Chapitre deux.

443 67 5
                                    

Dua hari, tiga hari, empat hari sudah terlewati semenjak malam karnaval tersebut, namun jiwa Noé masih tertinggal di sisa reruntuhan kenangan bersama Vanitas. Ia merindukan pria bermata biru itu, ia ingin menemuinya dan berbincang seperti sebelumnya.

Noé menjadi tak pernah fokus melakukan tugasnya karena Vanitas selalu terlintas dipikirannya. Vanitas yang tersenyum, Vanitas yang tertawa, Vanitas yang mengusap surainya, semua itu masih dapat Noé lihat dengan jelas didalam benaknya.

Sepertinya perubahan sikap Noé membuat Dominique De Sade, si gadis cantik dari kerajaan De Sade yang tak lain adalah sahabat Noé sadar bahwa ada yang aneh dari sikap Noé belakangan ini. Sang Pangeran menjadi senang melamun, menatap keluar jendela, dan bergumam sendiri. Hal tersebut menimbulkan banyak pertanyaan di benak si Putri kerajaan De Sade.

Seperti halnya sekarang, Noè dan dirinya tengah duduk di kursi taman belakang istana Archiviste sembari meminum secangkir teh Rosella, teh kesukaan Domi. Domi mengajak Noé berbincang, Noé merespon, namun terkadang tatapan matanya terlihat kosong. Domi tak tahan melihat tatapan kosong sahabatnya, dan pada akhirnya, Domi mencoba untuk menegur Noé.

"Noé? Apa kau baik baik saja? Kau terlihat seperti tengah memikirkan sesuatu akhir akhir ini," ucap Domi pelan, ia menyesap tehnya sesekali sembari menunggu jawaban dari sang Pangeran.

"Hm? Apa maksudmu, Domi? Aku baik-baik saja," balas Noé dengan senyuman tipis di wajahnya. Domi masih memandang khawatir si Pangeran muda yang kembali sibuk menyeruput teh Rosella nya, pemuda tersebut sesekali menatap kagum kepada warna merah muda yang dikeluarkan oleh bunga Rosella. Domi meletakkan cangkir tehnya diatas meja taman, setelahnya menatap serius sang lawan bicara.

"Tidak, hanya saja, kau terlihat seperti sedang dalam masalah. Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu akhir akhir ini, Noé? Katakanlah, aku akan mendengarkanmu," tutur Domi sembari mengulurkan tangannya ke wajah Noé dan mengusap pelan pipi Noé, si yang bersangkutan mendekur nyaman menerima sentuhan tersebut, bak anak kucing yang senang mendapat usapan lembut dari sang majikan.

"Domi, kau memang sangat cekatan terhadap semua keadaan. Sejujurnya, memang ada sesuatu yang menghantui pikiranku akhir akhir ini. Itu membuatku tidak fokus kepada semua pekerjaanku," keluh Noé, Domi menatap penuh tanda tanya.

"Apa itu? Beritahu aku, Noé."

"Ku harap kau tak memberitahukan hal ini kepada Ayahanda, Domi. Sejujurnya, aku datang sendirian ke sebuah Karnaval di desa beberapa hari lalu secara diam diam. Aku menyusup keluar istana tanpa sepengetahuan Ayahanda maupun Ibunda," jelas Noé dengan wajah khawatir. Domi menatap kaget sang sahabat, menjauhkan tangannya dari wajah si Pangeran.

"Bagaimana bisa, Noé? Itu sangat berbahaya! Bagaimana jika sesuatu yang tak terduga terjadi padamu? Aku tak bisa membayangkannya!" Putri kerajaan De Sade tersebut menatap tak percaya kepada Noé, sang Pangeran menunduk, merasa terintimidasi setelah melihat bagaimana reaksi sahabatnya.

"Sebenarnya bukan itu yang mengganggu pikiranku. Namun saat berada di Karnaval, aku bertemu dengan seorang dokter spesialis vampir yang mengajakku berkeliling Karnaval. Ia memberitahukanku tentang segala hal yang berkaitan dengan karnaval, ia juga menunjukan makanan makanan enak yang ada di karnaval. Pria itu sangat baik terhadapku." Noé kembali menjelaskan. Domi masih menatap tak percaya kepada Noé, sang Putri meraih jari jemari Noé, mengenggamnya dengan erat, hal tersebut membuat Noé mendongak dan menatap netra indah Domi.

"Noé, ku mohon jangan melakukan hal itu lagi, pergi kesuatu tempat tanpa satupun orang yang menjagamu, itu sangat membahayakanmu."

"Tapi, Domi, dokter tersebut mengantarku pulang! Ia menjaga keselamatanku sepanjang perjalanan pul-"

Mon Lune Bleue. (NoeVan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang