~Senioritas~

13 1 0
                                    

Beberapa bulan kemudian Enggal mulai terbiasa dan beradaptasi dengan lingkungan barunya,dan tidak terlalu merindukan kedua orangtuanya lagi.

Nasib malang di hari itu,Enggal mendapatkan masalah dengan kakel di asramanya, saat Enggal hendak melaksanakan sholat dhuhur Enggal di tarik dan di pukuli oleh rombongan kakak kelas tersebut.

Tpi dia sudah terbiasa dengan kekerasan fisik tersebut karena dulu Enggal juga menjadikan pukulan, cacian,dan tamparan sebagai angin lalu, Enggal pun melawan mereka semua dan terjadilah perkelahian yang tak bisa di hindari.

Enggal di pegangi dan di kepung dari berbagai sudut oleh rombongan senior tersebut, dalam benak Enggal terlintas ucapan ayahnya yang selalu dikatakannya.

"Jika kamu salah maka janganlah kamu melawan, tetapi jika kamu tidak salah dan tidak memulainya terlebih dahulu maka lawanlah karena itu harga dirimu nak..."

Enggal pun langsung berontak dan melakukan perlawanan kepada mereka, Enggal menggenggam tangannya dan ingin melayangkan pukulan ke pada salah satu dari mereka tiba tiba tangan Enggal di tahan oleh anggota pengurus junior.

Pengurus pun melerai dan memarahi semua orang yg terlibat, pengurus bertanya sambil menatap wajah mereka masing-masing.

" siapa yang memulai terjadinya pertengkaran ini?.." pengurus mulai mengintrogasi

" bukan saya kang... Tapi mereka menghina nama saya kang..." Enggal menjawab dengan tenang

"menghina gimana?!.." tanya pengurus lagi

"Mereka memanggil saya

binatang kang.." ujar Enggal dengan nada masih terbawa emosi

Pengurus pun terdiam dan mulai mengerti akan situasi sekitarnya

"Yaudh habis sholat dhuhur Kalian saya tunggu di kantor" ucap pengurus dengan tegas

Usai sholat dhuhur Enggal hendak ke dalam kantor namun di hadang oleh (preman angkatan) kakak kelas tadi dan memaksa Enggal untuk ikut mereka

Enggal pun berontak karena ia merasa ada yang tidak beres dan untungnya ada teman Enggal yang sedang berjalan ke kantin asrama

"Nda..Nda.. tolong aku Nda...!" Enggal memanggil temannya

Firnanda pun melihat Enggal sedang di pegangi oleh kakak kelas langsung reflek lari dan menarik Enggal

"Lah pie kok maen Jagalan Ki..?!" Ucap Firnanda sambil melepaskan tangan kakak kelas tadi

"Nek Gentone angkatan Ra Ngeneki carane" tambah Firnanda ke rombongan kakak kelas tadi

" Iki urusanku ro de'e Koe rasah Melu" Nda.." ucap salah satu kakak kelas tadi

"Lah Iki koncoku Berarti nek koe ndue urusan ro de'e kui urusanku mbarang " timpal Firnanda dengan tegas kepada mereka

"Yo wes aku pengen nyidang de'e ben rampung masalahe "ucap salah satu kakak kelas tadi

"Aku Melu nek koe meh nyidang de'e mergo de'e koncoku" jawab Firnanda

Enggal dan Firnanda pun mengikuti mereka menuju kamar kakak kelas tadi

Sesampainya di kamar kakak kelas tadi Enggal di tanya oleh salah satu kakak kelas tadi

"Maksude koe ngantemi koncoku pie?koe ngerasa wani po pie?..hah?.."tanya salah satu kakak kelas tadi

"Lah misale Mas e di jenengi nama binatang Pie rasane mas..?"Jawab Enggal

"Yo Ra Trimo nek aku di ngonok e.." balas Kaka kelas tersebut

"Nah aku Yo Podo wae mas mosok nama seng di kei wong tuo apik" di ganti nama binatang ro wong lio?.." ucap Enggal yang membuat mereka semua terdiam sejenak

"Trs pie kelanjutan e? Meh di lanjut po ora ?nek di lanjut Yo tak delokke.." tanya salah satu kakak kelas kepada yang memulai masalah tersebut

"Nek lanjut Yo aku Trimo nek Ra lanjut Yo wes wae.." sela Enggal kepada mereka

"Wes wae aku Yo njaluk maaf e wae nek aku mulai masalah Iki.." jawab kakak kelas yang memulai tadi

Dan akhirnya Enggal pun memaafkan kejadian tadi dan bersalaman dengan mereka semua



*Senioritas bukanlah suatu hal yang perlu di budayakan oleh generasi ke generasi karena itu adalah suatu hal yang dapat merusak mental seseorang...*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Story of my lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang