Bab 14

1.3K 207 18
                                    

Raden menatap tajam Saka. "Oke, kalau gitu jauhin kakak gue."

Saka mengusap wajahnya kasar. "Fine! Saya bakal kasih tahu kamu." Raden mulai membenarkan posisi badannya, ia menatap Saka dengan begitu serius, penasaran akan apa yang pria itu katakan. "Tapi nanti, setelah mengurus Clara."

Saka melenggang pergi melewati Raden begitu saja. Cowok itu berteriak kesal. Ia sudah penasaran setengah mati, dan Saka malah menggantungkannya begitu saja.

Jika sampai pria itu mengingkari janjinya, Raden janji, ia tak akan pernah membiarkan Saka mendekati Kakaknya lagi.

*****

Saka mengedarkan matanya ke penjuru club guna menemukan Clara. Tiba-tiba ada yang menepuk bahunya dari belakang. Ia berbalik.

"Wei, bro! Apa kabar lo?" sapa seorang pria seumuran Saka dengan tangan kiri memegang segelas bir. Namanya, Ben.

"Seperti yang lo lihat."

"Tumben lo jarang ke sini, udah tobat ceritanya?"

Saka tertawa pelan. "Gue cuma mau lebih fokus urus Raja."

Ben nampak mengangguk-anggukan kepalanya, lalu berkata tepat di telinga Saka. "Tadi gue liat Clara sendirian di sini, lo ada masalah ama dia?"

Saka menggeleng. "Ini gue mau nyusul."

"Lo beruntung bisa dapetin cewek secantik dan seseksi Clara, mana terkenal lagi. Kenapa sih lo ga mau go public? Kan lumayan followers lo makin naik nanti."

Saka tersenyum. "Lo tahu sendiri gue ke Clara gimana."

Ben membulatkan matanya. "OH GOD! Lo cuma main-main?"

"Kurang lebih."

"Gila gila. Cewek macam Clara aja lo gituin, gue ga paham tipe mana yang bakal lo seriusin."

Saka malah tertawa mendengar penuturan Ben. Temannya tidak tahu saja Diajeng merupakan perempuan beruntung yang akan ia seriusi dalam waktu dekat.

"Ga mau gabung sama anak-anak?" tanya Ben.

"Next time. Gue ke Clara dulu bro." Saka menepuk bahu Ben.

"Yoo, tar kabarin gue kalau mau kumpul!"

Saka memberi acungan jempol dari jauh. Saat Saka berjalan mendekat ke meja bartender, dapat terlihat dengan jelas Clara yang tertidur di atas meja. Pakaiannya sangat minim.

Tanpa banyak kata, ia melepas jaketnya dan menaruh di atas paha Clara. "Harus berapa kali aku bilang, jangan keluar dengan pakaian seminim ini tanpa aku, Clara."

Clara mendongak dengan mata yang sayu. "Saka?"

"Kenapa ke club sendirian? Mana temen-temen kamu?" Saka duduk di samping Clara.

Bukannya menjawab, Clara malah menangis seraya memukuli dada Saka. "Kamu jahat! Kenapa kamu berubah, Saka? Aku kangen kamu, tapi kamu malah cuekin aku seenaknya. Aku gak suka diginiin!"

Saka memejamkan matanya. Kesibukannya menyiapkan pernikahan bersama Diajeng membuat ia tak ada waktu untuk merespon Clara.

"Maaf."

"Aku gak butuh maaf, aku cuma butuh kamu. Saka, ayo nikaaaah!"

"Clara, kamu mabuk."

"Nggak! Aku masih sadar, aku beneran pengin nikah sama kamu. Kenapa sih setiap bahas pernikahan kamu selalu ngehindar? Kamu gak cinta ya sama aku?" Clara terisak.

"Kamu harus pulang, aku anter."

Clara memberontak keras, untungnya musik di club berbunyi sangat kencang membuat mereka tak jadi pusat perhatian.

"GAK! AKU GAK MAU PULANG KE RUMAH, AKU PENGIN TINGGAL SAMA KAMU! AKU CINTA KAMU SAKA, So much..." Suara Clara melemah. Wajahnya menunduk. "Aku gak tahu kenapa bisa secinta ini sama kamu, padahal aku cantik semua orang tahu siapa aku, laki-laki mana yang ga mau sama aku Saka? Tapi sialnya, aku malah cinta sama kamu yang malah ga peduliin aku."

Saka terdiam sejenak. Mencerna kalimat yang Clara lontarkan, ia tak menyangka jika Clara benar-benar mencintainya. Sejujurnya, Saka hanya suka melihat Clara, tapi tidak sampai nyaman atau bahkan jatuh cinta.

"Aku sibuk urus pasien, Raja juga sakit pas kemarin. Maaf jadi harus cuekin kamu."

"Ya udah ayo kita nikah, biar aku bisa bantuin kamu urus Raja."

"Gak bisa, Clara. Gak segampang itu."

"GAMPANG! Kamunya aja yang buat itu jadi susah," bentak Clara. "Aku ga suka kamu gantungin gini terus." Suaranya terdengar lirih, Clara memukul-mukul kepalanya. "Aah, aku pusing."

"Udah aku bilang, kamu mabuk. Ayo pulang." Saka langsung mengangkat Clara dan menggendongnya ala bridal style, sebelum benar-benar pergi dari bar, Saka sempat  memberi kode lewat kepalanya pada Ben dan yang lain jika ia duluan.

Di perjalanan, Clara terus meracau tanpa henti.

"Aku cinta kamu."

"Saka, kenapa kamu gantungin aku kayak gini?"

"Kamu jahat!"

"Aku mau nikah sama kamu, aku mau bantuin kamu urus Raja."

"Asal kamu tahu, aku mabuk juga gara-gara kamu! Pikiran aku kacau karena mikirin kamu yang malah cuekin aku sekarang. Dasar, cowok gak tahu diuntung, kamu udah dapet aku yang secantik ini dan malah dianggurin? Cih, bahkan setiap aku ajak main kamu gak mau."

"Apa kamu gak normal?"

"Ah, gak mungkin. Kamu udah bisa bikin Saka." Lalu terdengar tawa Clara. "Mungkin habis ini bikin adik Raja bareng aku."

Saka hanya dapat menghembuskan napas beratnya. Ingin menegur pun rasanya percuma, Clara tengah mabuk. Entah untung atau bagaimana, tiba-tiba mata perempuan itu terpejam dan ocehannya tak lagi terdengar.

"Setidaknya begini lebih menenangkan."

Saat sampai di parkiran, ada Raden yang tengah merokok sembari bermain HP. Menyadari ada orang, cowok itu mendongak.

"Saya harus antar, Clara."

Raden hanya menatap dingin keduanya. "Jangan lupa sama janji lo."

Saka mengedipkan kedua matanya tanda ia mengerti. Raden hanya diam menatap Saka yang sudah memasuki mobilnya lalu melenggang pergi dari sana.

Diam-diam, Raden mengikuti mobil Saka dari belakang. Ia penasaran, sejauh apa hubungan Saka dan Clara? Mengingat sikap bejat Saka terhadap perempuan, Raden merasa tak sudi jika harus merelakan Diajeng menikah dengannya.

Raden tak kembali melanjuti saat mobil Saka masuk ke area apartemen, yang mungkin milik Clara.

Hatinya bimbang, Raden merasa hal ini harus ia sampaikan pada kakaknya. Dengan cepat, Raden merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel dan menghubungi Diajeng.

"Kak."

"Kenapa?"

"Gue mau ngomong."

"Ngomong aja kali, serius amat."

"Kali ini lo mesti percaya sama gue."

"Ada apa sih?"

"Gue baru tahu sesuatu."

"Iya apaan? Cepet dong, hp gue low. Bertele-tele banget lo."

Raden terdiam sejenak, mencerna kembali akan tindakannya.

Setelah menghela napas panjang, akhirnya ia berkata. "Mas Saka pacarnya Clara, selebgram yang jadi langganan di butik lo."

Tbc.
Sorry yaaa updatenya kelamaan, entah kenapa susah bangun mood nulis akhir-akhir ini:(

Bogor, 9 Oktober 2021.

Hitam di atas Putih [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang