A

43 1 0
                                    


Hari ini, hari yang kacau dalam haluan hati ini. aku senantiasa berpikir terselip apa serta mengapa selalu seperti ini. terdapat sedikit kerisauan yang menyelinap dalam benak serta perasaan. tetapi aku tidak tahu mesti menyebutnya dengan apa demikian.

Logika ku berontak untuk berangkat, aku putuskan buat menurutinya. lantas jalur mana yang mesti di lewatkan, tidak aku hiraukan. aku hanya berjalan seperti apa yang hati serta logika mau. entah terbawa hanyut kemana. aku sudah tidak heran. pergi untuk pulang, ungkapan itu pantas buat aku sematkan pada kebodohanku. pulang yang ku cari hanya untuk menghindar darinya, pergi pula tanpa arah tujuan.

Saat ini aku berhalusinasi akan dirinya yang begitu menawan, aku kira itu cuma semata- mata lewat. tampaknya dia senantiasa muncul dalam mimpiku. apakah mimpi hendak jadi realitas? mudah- mudahan betul, sebab mimpi ku terhadapnya sangat indah.

Sisa mimpi itu senantiasa terbayang sehabis bangun. halo dirimu, aku ketahui kamu benci. tetapi aku bimbang dengan logika ini. mudah- mudahan kita dipertemukan di momentum yang menarik serta terikat.

Terikat semacam apa? Terikat dengan komitmen yang suci? Telah sangat jauh nyatanya pemikiran ini. Ngeri ngeri enak sih, tetapi aku harap betul. Wkwkwkwk.

Namanya pula harapan, pastinya manusia senantiasa berharap untuk jadi terbaik dimata orang lain ataupun diri sendiri. disamping itu pula manusia menjadikan suatu aksi supaya cocok perasaannya serta nampak baik baik saja, yang semestinya tidak ada mungkin menjadikannya sesuai keinginannya. begitulah tidak berubah- ubah perihal yang telah berlangsung dengan skema saat sebelum peristiwa tersebut terjalin.

Berhalusinasi dengan masa depan yang telah terselip keraguan, semestinya seperti itu namun tidak terdapat sebuah keberanian untuk bertindak sesuai skema. rasa khawatir untuk menyampaikan serta mengimplamentasikan nya lah menjadikan satu buah keraguan, serta berpotensi munculnya kegagalan.

karna itu senantiasa ingin membatasi antara pola pikir yang hanya sebatas pilihan hati, namun itu membingungkan. membahagiakannya mungkin bisa dilakukan dibawah kesadaranku antara ambang batas mimpi serta fakta.

Dengan tragedi didepan mata, halu ku telah mendominasikannya. aku pasrah namun tidak menyerah. sedikit berbohong prihal ini sebab menyerah sah- sah saja guna dicoba, kemungkinan lain tentu terjalin kala menyerah telah terlanjur jadi opsi, pastinya mesti digaris bawahi kalau bukan suatu akhir dalam opsi itu sendiri untuk "menyerah". karena di akhir episode senantiasa terdapat kejutan yang menarik buat di ulik serta dijadikan jalur hidup guna kedepannya.

Opsi ini senantiasa dikira biasa saja, bisa jadi senantiasa memperhitungkan aspek keberhasilan. dimana persentase yang rendah guna mewujudkan suatu harapan, pada kesimpulannya celah mulai nampak untuk menempuh episode baru.

Oh iya, ngomongin tentang halu lagi nih. apakah normal apabila seseorang yang didambakan tidak dapat digapai kemudian terpikirkan di dasar alam sadar, apakah normal? aku masih memikirkan jawabannya.

Tampaknya betul terus menjadi halu saja ya, kala mendambakan seorang yang kerap melintas dalam lintasan mimpi. Bisa jadi tanda- tanda pertemuan, tetapi entah kapan. aku masih merasakan kerenggangan yang terjalin diantara kita, itu membuatku malu guna mengawali menyapamu. tolong tuntulah aku untuk dapat menyerupai langkahmu, sebab itu aku tidak ingin tertinggal jauh lagi dengan langkah mu. banyak sekali isyarat buat mundur dari hadapanmu, aku tidak ingin jadi pengecut tetapi susah. aku gapai dirimu dari jauh selaku bayangan, sebab bayangan itu dapat aku beranikan buat memanggil kau tambatan hati. Ku rasa rindu.

Rindu? bisa jadi itu ungkapan yang tidak dapat terungkapkan, sejalan dengan pemikiran yang makin tidak memudar tetapi tidak dapat memudarkannya. kesannya begitu manis serta jelas sangat hangat buat dikenang kembali. mudah- mudahan rasa tidak sempat mati. apakah aku hendak menggambarkan cerita cintaku? kelihatanya menarik.

Disinilah aku mengawali cerita.

Tatapan manisnya alihkan pandanganku. angin mengembalikan ingatan hendak kisahku tentang ia, telah lama aku pendam begitu dalam tentangnya. sayangnya cuma sebentar saja hingga tergali kembali sedikit demi sedikit serta kesimpulannya mencuat kembali dengan rasa yang sama tetapi suasana yang berbeda. telah tertimbun tanah juga berganti jadi debu, debu itu mengembalikanku kepada nya, perasaan yang tidak dapat dibiarkan.

Melupakan perihal yang indah ialah perihal yang bodoh, tetapi bodohnya aku yang menghilang seakan- akan mau dibiarkan tetapi tidak mau semacam itu kata hati ini. sangat bodoh yang bodoh. senantiasa terdapat penyesalan di akhir setelah itu terus terulang kembali semacam itu, serupa candu yang terselip. sepatutnya yang aku sanggup yakni candu akan rasa kasih sayang seorang, inginku tetapi suatu kenyataan menghepasnya.

Menceritakan prihal itu membuat aku merindu kepadanya, karena kenangan yang ditinggalkannya cuma sebatas tingkah lucunya, senyuman manis, tuturkata penuh kegemasan, tatapan tajam beserta pengharapan, serta perilaku dewasanya. sangat candu sangat membuat rindu, dan rangkuman khayalan ini mau segera terwujud tanpa rasa kecewa.

Akankah dibawa kemana alur cerita ini?

Amat jauh melangkah harapan ini kan aku bawa, hingga pada dekapan yang membuatku singgah selamanya. dirimu mudah- mudahan tidur dengan nyenyak serta bahagialah bersamaku di kemudian hari, mesti pokonya mesti. aku mendesak.

Sembrono sudah halu yang aku pijak, tidak apa asal terbayar lunas serta tuntas bersamanya. sembrono ku bukan hanya halu semata, tampaknya aku jalani kepada wanita istimewah itu. tidak disangkah prasangka yang bodoh ini membuatku terjerumus sangat dalam, sehingga harapan ku kepadanya begitu luntur. mengapa tiap langkah ini yang aku jalani cuma kebodohan terus menerus, hingga kepada akhir yang telah tertebak.

2020, waktu yang begitu pendek.

dia.

INILAH AKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang