diharapkan di dunia ini. Bahkan sampai mati pun orang-orang akan mengutuk dan terus mengingat kita sebagai seniman yang terburuk yang pernah ada.
Begitu menyakitkan kehidupan itu sampai kau menginginkan kematianmu? Apa kau pernah merasakan itu? Aku pernah merasakannya. Tapi akhirnya aku merasa tak rela jika belum membuatmu merasakannya. Jika aku bisa membuatmu merasakan penderitaanku saat itu. Barulah aku menerima kematianku dengan tenang. Yaaah ... itu pun kalau ajal merindukanku.
Lakukan semua instruksiku dengan tenang, maka setelah itu aku dengan senang hati dan ikhlas melepaskan kalian berdua. Bahkan jika kau ingin membunuhku atau menuntut dan memenjarakanku lagi. Aku saaangat bersedia,” ujar Ranu seraya tersenyum.
“Sebaiknya jangan berpikir apalagi nekat melakukan tindakan apa pun. Karena jika itu tak sesuai harapanmu, maka aku akan membuatmu melihat sendiri penderitaan kekasihmu yang tak pernah kau lihat sebelumnya di dunia ini.”
“Apa pembalasanku yang terakhir ini terasa keterlaluan?” Tanya Ranu pada dirinya sendiri.
“Aku rasa kita sama saja kali ini. Jika menurutmu aku keterlaluan, aku minta maaf. Tapi saat ini aku benar-benar ingin membuat sejarah dunia yang tak terlupakan. Setidaknya bila kita mati, orang-orang akan mengingat kita bukan? Ha ha ha ha ha.
Jadi begini. Kita akan membuat konten video s***  yang belum pernah ada di dunia. Beradeganlah senatural mungkin karena ini siaran langsung,” jelas Ranu.
Baek Hyun terdiam seakan tubuhnya tak berjiwa. Ia seperti robot yang pikirannya tengah diisi oleh perintah yang akan mengendalikannya. Hati dan pikirannya seakan mati dibunuh masalah demi masalah yang terus ia alami. Sekarang ia sendirian, kehilangan jiwa, akal dan pikiran untuk bisa menyelamatkan dirinya juga Hana dari kenyataan ini.
“Aku sudah menyiapkan tempat yang cukup nyaman untuk kalian berdua. Buatlah seakan-akan kaulah yan tak berperasaan menodainya. Karena aku pikir, kekasihmu itu tak bisa berakting seakan ia mau menikmati ini. Jadi kita buat seakan kaulah yang sedang memaksanya melakukan ini. Ketika aku bilang ‘mulai’... masuklah dengan pelan, hampiri dia, lalu kau menindih dan memaksanya. Tunjukkan keberingasanmu dengan merobek pakaiannya, lalu kau melepaskan pakaianmu sendiri dan lakukan itu sebaik mungkin. Terserah kau mau kasar atau memperlakukannya selembut mungkin, itu pilihanmu. Kau mengerti bukan? Kau pasti mengerti. Karena kau seorang artis. Baiklah ... kita mulai.”
Ranu memberi kode agar anak buah yang satunya mengambil Hana. Sementara Ranu bangun menuju ruang yang dimaksud. Pria yang menodong kepala Baek Hyun dengan pistol mendorong tubuh Baek Hyun untuk segera melangkah mengikuti Ranu. Mereka masuk ke ruangan yang memang dipersiapkan Ranu untuk menjalankan rencananya.
Ranu duduk dengan santainya sambil menyetel kamera handphonenya. Sementara Baek Hyun berdiri tak jauh dari pintu dengan kepala yang masih ditodongi pistol. Pria penodong itu begitu waspada memastikan tidak akan ada kemungkinan sekecil apa pun bagi Baek Hyun untuk menyerangnya balik. Ya ... Baek Hyun memang tidak memiliki kesempatan itu sama sekali.
Hana setengah diseret masuk ke kamar itu. Raut wajahnya yang sembab dan ketakutan tampak terkejut saat melihat Baek Hyun sedang berada di sana. Pria itu tak menatapnya sama sekali. Tanpa sempat mengatakan apa pun Tubuh Hana didorong ke atas ranjang kamar itu. Baru saja Hana hendak bangun, Ranu langsung bangun mengambil alih pistol dan menekannya ke kepala Baek Hyun.
“Jika kau bangun dari tempatmu dia akan mati!” Ancam Ranu pada Hana.
“Dan jika kau mati terlebih dahulu, dia akan jadi milik kami,” bisik Ranu geram sambil menatap Baek Hyun.
“Keluarlah, aku akan merekam sendiri adegan ini!” Suruhnya pada 2 pria upahannya itu.

Patah Tumbuh dan Tak MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang