Perkenalanku

3K 45 3
                                    

Sore itu pukul 3, setelah sholat aku bergegas untuk mandi mumpung Azzam sedang tidur, lagipula dari kemarin aku belum mandi. Setibanya di kamar mandi kulepas gamis yang kupakai sejak kemarin, kemudian kulepas bra yang menutupi payudaraku yang telah berukuran 36B itu. Setelahnya kulepas celana dalamku, terlihat disana ada penis yang sudah mengecil dan lemas. Kunyalakan shower dan mulai membasahi seluruh badanku. Semenjak menjadi cewek moment mandi seperti ini selalu aku nikmati, apalagi saat menyabuni payudaraku yang kenyal ini.

"Aaahhh..." aku sedikit mendesah saat tanganku menyabuni payudara.

Sore itu entah kenapa aku sedikit lebih bernafsu, kuremas payudaraku dengan tangan kiri sambil tangan kananku memainkan penis yang telah lemas itu. Kukencangkan permainan tangan di penisku.

"Ah.. Ah..." desahannku mulai keras namun tersamarkan oleh suara air dari shower ini.

Ditengah keasyikanku, tiba-tiba kudengar pintu diketuk yang membuatku terpaksa menghentikan permainan sore itu. Dengan cepat kuraih handuk dan mengeringkan tubuhku. Setelah kering kugunakan handuk itu untuk menutupi area dadaku. Ketukan dari pintu terus berlangsung.

"Iya tunggu sebentar" ucapku pada orang di luar pintu.

Dengan cepat kubuka tasku, kuraih gamis polos warna hitam, celana dalam renda, namun tidak ada bra disana. Kucari terus hingga ku keluarkan semua isi tasku namun juga tidak ada bra didalamnya. Aku berlali kembali ke kamar mandi untuk memakai bra yang sebelumnya kupakai, namun sayang, bra itu sudah terlanjur basah karena terkena air showerku tadi. Ketukan pintu itu kembali lagi, aku yang panik akhirnya memakai cd dan gamis saja tanpa bra, saat memakainya terlihat putingku menyeplak pada gamis itu. Kemudian ku kenakan hijab bergo warna hitam yang menutup dadaku.

Kubuka pintu yang terus diketuk itu, saat pintu terbuka terlihat sosok dr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kubuka pintu yang terus diketuk itu, saat pintu terbuka terlihat sosok dr. Adit di depan pintu.

"Kenapa sih? Gak sabaran banget!" ucapku pertama kali menyambutnya.

"Orang bertamu tuh disambut yang baik lho. Malah marah-marah" protesnya.

"Yaudah ada apa? Gue lagi mandi tadi, jadi buru-buru kan" tanyaku pada dr.Adit.

"Ini aku bawain makanan, buat kita makan bareng, sebagai permintaan maaf aku juga buat kejadian tadi pagi" ucapnya seraya menunjukkan dua bungkusan makanan di tangannya.

Aku yang memang sejak siang lapar akhirnya mengajaknya masuk ke kamar.

"Yaudah sini masuk" ucapku.

dr. Adit kemudian duduk di sofa dan membuka dua bungkusan itu. Terlihat ada nasi serta ayam goreng di dalam kotak yang ia bawa.

"Ini makan dulu" ajaknya.

Aku kemudian duduk menghadapnya, dan mulai mengambil makanan itu. Kusingkap bagian depan hijabku yang menutup dada karena takut terkena makanan, lalu kusantap ayam goreng itu tanpa sepatah katapun kuucapkan ke dr. Adit. Namun kemudian dr. Adit membuka percakapan.

"Jadi nama kamu Adila?" tanyanya berbasa basi.

"Iya, kan lo udah tau tadi pagi" jawabku ketus.

"Iyaiya. Terus lo tinggal dimana?" tanya dr. Adit.

"Gaperlu lo tau, nanti lo samperin lagi" ucapku mengeles karena sebenarnya aku bingung harus menjawab apa.

Perbincangan pun juga semakin intens, dr. Adit menceritakan tentang latar belakang keluarganya. Ternyata rumah sakit ini adalah milih ayahnya yang juga merupakan seorang dokter. Jadi sangat mudah baginya untuk keluar masuk bekerja di rumah sakit ini.

Ditengah obrolan aku menyadari tatapan dr. Adit yang sesekali melirik payudaraku, aku lupa tujuanku memakai hijab menutup dada adalah untuk menutupi payudaraku yang tidak mengenakan bra. Namun entah mengapa kubiarkan tatapan itu, seperti menikmati dan merasakan sensasi tersendiri. Hingga tanpa sadar celana dalamku mulai basah.

Setelah selesai makan, dr. Adit berpamitan pulang, namun sebelum pulang kami sempat bertukar nomor ponsel untuk memudahkan berkomunikasi lagi. Kemudian dr. Adit berpamitan pulang dan meninggalkan kamarku. Bergegas kututup pintu dan mulai menyingkap gamis yang kupakai, disana kulihat celana dalamku yang basah.

Segera aku masuk ke kamar mandi dan membuka celana dalamku, aku sudah tidak tahan memainkan kembali penisku itu. Kuraba payudaraku dengan tangan kiri, dan kumainkan penisku dengan tangan kanan lagi. Namun anehnya, aku membayangkan dr. Adit yang meremas payudaraku, entah kegilaan apa yang tengah merasukiku.

"Ah... Terusin dok... Ah..." ucapku terus mendesah.


Masa Depan Yang Tidak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang