Tumbang

5 3 0
                                    

Aku mulai berjalan ke depan pintu rumahku, ternyata yang membukakan aku pintu adalah mama. "Ma, maaf banget ya....Hari ini Ahran pulangnya telat banget." Aku menyatukan kedua telapak tanganku, lalu aku pun menempatkannya tepat di depan wajahku sambil memejamkan kedua mataku. "Iya, gak apa-apa Ahran....Tapi lain kali kalau pulangnya malam lagi, lebih baik kamu dijemput ak teguh saja ya....Ayo masuk dulu." Mama menyuruhku masuk kedalam, "Iya, ma," ujarku singkat, aku pun langsung masuk ke dalam rumah.


Mama, papa, dan kakak-kakakku menawariku untuk makan, tetapi aku menolak karena tadi sudah makan malam di rumah kak Dirga, aku pun lebih memilih untuk ganti baju, dan bersih-bersih sekali lagi. Setelah semua hal tadi aku lakukan, aku pun langsung mengerjakan tugas dari Bu Asih. Berkat topik yang sudah dipilihkan oleh Amanda, aku jadi tidak terlalu merasa terbebani saat mengerjakan tugas dari Bu Asih.


Waktu sudah menunjukkan pukul 01.00, tetapi aku masih belum bisa tidur....Karena setelah mengerjakan tugas tadi, tiba-tiba saja perutku berbunyi, ini tandanya aku lapar. Dengan keadaan terpaksa, aku pun turun ke bawah untuk mencari camilan atau bahkan nasi....Atau apa pun yang bisa dimakan. Langkahku terasa sedikit berat, aku menyantap camilan-camilan yang ada sambil duduk di area meja makan karena aku merasa belum sanggup untuk kembali ke kamarku. Aku mengunyah camilan dengan santai sambil memejamkan mataku karena mataku kini sudah mulai terasa berat.


Setelah aku merasa kenyang, aku pun membuka kembali kedua mataku, lalu mulai berjalan ke arah tangga. Saat aku sudah tiba di depan kamar tiba-tiba saja rasanya lututku melemas, dan hampir saja aku terjungkal ke belakang. Kubuka pintu kamarku, dan aku langsung membaringkan diri di atas kasur, perlahan pengelihatanku mulai buram, dan tanpa sadar, ternyata aku langsung tertidur saat itu juga.


Saat pagi hari tiba, sewaktu seisi rumah sedang sarapan, kakak-kakak Ahran bertanya-tanya, heran. "Tumben banget Ahran jam segini belum turun?" Tanya Nirmala, "Eh, iya juga, ya? Tumben banget....Bentar deh, gue cek ke kamar dia," ujar Antari seraya memundurkan kursi, dan langsung bergegas naik ke lantai dua untuk memanggil adiknya.


"Tok....Tok....Tok," Antari mengetuk pintu kamar Ahran, tetapi setelah ketukan yang ke sepuluh kalinya, Ahran tidak kunjung membuka pintu atau bahkan menyahut dengan suara. Karena Antari takut ada suatu hal yang terjadi pada adiknya, ia pun langsung membuka pintu kamar Ahran. "Ran, maaf gue lancang masuk...." Ujar Antari sembari melangkah perlahan, mendekati Ahran yang tengah terbaring di atas kasur. "Ran? Bangun yuk, sudah jam 06.05 ini....Lo belum siap-siap, sarapan juga belum...." Ujar Antari sembari mencoba membangunkan Ahran. Karena Ahran masih tak kunjung bangun juga dari tidurnya, akhirnya Antari pun langsung menyentuh dahi Ahran dengan punggung tangannya, "Panas banget!" Antari yang mengetahui bahwa Ahran terkena demam pun segera turun ke bawah untuk melapor. "Gimana Tar?" Tanya Nirmala, "Iya, Ahran lagi ngapain? Kenapa dia?" Imbuh mama, panik, "Ahran demam ma....Tinggalin aja dia di rumah, biar dia bisa istirahat....Tuh anak emangnya abis apa sih? Kok bisa sampe demam?" Omel Antari, "Astaga, ya sudah....Kalian berangkat sana....Biar mama yang jaga Ahran," ujar mama. Antari, Nirmala, dan Andhika pun berangkat ke sekolah tanpa Ahran.


Jarum jam menunjukkan pukul 06.10

Ahran membuka mata perlahan, lalu menguap sembari memperhatikan jam yang ada di tembok, ia terkejut bukan main, "Lho....Kok udah jam segini aja?! Kenapa gak ada yang ngebangunin gue sih?" Ujar Ahran terkaget-kaget, ia pun segera beranjak dari kasur. Selimut yang tadinya ia pakai, ia sibakkan hingga terpental dari area kasur, derap langkah kakinya pun terdengar hingga ke lantai bawah. Saat waktu sudah menunjukkan pukul 06.18, Ahran sudah turun ke bawah untuk sarapan, meski mamanya sudah melarang Ahran untuk berangkat, ia tetap saja bersikeras....Mamanya pun akhirnya tetap memperbolehkan meskipun mamanya juga sedikit khawatir. Ahran pun berpamitan pada mamanya dan langsung berlari ke gerbang depan untuk mencegat pak Teguh, tentu saja pak teguh kaget karena tiba-tiba Ahran berada di depan gerbang, "Lho....Mbak Andharu ngapain? Bukannya kata nyonya mbak Andharu sakit?" Pak Teguh menggaruk kepala, bingung. Aku langsung saja masuk ke dalam mobil dan menyuruh pak Teguh untuk segera mengantarku ke sekolah tanpa menjelaskan apapun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Short Lasted FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang