Enggal Jagad, adalah seorang anak laki-laki berusia 15 tahun, anak yang telah di anggap pembawa sial oleh keluarganya, bahkan ia tak luput mendapatkan didikan keras dari seorang ayah yang menaruh harapan besar kepadanya.Pukulan, tamparan, dan kekangan adalah makanan sehari-hari baginya, dan mungkin rasa dendam sudah lama ia pendam didalam hatinya.
Kejadian 10 tahun yang lalu, pernah membuat Enggal menjadi anak kebanggaan Keluarganya, keluarga yang sempat menjadi keluarga yang sangat harmonis.Namun sekarang kejadian tersebut cuma bagai angan-angan semata, rasanya semua kehidupan seperti berubah seketika dan
sirna begitu saja. Dan tahun berganti tahun serta waktu terus berlalu, kehampaan mulai menguasainya, semua yang ada di hidupnya terasa seakan sepi.Waktu pun terus berjalan, Enggal di titipkan untuk mencari ilmu di pondok pesantren
yang berada di kota (Yogyakarta), saat pertama dia menginjakkan kaki di depan gerbang pondok tersebut, bisa ia rasakan yang namanya kebebasan, keseruan yang telah menjadi haknya, keseruan untuk melakukan apa yang ia inginkan tanpa harus mendapatkan kekangan dari ayahnya.Namun tak berselang lama, kedua orangtuanya diperintahkan untuk segera meninggalkan anaknya,
dikarenakan waktu pengantaran sudah akan habis.
Enggal pun sangat bahagia dan senang dengan lingkungan barunya, ia dengan sangat mudah beradaptasi dengan teman-teman barunya.Kebahagiaan itupun terasa berada tepat dititiknya, namun kebahagiaan tersebut hanya berselang dua minggu, dia mulai
merasakan kesepian dan kerinduan yang teramat sangat terhadap kedua orangtuanya, walaupun dia tau hanya kekangan serta larangan saat bersama mereka."Sekeras apapun didikan seorang ayah, asalkan kamu tau dia selalu bangga dan sangat berat melepaskan kepergian mu nak..."
"Ayah selalu bersikap tegar di depanmu agar kau tidak terlalu memikirkan ayahmu ini nak..."
"Padahal di saat ayah termenung tak terasa air mata ini jatuh, namun selalu mencoba tegar untuk tidak menangis di hadapanmu nakk..."
Disaat enggal menemukan secarik kertas di perlengkapannya tersebut, dia hanya termenung tak menyangka akan hal tersebut, ia merasa bersalah atas sikap terhadap ayahnya beberapa waktu lalu. Tangisnya pun pecah, dia menangis sejadi-jadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of my life
Non-FictionBerdasarkan kisah nyata dan semoga menjadi manfaat bagi pembaca.. hehe 😄🙏