________________________🖤Jonathan & Nadira🖤
________________________
Pagi yang yang cerah, aku buru-buru ke sekolah dengan pikiran yang cemas. Mikirin tugas yang belum ini membuat aku semakin cemas. Pasti aku akan kena strap.
"Hai kamu. Tunggu!" Seruan kecil itu cukup mengejutkan aku di pagi hari yang tidak begitu bersahabat untukku. Bayangin aja sampai aku memutuskan untuk berangkat ke sekolah, buku tugas ku belum ketemu juga.
Semalaman ku habiskan untuk mencari buku itu dengan mengobrak-abrik kamarku. Semua buku-buku yang sudah dimasukkan ke gudang terpaksa aku keluarkan lagi dari kardusnya. Tapi tetap saja tidak ada yang membuatku semakin cut untuk menginjakkan kaki di sekolah pagi ini. Sempat ada pikiran untuk tidak ke sekolah dengan satu alasan.
Seruan kecil itu tadi mampu menghentikan langkahku. Sepertinya aku mengenali suara itu, suara yang yang pernah aku dengar ketika seseorang begitu teganya melupakan aku. Kalian tahu kan? Dialah Jo. Aku tebak itu suara berasal dari mulut sombongnya itu.
Aku menatap sekeliling aku ternyata tidak ada orang lain selain aku dan orang yang menyapaku tadi. Takut malu aja kalau sekiranya seruan itu bukan untukku. Setelah merasa panggilan kecil itu memang untukku, barulah Aku menoleh ke arah sumber suara. Dan ternyata benar dia itu Jo, cowok yang sok keren itu.
"Pagi. Kamu mau ke sekolah ya?"
Pertanyaan bodoh macam apa itu. Sudah tahu di badanku menempel seragam putih abu-abu, masih aja nanya. Memangnya dengan mengenakan seragam seperti ini Aku mau shopping apa? belum lagi tas sekolah penuh berisi buku-buku.
"Lu nanya siapa? Gue?" Ucapku cuek. Aku masih belum yakin kalau Jo itu benar-benar ngajakin aku ngomong.
"Enggak. Bukan sama kamu, tapi sama bayangan kamu. Soalnya tadi aku sempat melihat berkelebat gitu aja. Sekarang di mana ya?" Sepertinya cukup lihai mempermainkan kata-kata.
"Udah... Lu cari aja bayangan itu. Terserah lo mau ngapain. Permisi!" Aku pun meninggalkan Jo.
"Hei, tunggu. Jangan jutek gitu, jelek tahu... Eh kamu itu anak SMA kusumajaya juga ya?"
Lagi-lagi kakiku berhenti. Pingin sekali untuk cepat-cepat pergi dari hadapan cowok nyebelin itu, tapi entah kenapa kakiku tidak bisa diajak kompromi dan terasa berat untuk melangkah. Aku memicingkan mata dengan alis sedikit berkerut.
"Biarin jelek. Lo juga nggak cakep. Kok lu tahu gue anak SMA Kusuma Jaya?"
"Seragam kita sama."
Aku baru menyadari kalau seragam sekolah aku sama dengannya. Lagi-lagi Aku tidak fokus pada pikiranku kalau lagi dengan dia.
"Kalau mau kan lu nggak ada lagi, gue cabut." Aku membalikkan badan dan meninggalkan Jo yang masih berdiri di tempatnya.
"Kita barengan aja. Kebetulan kan sekolah kita sama. Aku nggak keberatan sama sekali kok boncengin kamu ke sekolah."
Ah.. di bonceng ya?? Apa kata si bibi nanti kalau dia sempat ingin aku dibonceng cowok walaupun itu makhluk cakep kayak si Jo. Tapi persoalannya bukan di situ. Pasalnya masih teringat pada kejadian tabrakan beberapa waktu yang lalu. Baginya, aku tidak penting untuk diingat, padahal aku sendiri dengan mudah mengenali dirinya setelah hampir 3 tahun tidak pernah ketemu.
Kalau aku ikut dengannya, nanti bisa saja dia menceritakan kepada teman-temannya kalau pagi ini ada cewek lugu begitu cepat diajakin jalan bareng sama dia. Huh... Tidak sudi aku. Memikirkan hal itu, aku terus melangkah bahkan kakiku tidak memperdulikan dia.
