________________________🖤Jonathan & Nadira🖤
________________________
Menghabiskan waktu istirahat di kantin sekolah merupakan waktu yang sangat menarik dan nggak pernah bosan bagiku dan sahabat-sahabatku. Hari ini tiba-tiba sangat berbeda. Aku merasa terasingkan oleh sahabat-sahabatku, tidak seperti biasanya.
"Ada apa sih dengan kalian?" tanya ku mencoba memecahkan suasana yang tidak enak ini.
"Ayo dong ngomong. Lo Dara ngomong... Amanda sama Salsa juga ayo pada ngomong... Kenapa pada diam gini si."
"Diam! Berani sekali lo ngoceh tanpa permisi!" Sembur Dara dengan mata makin melotot seperti menyimpan sesuatu.
"Lo itu sebenarnya nggak berhak untuk ngomong saat ini, detik ini... yaa setidaknya hari ini."
"Loh sebentar sebentar... Kenapa lo nggak rela gitu gue ngomong? Gue nggak ngerti deh, lo kenapa sih?" Aku berusaha membela diri, tapi tidak berhasil.
"Keterlaluan sekali ya lo itu... Merasa nggak bersalah sedikitpun. Jangan pura-pura deh. Atau lu pengen kesalahan lo itu gue beberkan satu persatu?" ujar Dara makin jutek.
Aku makin dibuat penasaran oleh perubahan Lala. Aku diam sambil berusaha mengingat berbagai macam kejadian yang aku alami sepanjang pagi ini sampai akhirnya aku merasa terasingkan oleh sahabat-sahabatku.
"Beneran gue nggak bersalah."
Kini Dara diam, sepertinya mempertimbangkan sesuatu sangat berat dibenaknya.
"Lo pernah bilang ke gue kalau dia itu buat gue. Bahkan lo juga nggak berminat saat gue tawarin suatu perlombaan untuk deketin dia."
Aku semakin tidak mengerti kemana arah pembicaraan Dara.
"Dia siapa? Maksud lo itu apaan sih? Gue nggak ngerti sama pembicaraan lo itu."
"Ini gue aja yang rada-rada dikit peka melebihi kalian semua juga nggak tahu maksud dibalik omongan lo, Dara. Tell me, Dara... Tell us, please...," ujar Salsa dengan mempraktekkan hasil kursus bahasa Inggrisnya yang mulai sedikit ada kemajuan.
"Pasti deh ya omongan Dara itu ada hubungannya dengan cowok itu, benar kan Lala?" tanya Amanda pada Dara.
"Hah cowok?!" Sergah ku tidak percaya.
"Ya! Dia emang seorang cowok yang membuat hidup gue jadi berantakan. Dan hari ini terasa sangat parah karena sahabat gue begitu teganya deketin tuh cowok."
Sedikit ada kejelasan masalah, namun aku masih tidak bisa menarik kesimpulan dari semua ini.
"Apa sih salah gue? Di mana letak kesalahannya?"
Dara memilih untuk tidak langsung menjawab pertanyaanku. Dia membiarkan aku menunggu. Huh... Menyebalkan sekali, padahal dia sangat tahu kalau aku paling nggak suka menunggu.
"Siapa orang yang bersama Jo tadi pagi sebelum pelajaran dimulai, lo kan?" tanya Dara membuatku terpojok. Aku menangkap aura kecemburuan dibalik omongannya.
"Loh gimana lo bisa tau? Lo kan ada di kelas," tanyaku bodoh. Karena aku tahu sendiri kalau dia telah memasang mata-mata cinta untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang makhluk yang bernama Jo itu.
"Hari ini aja gue dapat sepuluh macam chat yang sama bahwa seorang Nadira sahabat gue telah berduaan dengan Jo."
"Amanda, Salsa... Lo berdua merasa aneh enggak tadi di kelas saat pelajarannya pak Hendra?" Tanya Dara.
Amanda dan Salsa berpikir sejenak.
"Ya... hari ini ini ada keanehan. Lo, Nadira. Gue nggak ngerti deh tugas kimia loh bener semua. Padahal dalam pengamatan gue setiap tugas dalam pelajaran yang berat-berat seperti kimia, palingan yang benar cuman jalannya doang, kalau hasilnya kita sama-sama ngerti deh, kita berempat ini jarang benar semua," ujar salsa .
"Ya, gue juga menangkap keanehan itu di sana. Kok bisanya buku tugasmu itu ada, padahal waktu lo mau berangkat ke sekolah lo masih nanyain ke gue tentang buku itu. Lo bilang buku itu belum ketemu juga. Tapi pas giliran tiba di sekolah kok bisa-bisanya malah dapat nilai bagus." Amanda semakin memperkuat dugaan Salsa, membuatku semakin terpojok. Aku mengingat kembali kenapa aku bisa memperoleh nilai sebagus itu. Itu gara-gara si Jo, dia bahkan bilang kalau semua isian di buku tugasku kebanyakan yang salahnya.
"Heh kalian ini jangan menganggap remeh gue ya. Gue juga nggak tahu kenapa bisa dapetin nilai bagus itu. Mungkin karena merasa frustasi semalaman, akhirnya gue belajar dengan keras sampai tiba-tiba saja bisa dapat dinilai sebagus itu. Wajar kan? Dan soal buku itu, tiba-tiba juga sih bibi nemuin."
"Udah nggak begitu penting soal soal bagus, juga soal buku. Yang penting adalah kenapa lu diam-diam nikung gue? Lu kan pernah bilang kalau lo nggak perduli dengan Jo."
"Gue nggak deketin dia kok. Gue nyampe ke sekolah dan kebetulan ketemu dengan dia. Anehnya dia manggil gue. Sumpah gue sendiri aja nggak tahu dari mana dia tahu nama gue." Ujarku pada mereka. Aku tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya dan aku punya hak untuk deketin cowok manapun, tanpa ada yang boleh ngelarang ini itu. Lagian kan Jo sendiri yang ngajakin aku ke sekolah bareng dia.
"Terus apa artinya kediaman lo saat dia mengusap wajah lo dengan sapu tangannya. Apa itu suatu kebetulan juga?" ucap Dara padaku.
"E... Mungkin..." Aku benar-benar tidak tahu harus menjawab apa.
"Gue nggak tahu sebaiknya tanya langsung juga dia" ujarku pada mereka.
"Itu.. tuh... Lala lo liat sana. Itu si Jo, kalau pengen tau, sebaiknya tanyain ke dia aja."
"Sana cepetan, entar pergi dianya."
"Aku ikut," Amanda bersuara centil. Mungkin saja keinginannya untuk melihat sosok jauh dari dekat dan menarik perhatian cowok itu.
"Gue pun mau... Bolehkan?" Salsa nggak kalah semangat.
"Boleh, tapi lu berdua ingat kalau kehadiran kalian cuma nolongin gue, bukan jadi saingan gue karena dia untuk gue." Dara membuat keputusan untuk dirinya sendiri tanpa mau tahu perasaan Amanda dan salsa.
"Lo, Nadira... Di sini aja, nggak usah ikut."
Kecerdikan seorang Dara untuk mendapatkan sesuatu buat dirinya. Dia melarangku untuk ikut mendekati Jo. Bagi Dara, aku bukan lagi seorang sahabat, melainkan rival terberat di hadapan seorang Jo.
"Meskipun lo nggak ngomong, gue nggak bakalan ikut kok. Lo aja yang ke sana," lirihku melihat kepergian Lala.
Jangan lupa vote dan komen❣️
See u ❣️
KAMU SEDANG MEMBACA
JODIRA
RomanceDON'T PLAGIAT! Awal pertama kali Nadira dan Jo bertemu, terjadi saat Nadira pulang sekolah. Dalam keadaan meleng, Nadira menabrak Jo. Mereka sebelumnya sudah saling kenal karena Nadira dan Jo satu sekolah semasa SMP. Nadira berharap, perasaannya p...