Bimbang

27 2 0
                                    

Bara termenung menunggu kedatangan coach Hendra. Ia teringat akan sikap coach padanya. Padahal selama 5 tahun ia bergabung di club sepak bola itu, coach Hendra tidak pernah mengusirnya dari lapangan sepakbola, bahkan Bara termasuk anak emas di club itu.

" Maaf ya. Nunggu lama. Tadi bubarin anak anak, biar mereka istirahat dulu. "

Bara tidak menjawab. Ia masih menyesali perbuatannya hingga coach Hendra tega mengusirnya dari lapangan.

" Oke Bara to the point aja. Kamu kenapa ? Ada Masalah..?"

" Maaf coach, saya sendiri bingung saya kenapa"

" Tournament tinggal sebulan, kita ga bisa kalah lagi Bara"

" Iya coach saya janji akan fokus latihan lagi"

Mereka terdiam sesaat.

" Bara..." Coach Hendra membuka percakapan mereka kembali. "Maaf kalau pertanyaan saya mencampuri urusan pribadi kamu, kamu ada masalah sama Dwita?"

Bara terperanjat kaget, kenapa pacarnya,Dwita, disebut-sebut sebagai sumber permasalahannya.

"Tapi saya lihat, kamu sama Dwita tidak pernah ada masalah, baik baik aja. Bahkan menurut saya, walaupun ia tidak suka sepak bola, Tapi dia mendukung kamu di sepak bola." Tentu saja coach Hendra tahu tentang hubungan Bara dan Dwita. Selain Dwita sebagai keponakannya, coach Hendra juga selalu menjadi curhatan anak didiknya, baik itu tentang pacar, kuliah, keluarga ataupun masalah lainnya. Anak didiknya juga tak hanya menganggapnya sebagai pelatih, tapi juga sahabat serta keluarga mereka. Itu sebabnya coach Hendra tahu jika salah satu dari anak didik memiliki masalah atau apapun yang membuat anak didiknya beda dari biasanya. Apa lagi pada Bara, salah satu anak emas dalam club binaannya yang berhasil mengantarkan timnya memenangkan tournament 3 tahun lalu.

" Kenapa coach bilang kalau saya ada masalah dengan Dwita?" Bukannya menjawab tapi Bara justru tanya balik.

" Kalau saya perhatikan saat kita pertama kali memenangkan tournament ini, kamu semangat sekali, ambisi kamu sangat kuat untuk menang. Bahkan tidak sekalipun kamu mengecewakan saya. Tapi, performa kamu menurun sejak 3 tahun yang lalu. Kalau saya tidak salah 3 tahun yang lalu kalian jadian kan..?" Bara mengangguk, tanda ia membenarkan pernyataan tersebut. " Kamu mulai berubah disitu. Walaupun kamu tidak pernah absen latihan. Tapi kamu selalu melamun, banyak pikiran, itu semua yang buat kamu ga fokus. Dan kamu pasti ingat kita kalah dalam tournament di tahun itu"

Bara tetap diam namun sesekali ia mengangguk membenarkan pernyataan coach Hendra sembari mengingat 3 tahun silam.

" Puncaknya setahun terakhir, kamu juga gagal membawa tim kita sampai final" lanjut coach Hendra " Kamu salah satu striker terbaik yang kita punya, jangan sampai karena masalah kecil yang harusnya kamu bisa atasi,justru akan membuat kamu tidak bisa mewujudkan mimpi kamu di sepakbola kamu harus tahu apa prioritas utama kamu sekarang ini Bara." Kali ini coach Hendra tampak tegas. Ia sudah tidak bisa memberi toleransi lagi atas sikap Bara.
Bara sendiri sadar, jika ia memiliki masalah dengan Dwita yang tak diketahui siapapun baik itu coach Hendra bahkan Dwita sendiri. Masalah yang ada sejak hari pertama merka jadian.

"Bara, saya bicara seperti ini bukan karena Dwita keponakan saya. Tapi, karena kamu adalah anak didikan saya yang akan melaju di tournament sebulan lagi. Sebesar apapun masalah kamu, entah itu dengan Dwita atau siapapun, tolong selesaikan kalau kamu benar-benar ingin mewujudkan mimpimu di sepakbola, dan kembali mengharumkan nama tim kita lagi."

"Iya coach saya akan introspeksi diri saya, dan akan fokus pada tournament sebulan lagi"

"Ya saya yakin kamu bisa bawa tim kita menang lagi"

Putus  atau ?Where stories live. Discover now