"Heiii... Tunggu! Gimana dengan tawaranku."
Lagi-lagi dan lagi kakiku berhenti. Berat sekali untuk melangkah. Aku membalikkan badan lagi untuk kesekian kalinya.
"Atas alasan apa gue harus terima tawaran lo itu. Lu masih ingat kan dengan sikap lo yang sombong itu pada gue? Lo tabrak gue, tapi lo dengan teganya malah nanya siapa gue. Sementara gue sendiri setelah lihatin langsung, gue kenal sama lo. Oke gapapa, tapi coba sebutkan alasan sehingga dia harus ikut dengan Lo," gengsiku mulai terusik untuk menerima ajakan Jo. Sebenarnya aku ingin sekali menerima ajakan itu dan pergi ke sekolah bersamanya.
Jo menunduk. Sepertinya dia berpikir untuk mencari alasan kenapa kau harus ikut dengannya. Sedetik, semenit, beberapa menit, dan cukup lama aku menunggu, tapi dia tidak juga menemukan alasannya.
Aku harap dia ingat kejadian di malam perpisahan dulu. Tapi sepertinya sia-sia. Otaknya tidak secerdas kata orang-orang. Aku pun melangkah pergi dari hadapannya.
"Kamu itu kan yang menari di malam inagurasi setelah masa orientasi siswa baru tahun ini."
Mendengar perkataan Jo, aku jadi terdiam. Tanpa sadar aku membalikkan tubuhku untuk menatapnya kembali. Dia masih tetap di posisinya. Tidak bergeming sedikitpun.
Dia menyaksikan Aku menari ketika menjadi siswa baru di situ membuatku ingin berteriak kegirangan.
"Tarian kamu lumayan bagus. Nggak jelek-jelek amat," lanjutnya masih tetap mencoba meledek. "Sekarang kamu bersedia ikut denganku. Setidaknya itulah alasanku."
Kurang ajar sekali ini cowok. Ngajakin tapi malah ngeledekin.
"Terima kasih atas pujian lo. Tapi itu tidak cukup buat gue agar ikut dengan lo."
"Loh... Aku kan udah penuhi permintaan kamu. Omongan kamu itu seharusnya dipegang dong."
"Siapa peduli."
"Oke. Beri aku waktu lagi untuk mengingat kembali sesuatu hal yang menyangkut denganmu."
"Boleh. Kalau lu berhasil gue mau dibonceng ke sekolah sama lo. Tapi jangan lama-lama, 5 menit dari sekarang."
Jo mulai sibuk berpikir. Berusaha sekuat tenaga untuk mengumpulkan segala ingatannya. Dia terlihat menggaruk kepalanya. Tak cukup dengan menggaruk kepala, dia memukul-mukul jidatnya, menggeleng-gelengkan kepalanya, dan akhirnya terdiam sambil menatap jalan yang sedikit berdebu.
"1 menit lagi," aku masih setia menunggu dan menghitung.
"Seperempat menit."
"Aku tahu sekarang." serunya yang mengangkat kepalanya menatap ku.
"Apa?"
"Kalau nggak salah nama kamu Nadira bukan?"
Hatiku segera mengiyakan. Jo ingat namaku. Bahagianya saat ini aku aku mendengar ucapannya.
Aku hanya bisa mengangguk karena masih sibuk menikmati gejolak kegembiraan dalam hatiku.
"Udah ayo cabut. Entar telat lagi nyampe ke sekolah." Aku bersemangat mengajak untuk segera berangkat ke sekolah. Tidak ada lagi rasa khawatir dalam memikirkan tugas kimia dan fisika yang belum selesai. Aku tidak perduli, meskipun nantinya akan kena strap sama pak Hendra.
Jangan lupa vote dan komen :*
See you Babay❣️
KAMU SEDANG MEMBACA
JODIRA
RomanceDON'T PLAGIAT! Awal pertama kali Nadira dan Jo bertemu, terjadi saat Nadira pulang sekolah. Dalam keadaan meleng, Nadira menabrak Jo. Mereka sebelumnya sudah saling kenal karena Nadira dan Jo satu sekolah semasa SMP. Nadira berharap, perasaannya p...