1. Sebuah permulaan yang mendekati akhir

10 2 1
                                    

Semuanya gelap kala Yoongi membuka pintu rumah pada pukul setengah sepuluh malam. Tangannya meraba-raba dinding disebelah pintu untuk mencari saklar lampu ruang tamu, setelah bunyi 'klik' terdengar, lampu mulai menyala dengan suara 'zztt zztt' yang khas, sebuah pertanda bahwa Yoongi harus segera membeli lampu baru.

Yoongi membuka ikatan pada tali sepatunya, melepas sepatunya dari kaki-kaki jenjangnya lalu melepas kaus kaki putihnya dengan bordir kucing yang neneknya buatkan di bagian atas kaos kakinya.

"Aku pulang," ucapnya setelah memakai sandal rumah berwarna putih miliknya. Yoongi melempar tas selempangnya ke arah sofa di ruang tamu, melangkah dengan santai lalu tubuhnya bernasib sama dengan tasnya, dilempar ke arah sofa.

"Ah~ nyamannya," gumam Yoongi sembari menggeliatkan tubuhnya mencari posisi yang enak, setelah menemukannya, mata Yoongi mulai terpejam dan sesaat kemudian, ia terlelap.

√Stermfrey°'

Nada dering alarm ponsel milik Yoongi mulai terdengar, pemuda itu sengaja menyetel alarm pukul delapan pagi sebab ia memiliki jadwal kuliah pagi. Mata Yoongi mulai terbuka, dengan penglihatan yang masih buram, ia meraba-raba nakas di sampingnya, mengambil ponselnya dan mematikan nada dering alarm yang jika boleh jujur, cukup menyebalkan.

"Hoooaaammm," Yoongi menguap lantas berdecak, ia lupa mengcharge ponselnya semalam, sebuah kebiasaan yang buruk. Dengan wajah terkantuk-kantuk alias masih mengumpulkan nyawa, dahi Yoongi mulai mengerut. Kenapa dirinya ada di kamarnya? Benar juga, seingatnya ia tertidur di sofa ruang tamu. Apa ia mengigau? Atau dia tadi malam sleep walking? Bisa jadi. Ah, sudahlah, pagi-pagi kok sudah overthinking.

Yoongi mulai bangkit, merapikan kasurnya lalu mulai menjalani rutinitas setelah bangun tidurnya.

Pagi ini seperti biasa, sebuah roti isi bacon dan telur mata sapi beserta susu full cream  telah tersaji di meja makan, dengan bau tak sedap yang berasal dari tempat sampah sebelah wastafel cuci piring yang saat Yoongi lihat, ternyata telah dipenuhi oleh Jjajangmyeon dan salad. Perhatian Yoongi teralihkan oleh sticky notes berwarna kuning yang tertempel di pintu kulkas.

"Selamat pagi bagi yang melihat pesan ini, semangat untuk kuliahnya, dan jangan lupa sarapannya dihabiskan"

Tulisannya cukup buruk walau masih bisa dibaca. Yoongi bergumam, "Terima kasih" sebelum ia mulai menyantap roti isinya.

√Stermfrey°'

"YOONGI HYUNG!"

Yoongi menoleh, menatap Hoseok—tetangga dan teman kecil Yoongi— itu berlari dengan cepat menuju ke arahnya yang jika dihitung-hitung, jarak mereka tidak cukup jauh.

"Selamat pa-

"Baju lo bagus banget, tapi sayang, bau telor, bikin orang mau muntah,"

Yoongi dan Hoseok sontak menatap segerombolan orang-orang yang tengah berkumpul tidak jauh dari mereka, suara tawa menggelegar saat ucapan yang terdengar mengejek itu selesai dikatakan.

"Lo udah nidurin berapa orang emang sampe bisa beli baju bagus kayak gini? Oh, lo udah naik tahap jadi sugar baby, ya? Widih, mantap tuh. Iya kagak, Choi Seungcheol?"

Ah, Choi Seungcheol dan gengnya.

"Apa yang tengah mereka lakukan?" tanya Hoseok pada Yoongi seraya menatap Yoongi dengan raut bingungnya.

"Apalagi selain melakukan penindasan? Mereka 'kan orang-orang egois dengan sikap yang semena-mena," jawab Yoongi santai. "Apakah mereka kembali marah karena ada yang memiliki pakaian lebih ma-

"MENYINGKIR KALIAN SAMPAH!" sebuah suara lantang terdengar, Yoongi bisa melihat bahwa Namjoon selaku Ketua BEM serta Jackson Wang berjalan menghampiri kerumunan orang-orang tersebut. Yoongi dan Hoseok yang penasaran dengan serempak mulai berjalan menghampiri kerumunan orang-orang tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

√Stermfrey°'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang