"Pagi guys." Aku menyapa teman sekelasku saat memasuki kelas. "Pagi juga Ahran," sahut seisi kelas serempak. Aku pun berjalan ke arah tempat dudukku, lalu saat aku hendak duduk, tiba-tiba saja terdengar suara langkah kaki, seperti ada yang menghampiriku. Tiba-tiba aku merasa seperti ada yang merangkulku. "Ahran." Anak itu menyebut namaku sambil tersenyum. "Lupa ya? Hari ini kan ada mos, tugas lo kan jaga depan buat salam sapa sama anak-anak baru," imbuh anak tadi. "Oh astaga! Amanda? Iya gue lupa," ujarku sedikit panik. "Tadi gue kira siapa....Ya udah deh gue langsung ke depan buat jaga ya Man," imbuhku. "Hahaha, udah gue duga. Lo pasti lupa," ujar Amanda. Mendengar apa yang Amanda katakan tadi, aku pun bergegas menuju gerbang depan untuk salam sapa, untung saja aku belum terlambat.
Sesampaiku di gerbang depan, ternyata di sana sudah disediakan meja dan kursi, aku pun langsung duduk dan menunggu ada anak-anak baru atau adik kelas yang masuk dan melewatiku. "Selamat pagi dek," ucapku setiap ada adik kelas yang lewat. Sesekali aku menemukan ada beberapa anak yang terlihat pucat, "Dek, kamu kok pucat sekali? Lagi sakit? Atau belum sarapan?" tanyaku khawatir. "Ah, iya kak. Saya memang sedang tidak enak badan," ujar salah satu adik kelas yang terlihat pucat. "Lho, terus kenapa kamu masuk sekolah?" tanyaku. "Saya tidak mau ketinggalan info dan pelajaran kak, jadi saya memaksakan diri untuk masuk," ujar adik kelas itu. "Oh astaga....Ya sudah kalau begitu. Tapi nanti kalau ada apa-apa jangan ragu untuk bilang ke kakak-kakak panitia ya," ujarku. "Baik kak," ujar adik kelas tadi sembari kembali berjalan menuju ke bagian dalam sekolah. Aku yang tengah memperhatikan adik kelas yang tadi berjalan ke bagian dalam sekolah pun terkejut saat menoleh, ternyata sudah ada Amanda yang berdiri sambil membawakanku segelas es teh tawar. "HUAA!" seruku terkejut saat melihat ada Amanda di sebelahku. "ASTAGA!" seru Amanda yang ikut terkejut. "Jangan bikin gue kaget dong! Nanti es teh tawarnya tumpah Ahran," imbuh Amanda. "Ya lagian tiba-tiba lo udah ada di sebelah gue aja, gimana gue gak kaget?" Ujarku kesal. "Ya maaf....Nih es teh tawar, biar lo gak marah marah terus," ujar Amanda sembari menyodorkan segelas es teh tawar yang ia bawa tadi. "Jadi ceritanya gue disogok es teh tawar, nih?" Aku menyeringai, lalu tertawa kecil. Baru beberapa kali aku meneguk es teh tawar dari Amanda tadi, tiba-tiba saja guru kesiswaan menghampiri kami berdua. "Selesai memberi salam dan menyapa adik-adik kelas kalian, nanti kalian langsung ke lapangan untuk upacara ya. Upacara dimulai 5 menit lagi ya nak," ujar pak Reza pada kami berdua. "Baik pak, kami segera ke lapangan," ujarku dan Amanda berbarengan.
Setelah 3 Menit berlarian menuju lapangan, aku dan Amanda akhirnya sampai di lapangan tepat waktu. Amanda berbaris sesuai kelasnya, dan aku berdiri di belakang bersama dengan anak osis. Upacara pun dimulai pada pukul 7 pagi. Awalnya upacara berjalan lancar, tidak ada kendala sama sekali, hingga akhirnya ada suara seseorang yang jatuh pingsan. Aku dan beberapa anak osis lain pun bergegas menolong seseorang yang jatuh pingsan tadi, dan segera membawanya ke uks. Tiba di uks, ternyata, anak yang tadi pingsan adalah adik kelas yang tadi pagi kutemui di depan gerbang sekolah. Saat adik kelas itu tersadar dari pingsannya, aku pun bertanya padanya. "Kamu yang tadi pagi ketemu sama aku di depan gerbang kan? Kalau memang sudah gak kuat, kenapa gak bilang sama anak osis? Kamu sudah sarapan? Ini ada teh hangat, diminum dulu ya," ujarku sembari menyodorkan segelas teh hangat. "Betul kak, tadi kita bertemu di gerbang depan. Tadi saya kira saya masih kuat untuk mengikuti upacaranya, tapi ternyata perkiraan saya salah kak. Saya belum sarapan kak," jelas adik kelas itu sembari menerima teh hangat yang kusodorkan padanya tadi. "HAH? KAMU SUDAH SAKIT, MAKSAIN BUAT MASUK SEKOLAH, TERUS KAMU BERANGKAT KE SEKOLAH DENGAN KEADAAN PERUT KOSONG??" Teriakku heboh. "Ehehe....Iya kak," jawab adik kelas itu dengan tawa yang sedikit canggung. "YAAMPUN! Lain kali jangan diulangi ya," ujarku khawatir. "Baik kak, tidak akan saya ulangi lagi," jawab adik kelas itu. "Oh iya, nama kamu siapa dek?" Tanyaku. "Nama saya Rani kak," ujar anak yang ternyata bernama Rani itu. "Ok. Rani, kalau sudah enakan, silahkan kembali ke kelas karena upacara sudah berakhir ya. Saya permisi dulu," ujarku sembari membuka pintu, dan berjalan keluar uks.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Lasted Feeling
RomanceSama halnya seperti beberapa orang yang berada di muka bumi ini, gadis bernama Ahranisa Wangsandharu ini pun pernah memendam rasa yang ia punya untuk kakak kelasnya yang bernama Bintang selama 4 tahun. Namun apakah nantinya Ahran akan mendapatkan ke...