1

31 2 0
                                    

Halo semua!!!

Sebelum Masuk ke ceritanya...
aku mau kasih tau ke kalian kalau ini cerita pertama Ku. Jadi mohon maaf kalo masih banyak kekurangannya dalam nulis yang berantakan dan masih banyak typo. Dan terima kasih sudah mampir ke cerita ini❤️ semoga suka ya
Lov u

🌜


"iya pa, nanti El usahakan" ucap terakhir cowo itu sebelum mematikan telpon

Cowo itu Aziel. Aziel selalu di gemari banyak orang dengan ketampanan, kepintarannya dan tingkah lakunya di tambah lagi dia adalah ketua geng dari Xierlax.

Xierlax adalah geng yang di kenal dengan kebaikan dan keusilannya ke setiap orang. Xierlax sangat jarang berperang seperti geng-geng lainnya. Karena menurut Xierlax berperang itu tidak penting. Tidak penting dalam artian berperang hanya untuk melihat siapa yang paling jago dan siapa yang paling lemah. Jika berperang dalam masalah yang serius xierlax pasti akan maju paling depan.

Sekarang aziel sedang merenung memikirkan apa yang baru saja di bilang oleh papahnya, ingin sekali ia menolak permintaan papahnya yang sangat ia benci. Tapi menolak perintah papa bukan hal yang mudah, papah adalah tipikal orang yang akan bertindak lebih jauh jika di tolak. Dan jika sudah di terima dia akan bahagia. Bukannya seperti itu egois? Memikirkan diri sendiri tanpa memikirkan orang lain yang menderita karenanya.

-

Aziel berdiri dari duduknya dan pergi menuju kamar adiknya. Allisya Lesham Shaenetta

"Sya kenapa belum tidur? Kan Abang sudah bilang, habis makan tidur" tanyanya sambil duduk di samping adiknya

"Isya belum ngantuk bang, susah kalo dipaksa tidur"

"Besok telat, awas aja nyalahin abang"

"Hmm"

"Oiya, isya mau ngomong" isya duduk menyamping menatap aziel

"Ini juga kamu lagi ngomong sya" tangan aziel bergerak mengelus kepala isya

"Iya sii, tapi serius bang. Dengerin ya" kata isya menurunkan tangan abangnya untuk di genggam

Aziel hanya mengangguk menatap orang di depannya

"Abang bisa kan bantu isya pindah dari sekolah itu, isya nggak mau sekolah di sana. Banyak orang jahat di sana" isya menatap lesu abangnya

"Abang bisa pindahin kamu dari sekolah itu sya, tapi kalau papa tau dia pasti marah"

"Gak papa, gak papa papah marah yang penting isya udah nggak sekolah di sana lagi"

"Tunggu papah pulang ke LA. Kamu bisa pindah sekolah"

"Kenapa harus nunggu papa pulang ke LA, kenapa nggak besok aja?" 

"Nggak semudah itu"

"Isya mohon bantu isya pindah dari sekolah itu" menatap abangnya dan mengerat genggamannya

"Cuman Abang yang bisa bantu isya di sini. Cuman Abang yang isya punya di sini, jadi isya mohon sama Abang. Tolong bantu isya untuk kali ini saja, setelah ini isya janji nggak akan meminta apapun lagi sama Abang" kata isya dengan mata yang berkaca-kaca

"Abang usahain" balas Aziel sambil melepaskan tangan adiknya dan pergi

Allisya menatap seduh punggung abangnya yang lama-kelamaan menghilang.

Isya harap Abang bisa bantu isya

-

"Nanti isya pulang sekolahnya sama mang Komar. Jadi Abang nggak perlu jemput" kata isya yang sedang memakai sepatu

AZIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang