30 September 2021
Musim gugur kembali tiba. Deretan pohon maple di kanan dan kiri jalan terlihat mulai menggugurkan daunnya. Saat-saat seperti ini selalu mengingatkanku pada kenangan sepuluh tahun lalu.
"Lee Haeyoon! Tunggu!" Aku menoleh saat seseorang memanggilku dari belakang. Sebenarnya tanpa menoleh pun aku sudah tahu itu suara milik temanku sejak kecil, Park Jihoon.
"Aw appo!" Dia seenaknya menarik rabutku hingga berantakan. "Yak! Apa yang kau lakukan?!" Ia justru tertawa saat aku meneriakinya. Sangat menyebalkan.
"Oh! Rambutmu!" Wajahnya berubah 180° menjadi serius.
"Ada apa dengan rabutku?" Aku panik. Aku takut dia melihat beberapa rambutku yang sudah beruban di usia muda.
"Diam! Ada daun di rambutmu." Syukurlah jika itu hanya daun. Namun, kenapa sekarang jantungku berdebar? Dalam momen singkat ini, wajahnya sangat dekat dengan wajahku. Setelah sepuluh tahun berteman, kenapa aku baru sadar kalau lak-laki di depanku begitu tampan?
"Sudah." Jihoon membuang daun itu dengan asal.
"Gomawo."
"Ngomong-ngomong, kau akan melanjutkan ke mana setelah ini?" Aku tahu apa maksud pertanyaan Jihoon. Benar! Masa SMA akan segera menjadi kenangan.
"Dokter Lee! Tunggu!" Teriakan Jihoon membawaku kembali ke masa sekarang. Setelah sepuluh tahun berlalu, momen itu masih tetap sama. Jihoon suka menarik rambutku sembarangan hingga kucirnya terlepas. Hanya saja, kali ini kami sudah bukan lagi menjadi murid SMA. Sekarang kami menjadi dokter spesialis anak dan bekerja di rumah sakit yang sama. Takdir macam apa ini sebenarnya?
"Wae?! Kenapa kau selalu melakukan ini padaku?" tanyaku dengan nada ketus. Aku tidak ingin selamanya dianggap Jihoon hanya sebagai rekan kerja. Ini sangat menyakitkan.
Akhirnya, di musim gugur kali ini, kuputuskan untuk memperjuangkan cintaku. Jika pernyataanku ditolak, maka aku akan berhenti berharap. Namun kejadian tadi siang sudah memberiku jawaban sebelum beraksi.
"Dokter Jung, apa kau tahu di mana keberadaan dokter Park?" Aku bertanya pada Sungchan, rekan kerjaku di rumah sakit.
"Oh, tadi dia berjalan menuju taman," jawabnya. Aku segera berjalan menyusul Jihoon. Aku sudah mempersiapkan semua kata-kata yang hendak kuucapkan. Kalimat yang walau hanya terdiri dari enam kata, namun butuh waktu sepuluh tahun untuk mengucapkannya. Park Jihoon, selama ini aku menyukaimu.
"Apa kau mau menjadi kekasihku?" Kata-kata itu meluncur dari mulut Jihoon. Ia sedang duduk bersebelahan dengan Ahn Yujin, co-assistant yang sering berkonsultasi padanya. Apa artinya ini? Apa Jihoon menyukai Yujin? Gadis yang baru tiga bulan ia kenal? Aku segera pergi sebelum mereka sempat melihatku.
"Kau marah? Mianhae." Suara Jihoon sukses menyadarkanku dari lamunan. Beberapa helai daun maple berjatuhan. Harusnya ini menjadi suasana yang romantis. Namun entahlah, sekarang aku sedang berhadapan dengan kekasih orang lain. Aku yakin Yujin pasti menerima pengakuan Jihoon.
"Ani!"
"Ada yang ingin kukatakan padamu." Suasana hening. "Aku menyukaimu. Maaf untuk kebiasaan menarik rambutmu. Itu salah satu cara agar aku tidak gugup saat bersamamu."
"Apa maksudmu? Bukankah tadi siang kau baru saja mengungkapkan perasaanmu pada Yujin?!" Jihoon tertawa. Itu menjadikanku bingung.
"Jadi kau marah karena mengira aku menyukai Yujin?" Aku hanya diam.
"Tadi siang aku hanya berlatih dengannya. Sekarang, maukah kau menjadi istriku dan hidup bersama hingga maut memisahkan kita?" Aku tidak percaya dengan semua ini. Jihoon menyodorkanku sebuah kotak cincin.
SELESAI
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Datang saat Daun-Daun Berguguran
FanfictionHaeyoon diam-diam memendam perasaan pada seseorang bernama Park Jihoon selama sepuluh tahun lamanya. Saat musim gugur datang untuk kesekian kalinya, Haeyoon bertekad untuk mengungkapkan perasaannya. Bagaimanakah hasilnya? "Bahkan jika kita tak bisa...