2020, begitu pendek.
Ia terselip dalam harapan momentum saat itu, perilaku ku yang tidak mampu aku bendung membuahkan kekecewaan yang amat ter dalam hingga di kala ini. harusnya aku lebih lembut serta sopan guna mengajak nya berbincang indah, benar lidah tidak bertulang. akankah ia melupakan tragedi itu, pastinya aku tidak ketahui. senantiasa saja penuh tanya jawab diantara batin ku ini, membuat ku ragu bakal kehadirannya kala silih menyapa.
momen itu ialah satu buah berlian yang mencuat sendirinya, hendak tapi aku melaluinya dengan endapan lava yang buatnya busuk seketika. harapan tiba- tiba lebur jadi kesenggangan.
akankah datang lagi waktu semacam itu diantara kita cuma kita berdua saja, buat silih menghabiskan waktu bersama. rindu kembali mencuat, pompaan darah terus menjadi deras menuju ke bagian dada seakan- akan mau keluar dari kesendirian. dramatis sekali ya.
aku senantiasa mengatasnamakan kebenaran yang konyol, guna membela kesalahan yang aku perbuat. tolong lah jangan sering berburuk sangka semacam itu wahai diriku, kan ujung- ujungnya kebodohan yang kau jalani. mudah- mudahan jangan ter ulang lagi, lagi serta lagi. utamakan perasaan orang yang kita hadapi, apakah dia menerima aksi serta perkataan kita secara sukarela? tentu mesti memikirkan perihal itu, demi ia yang kau sayangi.
obrolan yang norma serta beraura positif senan tiasa dicoba, guna memperoleh atensi dan reaksi yang membahagiakan. tetapi haruskan kulakukan kebalikannya kala momen yang cocok? bodoh kembali yang aku ulang. coba pikirkan akibat dari perbuatanmu itu wahai diriku, ya jelas seperti kini jawaban yang gamblang nampak tidak butuh kisi- kisi untuk menafsirkannya.
kekeliruan atas nalar ialah hal yang fatal. degan bermacam- macam kiat guna merenggut hatinya aku rasa kesiapan untuk mengawali yang kurang aku siapkan, itu sangatlah jelas dan tidak berkelas khusus seseorang laki- laki.
juli 2020, kita memulainya. dengan aku punya harapan yang lebih.
pada akhirnya aku mendapatkan momen untuk menikmati alam bersamanya, walaupun kala itu kita bersama sebuah rombongan. mula mula ku antusias untuk mencobanya pada saat momen alam ini, agar lebih menghangatkan hubungan. lebih dahulu, kita silih mengabari guna memastikan agenda yang sesuai. obrolan yang mengasyikkan pastinya, semakin antusiaslah diriku ini untuk segera bersua.
kita silih mengabari posisi dimana guna mengadakan persiapan pertualangan kita, obrolan yang menarik. aku terkesan memandang sebuah poto bersama kawan mu yang kalian kirimkan, waktu itu kalian tengah ekspedisi kembali kekota kalian guna mempersiapkan jadwal. amat paras penuh keletihan tetapi menggemaskan, perihal kecil semacam itu membuatku semakin tertarik kepadamu. ku ucapkan selamat rehat serta sampai dengan selamat.
kita terletak di kota yang berbeda tetapi silih bertetangga, rencana nya kita melewati jalur pendakian yang terselip dikota mu. pengalaman baru untukku pula, prihal menjelajahi dijalur yang berbeda. dan peluang tidak tiba 2 kali pastinya, kemauan guna mendekatinya semakin didepan mata.
kuhadirkan antusias yang begitu tinggi untuk nya, sampai aku membuatnya nyaman.
sampailah pada waktu bersua datang, kita berkemas serta istirahat saat sebelum hari H dirumah mu. canda tawa silih berubah guna mencairkan atmosfer, dengan rombongan orang- orang yang baru aku tahu. terkecuali satu kawannya yang ialah temanku pula. dengan total 8 orang buat ekspedisi kali ini, 5 diantaranya orang yang baru untukku.
hingga disaat itu seluruhnya nampak baik- baik saja, tidak beranggapan bakal terselip tragedi.
waktu pemberangkatan datang, meski tidak cocok seperti rundown semula. sedikit miscom pastinya, tetapi dihiraukan saja tidak begitu diambil pusing. kami seluruhnya prepare kembali khawatir terdapat barang yang tertinggal, sehabis itu kami langsung mempersiapkan kendaraan untuk dihangatkan saat sebelum berangkat.
setelah dirasa seluruhnya selesai, kami juga berpamitan kepada kedua orang tuanya. setelah itu seluruhnya memastikan bakal berboncengan dengan siapa, aku kaget kala dia menawarkan diri untuk bersamaku. rasa senang juga timbul kembali, akupun mengiakan keinginannya serta jua akupun berharap semacam ini hehehe. kami pun langsung berangkat.
dikala berkendara bersamanya rasa canggung pula yang sedikit timbul. setelah itu aku merasa berdebar-debar yang tidak biasa, mungkinkah ini rasa atas dasar kebahagiaan. tidak, aku tidak merasa lebay kalau hal ini. kalian juga pernah merasakannya bukan, posisi dimana bergejolaknya perasaan seperti diriku. selain itu respon yang timbul pun bermacam-macam, seperti hal nya diriku yang begitu kaku tapi sifat asliku begitu bar-bar hehe. ada pula yang begitu leluasa untuk saling bertegur sapa.
rasanya bahagia sekali bersamanya, aku memelankan laju kendaraan supaya sedikit lebih lama memboncengnya. sebab jarak dari rumahnya untuk sampai ke basecamp kurang lebih 1 jam, itupun gimana yang mengendarainya.
percakapan diatas motor butut dimulai.
kita silih berbagi cerita, prihal keluarga yang begitu privacy menurutku. akan tetapi begitu lancarnya aku mengatakan kepadanya tanpa sedikit keraguan, demikian juga dikau. aku rasa begitu.
yang membuatku bahagia ialah kita silih mencermati, terkadang cuman sebagian orang yang mampu mencermati keluh kesah cerita kita dan seseorang itupun pendengar yang begitu baik. menurutku ini harus digaris bawahi agar tidak salah paham, maksud seseorang itu ialah wanita. senantiasa menyimak serta menampung keletihan kita, aku senantiasa menyadari mana orang yang bersedia jadi pendengar sekalian pemberi masukan. lebih kerennya dengan sebutan support system.
sedikit aku sampaikan keluhanku. "unik sekali manusia, aku merasa bermuka 2 itu butuh guna menangani keegoisan seorang. namun resiko senantiasa akan ada dan mesti dihadapi, kemungkinan besar juga bisa untuk dihindari tetapi aku tidak menyarankannya".
kembali ke perjalannan ku, masih ada waktu untuk melanjutkan percakapan dengannya.
lalu dia.