Jadi ?

15 1 0
                                    

Dwita buru buru membalas pesan, hatinya senang bukan  kepalang ketika ia tahu pengirimnya adalah Bara.

" Iya.. aku pasti datang" balasnya.

Bara memang sangat jarang sekali mengatur pertemuan dengan Dwita. Makanya dengan hati yang senang Dwita membalas pesan Bara. Apa lagi, Bara mengajaknya bertemu hanya berdua saja. Setelah membalas pesan Bara tadi tak ada pesan masuk dari Bara lagi, padahal Dwita sangat ingin jika ada tawaran dari Bara untuk menjemputnya. Dwita tak berani meminta, diajak bertemu hanya berdua saja hatinya cukup senang. Dwita membuka lemarinya, ia memilah baju mana yang paling baik dan cocok untuknya saat bertemu dengan Bara nanti. Ia hanya ingin tampil cantik di depan Bara. Jarum jam baru saja menunjukkan pukul 1 siang. Sementara mereka janjian jam 3 sore. Namun Dwita sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Bara.

Bara sendiri sudah ditaman saat ia memberitahu tentang pertemuan mereka. Ada dua hal yang memenuhi pikiran Bara akhir-akhir ini. Hal yang ia inginkan sebenarnya dan tentang kata-kata Acha tempo hari. Ia hanya tidak ingin mengecewakan hatinya, hati Dwita atau siapapun. Sebenarnya setiap sehabis pulang latihan sepakbola Bara selalu mampir ke taman ini. Taman tempat dia dan Dwita tanpa sengaja jadian tiga tahun lalu. Namun, ntah kenapa tiba tiba saja ia memutuskan untuk bertemu dengan Dwita hari ini dan mengorbankan latihan sepakbolanya.

Dari jauh Bara melihat Dwita yang datang lebih cepat dari jam pertemuan mereka. Bara tersenyum sembari melihat jam tangannya, yang belum tapat pukul 2. Dwita benar-benar tak sabar bertemu dengan Bara. Bara melihat Dwita duduk di kursi yang disediakan salah satu foodtruck di taman tersebut, terlihat ia memesan minuman dan sembari melihat jam tangannya sesering mungkin. Rasanya, Dwita ingin jarum jamnya berjalan lebih cepat. Bara hanya memperhatikan Dwita dari jauh ia baru akan menemui Dwita tepat jam 3. Tawa kecil Bara turut serta hadir saat ia melihat Dwita yang terlalu sering melihat jam di tangannya, yang kemudian melihat kekiri dan kekanan, sesekali juga melihat ke handphone-nya. Bara pun melihat ke handphone-nya barangkali ada pesan atau telfon dari Dwita. Tapi tak ada. Sebenarnya Dwita sudah mengetik beberapa kata. Namun tak ia kirim untuk Bara. Ia takut. Ia tak ingin mengganggu hari ini. Karena hari ini sangat jarang terjadi.

Sudah lewat beberapa menit dari jam 3 tapi Bara tak kunjung menemui Dwita. Dwita sudah mulai panik. Apa jangan jangan Bara membatalkan lagi pertemuan mereka? Bara sadar jam 3 memang sudah lewat beberapa menit. Ia masih ingin memperhatikan Dwita dari jauh. Melihat tingkah Dwita yang sangat-sangat ingin bertemu dengannya. Lewat 15 menit Bara mengirim pesan untuk Dwita, menanyakan apakah ia sudah ditaman. Dwita yang mengetahui pesan tersebut dari Bara. Dwita Langsung tersenyum lebar. Bahkan dari jauh Bara melihat senyum kegirangan Dwita yang sampai memeluk handphone-nya sendiri. Bara tersenyum geli melihat kejadian tersebut. Tak ingin membuat Dwita menunggu terlalu lama lagi. Bara pun mendatanginya. Hati Dwita pun lega, ketika melihat Bara berjalan menghampirinya.

" Sorry ya.. nunggu lama"

" Iya.. ga papa kok"

" Udah lama ya nunggunya"

" Belum, belum lama kok, beberapa menit yang lalu." Bahkan sudah lewat 60 menit saja  bagi Dwita itu belum lama, dibandingkan bertahun-tahun menunggu saat ini. Bara hanya tersenyum karena ia tahu Dwita sudah nenunggunya di tempat itu selama 1 jam. Dan bagi Bara 1 jam itu waktu yang lama hanya untuk menunggu kedatangan dirinya.

" Gue udah lama banget ga kesini. Banyak perubahan ya, dulu belum ada foodtruck kaya gini"

" Iya.. mungkin karena banyak yang sering kesini. Jadinya tempat ini dimanfaatin buat buka usaha."

" Lo sering kesini ya"

" Ya... lumayan lah. Buat lari pagi." Lumayan?. Itu bukan kata yang tepat. Harusnya sering. Ya Dwita sering sekali ke taman ini. Bukan hanya sekedar lari pagi, tapi ketika ia kangen dengan Bara. Dulu waktu SMP dan sebelum mereka jadian, tempat ini adalah tempat yang paling sering mereka kunjungi. Bahkan menjadi tempat bersejarah bagi Dwita. Dwita juga tidak pernah melewatkan anniversary-nya dengan Bara di taman ini. Walau tak sekalipun Bara hadir saat hari bersejarah itu. Sedangkan Bara, mengingat tanggal jadian saja ditolak mentah mentah oleh otaknya. Apalagi untuk merayakannya. Ia merasa setiap kali berada ditaman ini selalu membawanya dalam sial yang luar biasa. Bara hanya tidak ingin terlalu sakit. Apalagi sampai harus menyakiti Dwita. Pembicaraan mereka terdiam sesaat. Ada yang mengganjal di hati masing masing. Disatu sisi Dwita sedih karena Bara terlihat seperti melupakan segala sesuatu tentangnya. Tapi disisi lain, ia bahagia bisa dekat dengan Bara. Walaupun sebenarnya terasa jauh. Sangat jauh.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 21, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Putus  atau ?Where stories live. Discover now