"Hah! Permainan apa itu?"
Suara tersebut asalnya dari seorang gadis. Ia bersama rekan sekelas. Menurut jam, ini adalah waktu istirahat jadi mereka memutuskan tuk berkumpul di cafeteria.
"Permainan tentang menyatakan cinta," balas seorang lelaki bersurai cokelat gelap disana, lokasi duduk-nya berada disamping yang bermahkota pirang, juga hijau.
"Yatta! Akhirnya [Name]-san giliran~ ayo nyatakan perasaanmu!"
Suara khas yang terdengar gembira itu, berasal dari lelaki surai hijau. Netra kuning kusam tampak berbinar-binar, menyesuaikan raut indah akan keceriaan dirinya.
"Ehh?"
Yang ada, gadis tersebut kaget. Walau asli-nya ia terdiam sejenak tadi. Mencerna kalimat yang diselingi nada oleh pria dihadapan ia ini.
"Tidak harus menyatakan cinta, lho~ ingat. Kita masih sekolah, dan perlu banyak waktu untuk latihan akhir bulan depan."
Penjelasan panjang, namun mudah dimengerti asalnya dari Sang Putri, oh maaf. Ia sering kali dikatakan demikian, tapi dia tetap seorang pria. Sebutlah Tatsumi Rui.
Dengan senyuman malaikat-nya, bisa meluluh-lantakan para gadis sewaktu pementasan drama sekolah dulu. Hal tersebut menjadikan ia, dikatakan seperti Putri. Itu terbukti karena dia memerankan peran seorang putri.
Tapi mari abaikan hal ini terlebih dahulu. Karena malah tak nyambung dikaitkan dengan perkara semacam ini. Sebab, yang menjadi topik utama permasalahan ini adalah sebuah permainan.
Bila mendengar kata permainan, pasti menurutmu sungguh menyenangkan bukan? Tentu saja, bagi sebagian orang. Tapi, bagaimana jika permainan itu melibatkan suatu perasaan?
Seperti cinta? Oh, benar. Ini adalah permainan cinta, namun bukan mempermainkan perasaan. Hanya saja ini adalah sesuatu ujian, yang mengharuskan seorang [Name] yang melakukannya.
"Astaga, jangan bilang kau akan benar-benar melakukannya?"
Memastikan hal tersebut lebih dahulu, biar tak membuat kesalahan dalam kalimat setelahnya. Sungguh, tak ingin memalukan diri sendiri. Siapapun itu, pasti tidak menginginkannya.
"Mmn, aku akan melakukannya. Dengan syarat," ujarnya terpotong akibat suara bel masuk berbunyi, dengan segera mengatakan, "hanya diantara kalian saja ya~"
Gadis itu, [Full Name] telah melarikan diri segera melesat menuju kelas kesayangan ia. Memijat kening, tak mengerti jalan pikir gadis yang telah berlari meninggalkan.
"Berharap orang itu adalah aku."
"Heh, mana mungkin dia akan betah denganmu, Toraishi-kun!"
"Permainan cinta, itu apa?"
Pertanyaan tersebut asalnya dari seorang lelaki bersurai cokelat disana. Ia bingung dengan usulan teman-temannya, tapi dalam hal ini malah bertanya terlambat.
"Sambung nanti saja Hoshitani-kun. Sudah waktunya kita kembali ke kelas," ujar pria dengan surai warna sama namun, terlihat lebih gelap.
Mengambil langkah pergi dari tempat tersebut berpisah, dan mulai kembali ke kelas masing-masing.
"Jadi, permainan cinta itu tentang apa?!"
Sekarang sudah berakhir jam pelajaran, siswa-siswa kembali ke asrama. Bila mereka menetap di asrama. Namun, mungkin saja ada yang kembali ke rumah mereka.
"Seperti pernyataan cinta?"
"Tunggu! Tidak juga seperti itu."
"Sepertinya Kuga telah terkontaminasi virus sahabat-nya itu," sahut pemuda bersurai merah melebih-lebihkan.
"Huh?"
Mengernyit meminta jawaban, malah hanya dibalas senyum ah, lebih tepatnya seringaian. Dengan yang surai krem mencoba menenangkan, ia tak bisa jika tak terlibat permasalahan ini.
"Oh, kalian team Ootori."
"Bagaimana? Apakah [Name] sudah memutuskannya?"
"Dia masih mengerjakan tugas tambahan dari Sensei."
Mengangguk pelan, ia datang beramai-ramai dengan teman satu tim-nya. Selayak dia menyapa tteman, senyuman pasti tidak akan luntur.
"Kalian kenapa di depan pintu, coba?"
"Menunggumu untuk melakukan-nya~"
"Mmn, aku sudah pikirkan. Izumi saja."
Terdiam sesaat tak ada yang menjawab, apa yang dikatakan oleh sosok yang disebutkan, benar fakta-nya. Berpikir ini mimpi atau sekedar ilusi, senyuman lebar dikabarkan segera mengambang disana.
"Wah, Toraishi selamat~ dan sebenarnya apa yag terjadi?"
Perusak suasana bahagia, seorang Toraishi Izumi, sungguh. Tapi tak enak juga berkata kasar, di mana teman-teman dekatnya berada di tempat.
"Ow! Benar kata [Name]~ ucapan adalah doa. Ahaha, selamat kalian berdua~♪"
"Senangnya bisa dipilih oleh [Name]-chan~" sahut ia bahagia, benar saja.
"Dalam mimpi ku, maaf saja."
"Eh?"
Siapa yang tak bingung, [Name] mengatakan hal tersebut? Oh, ada sih ialah Hoshitani. Karena dia tak mengerti apa yang dikatakan oleh semuanya. Benar-benar yang terpolos diantara mereka.
Kalau temannya Nayuki? Oh, jangan ditanya. Pikiran sudah akan kemana-mana bila diri berurusan dengan dia.
"Aku ketiduran di kelas tadi. Makanya, diberi tambahan tugas. Lalu, aku bermimpi kalau aku milih Izumi," jelas [Name] menjabarkan yang tak masuk akal sama sekali.
"Kasihan, Toraishi-kun kena php."
"Php itu apalagi?"
"Pemberi harapan palsu, Hoshitani."
"Oi, hentikan!"
Ingatkan pada [Name] bahwa ia tak harus mengatakan hal itu. Hanya saja segalanya tak terjadi dalam kehidupan fakta, mengapa? Dia sudah tersadar bahwa semuanya hanyalah halusinasinya.
"Astaga! Oi, [Full Name]. Bangun, jangan molor!"
Penganggu saja. Bermimpi tak sesuai ekspetasi? Adalah kebiasaan diri gadis tersebut. Bagaimana pun hal tersebut mana mungkin juga akan ia lakukan. "Berisik, berisik!"
"Jangan lupa hutang uang kas, dibayar."
"Ya ampun, sabar banget aku!"
End
Ehe, ga sesuai tema? Sungguh, ga ada ide buat nyambungin jadi sekedar ilusi-ya sudahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE GAME! Toraishi Izumi. ✓
FanficBila mendengar kata permainan, pasti menurutmu sungguh menyenangkan bukan? Ahaha, tentu saja! Tapi, bagaimana jika permainan itu melibatkan suatu perasaan? Seperti cinta? Oh, benar. Ini adalah permainan cinta, namun bukan mempermainkan perasaan. Han...