-
Astra, tetaplah bahagia. Cuman kamu yang kakak punya di dunia ini.
-
Terik matahari menusuk gorden putih dan memasuki ruang yang begitu sejuk milik seorang anak muda. Matanya kosong menatap daun-daun yang terguntai karena angin kencang.
Tangannya memegang sebuah boneka hamster sebesar telapak tangan berwarna abu-abu. Kasur yang sudah menemaninya selama tiga tahun itu ia duduki. Dengan ponsel jadul yang ia letakkan diatas nakas, menampilkan sebuah nama disana.
"Kak, Astra kangen..." ujarnya dengan tatapan kosong. "Mau ketemu kakak."
"Kakak juga kangen Astra," jawab seseorang diseberang panggilan. "Sore kakak kesana, mau?"
"Mau!" Matanya berbinar, meski pandangannya tetap satu arah.
"Mau kakak bawain apa nih? Permen buah mau?" tawar Anna, kakak kandung Astra.
Astra menggeleng, walau tahu itu tidak dapat dilihat oleh kakaknya. "Mau boneka hamster."
"Lagi? Minggu lalu kakak sudah belikan. Mau beli lagi?"
"Mau... Biar Lulu sama Cici ada temennya..."
Terdengar diseberang sana Anna menghela nafas pelan, berharap adiknya tidak mendengar itu.
"Iya deh kakak belikan," Anna tersenyum. "Mau warna apa? Abu-abu?"
"Nggak! Nggak mau!" Nada suara Astra meninggi. "Mau warna coklat aja. Astra belum punya boneka hamster warna coklat."
"Iya, kakak belikan boneka hamster warna coklat, ya?" Anna mengalah.
"Astra jangan kemana-mana. Habis kakak beli boneka nanti kakak kesana. Okay?"
Senyum Astra terukir. Matanya juga menyipit tanda dia sedang bahagia.
"Kakak hati-hati. Astra sayang kakak!"
"Kakak juga sayang Astra!"
Astra, tetaplah bahagia. Cuman kamu yang kakak punya di dunia ini.
*
Matanya mencari kesana-kemari mencari sebuah boneka yang diinginkan adiknya, Astra Ganuela.
Astra sangat menyukai hamster, lucu katanya. Meski boneka identik dengan perempuan, tapi Astra menolak perspektif itu. Dunia harus tahu bahwa apa yang ada di dunia ini, semua orang bisa memilikinya bahkan menyukainya.
Sudah lima belas menit Anna mencari boneka hamster berwarna coklat. Sementara jarinya sibuk menekan beberapa tombol di layar ponsel.
"Halo, Mas Margo. Ini saya Anna Ganuela, kakaknya Astra Ganuela kamar nomor lima ratus dua." Anna memulai percakapan dalam telepon. "Mas, boleh sore nanti saya kesana?"
"Bisa, Kak. Astra hari ini baik-baik saja. Sepertinya Astra sudah kangen berat sama Kak Anna." Sedikit terdengar suara tawa kecil dari sana.
"Hahaha iya, Mas. Sudah seminggu belum jenguk Astra." Anna ikut tertawa renyah meski kakinya masih berjalan mengitari toko boneka.
"Kalau boleh tahu perkembangan Astra sejauh ini bagaimana, Mas?" tanya Anna.
"Ada perkembangan, Kak. Walaupun sedikit, tapi setidaknya Astra sudah mau bangkit dari ketakutannya. Kak Anna tetap dukung Astra ya, Kak. Astra hanya punya kakak dan Astra juga hanya percaya dengan kakak," Margo terus berbicara, Anna terus mendengar. "Kami pasti bantu sebisa kami. Sisanya dari kemauan Astra sendiri dan bantuan dari Kak Anna juga."
Mata Anna berbinar setelah melihat boneka hamster coklat bertengger.
"Baik, Mas Margo. Terima kasih sudah membantu adik saya selama ini." Anna berlari menuju kasir. "Mas, saya tutup dulu, ya? Sebentar saya kesana. Terima kasih, Mas Margo."
Anna menutup panggilan. Dengan rasa bahagianya, Anna keluar dari toko boneka sambil menenteng paper bag ditangan. Bergegas menuju keberadaan Astra, adik tersayang.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Astra dan Dunianya | Park Jisung
Fanfiction-2021 w/ park jisung ❝Bahkan Astra tahu bahwa dunia memang begitu kejam.❞ Genre : Short Story, Fanfiction, Angst WARNING: MENTAL ILLNESS! Adaptasi dari AU berjudul 'Astra dan Dunianya' karya @icalwrites (Twitter) ©icalwrites