Program Rahasia

4.7K 61 8
                                    

"Yan, lo kemana sih kok ngilang? Gue ke rumah lo juga kosong. Doain gue ya, gue mau ngelamar kerja, kemarin Intan telpon gue nawarin kerjaan, semoga kali ini diterima biar gue gak nganggur" tulisku pada kolom chat whatsapp dengan Rian, namun hanya ceklis satu saja status dari pesan yang kukirim.

Sudah sekitar dua minggu Rian sulit dihubungi, rumahnya juga terlihat kosong tanpa penghuni. Aku sangat heran, sebab tidak biasanya rumah Rian kosong dengan waktu yang sangat lama. Karena biasanya ada Ibunya Rian atau adiknya di rumah.

Pagi itu, dua hari setelah Intan menelponku, jadwal sosialisasi program tersebut dilaksanakan, aku menuju ke Graha Angklung dengan menggunakan angkot. Intan memberitahuku sehari sebelumnya bahwa peserta wajib mengenakan kemeja putih dan celana bahan panjang warna hitam. Akupun menurutinya dan mengenakan kemeja putih lengan panjang dan celana bahan warna hitam.

Sekitar 30 menit naik angkot akupun turun di depan Graha Angklung, di sana sudah banyak pria dengan pakaian putih hitam berdiri menunggu masuk ke gedung. Banyak petugas keamanan juga berjaga disana melebihi jumlah saat digelar konser musik.

"Hampir aja aku telat" gumamku sambil berlari ke arah barisan orang yang mengantri tersebut.

Terlihat beberapa meja registrasi di depan gedung dengan beberapa orang lelaki paruh baya yang menjadi petugasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terlihat beberapa meja registrasi di depan gedung dengan beberapa orang lelaki paruh baya yang menjadi petugasnya. Para lelaki tersebut memegang sebuah alat seperti pembaca barcode pada kasir supermarket. Tak jauh dari meja tertulis tulisan "Meja 1 : Cek Warna Kulit" di selembar kertas yang ditempel.

"Hah apaan kok ada cek warna kulit sih?" gumamku heran.

Terlihat petugas tersebut menyamakan palet warna tersebut dengan warna kulit peserta. Banyak peserta yang akhirnya diminta untuk pulang karena warna kulit yang terlalu gelap menurut kriteria panitia. Sampai tibalah giliranku.

 Sampai tibalah giliranku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Coba tangannya mas sini. Oke bagus, silahkan masuk dan duduk ya" ucap petugas itu menempelkan alat tersebut ke kulit wajahku dan tak lama hasilnya keluar di komputer.

Akupun masuk ke ruangan dan duduk di salahsatu kursi, terlihat telah banyak peserta pria yang duduk juga. Di dalam ruangan terdapat sebuah spanduk bertuliskan "Selamat Datang Di Sosialisasi Program Indonesia Cantik". Beberapa orang panitia terlihat mondar mandir mempersiapkan acara tersebut. Aku bisa memperkirakan mungkin peserta saat itu ada 1000 orang, mengingat Graha Angklung merupakan gedung pertemuan paling besar di kotaku.

Sekitar 30 menit menunggu, acarapun dimulai, terlihat beberapa panitia dibantu petugas keamanan menutup pintu rapat-rapat. Dari balik panggung naik seorang laki-laki dengan mengenakan kemeja batik lengan panjang ke tengah panggung dan mengambil mic.

"Assalamu'alaikum, selamat pagi" ucap lelaki itu dari atas panggung membuka acara.

Lelaki tersebut memperkenalkan diri, dia adalah Pak Husein, salahsatu pejabat kependudukan di kementerian. Pak Husein memulai sosialisasi ini dengan menampilkan beberapa tayangan.

"Tahun 2050 ini, negara kita tengah krisis kependudukan, jumlah gender tidak seimbang. Ini akan jadi masalah kedepannya" jelas Pak Husein.

Kemudian Pak Husein melanjutkan bahwa krisis kependudukan ini menjadi ancaman besar kedepannya. Jumlah wanita yang langka akan menyebabkan maraknya hubungan sesama jenis, penyakit menular seksual akan menular tanpa terkendali, wanita akan dijadikan alat perdagangan karena dianggap langka, angka kelahiran menjadi menurun, serta lapangan kerja yang akan semakin sulit untuk pria.

Kemudian Pak Husein menjelaskan program Indonesia Cantik, program ini dipercaya akan meminimalisir resiko yang terjadi akibat krisis kependudukan. Program ini nantinya akan melatih para pria untuk lebih terampil dan menyalurkan mereka pada pekerjaan-pekerjaan di pemerintahan maupun BUMN. Program ini juga diadakan secara nasional di seluruh kota besar di Indonesia.

"Program ini ditujukan untuk laki-laki yang memiliki usia 17-24 tahun, makanya tadi alat cek warna kulit itu juga bisa mendeteksi usia kalian, gak bisa dibohongi" jelas Pak Husein.

Namun saat Pak Husein meneruskan penjelasannya, aku dan seluruh peserta kaget bukan main.

"Seluruh peserta yang lolos nantinya akan kami jadikan wanita seutuhnya dengan berbagai operasi transgender, dan hidup sebagai wanita selamanya" terang Pak Husein.

Seluruh peserta yang hadirpun kaget, dan mulai berteriak protes. Namun pihak keamanan sigap menenangkan peserta. Setelah cukup tenang Pak Husein melanjutkan penjelasannya.

"Benefit yang didapatkan yaitu pekerjaan tetap di BUMN maupun Pemerintahan, rumah tinggal, jaminan hari tua, beasiswa kuliah, dan tunjangan perawatan wajah dan tubuh" jelasnya.

"Sebelum saya melanjutkan, silahkan yang ingin mengundurkan diri dari program ini berdiri dan keluar ke meja sana" ucap Pak Husein sambil menunjuk meja sebelah pintu belakang.

Banyak orang yang berdiri dan memilih keluar dari ruangan. Namun sesampainya di meja, peserta ditempel suatu alat mirip thermo gun yang diarahkan ke kening mereka. Setelah petugas menempelkan alat tersebut, terlihat peserta seperti tersetrum beberapa detik dan kemudian linglung. Peserta yang telah ditempel alat tersebut kemudian dituntun panitia untuk keluar gedung. Banyak peserta yang ketakutan melihat alat tersebut dan suasana kembali ricuh. Dan lagi-lagi dengan sigap pihak keamanan menenangkan keadaan.

Pak Husein menjelaskan apa sebenarnya alat tersebut.

"Jadi alat itu adalah alat penghapus memori singkat, ingatan kalian selama 30 menit sesi ini akan dihapus sehingga kalian tidak akan membocorkan ke orang lain" jelasnya dari atas panggung menggunakan pengeras suara.

"Tenang saja, alat ini aman dan tidak merusak tubuh. Setelah keluar silahkan kalian ambil uang pengganti transport" tambah Pak Husein.

Pak Husein menjelaskan bahwa ini adalah program rahasia pemerintah, karena dikhawatirkan akan menimbulkan kekacauan baru, sebab masih banyak penolakan-penolakan khususnya dari tokoh agama akan program ini.

Akupun bingung antara ikut keluar atau tidak, selama 30 menit itu akupun berfikir matang-matang, antara kebutuhan dan ketakutanku melakukan perubahan besar dalam hidupku. Aku takut bagaimana keluargaku nanti melihat perubahanku. Seperti membaca pikiranku, Pak Husein meneruskan penjelasannya.

"Tenang saja, kalian yang ikut program ini akan kami bantu jelaskan kepada keluarga kalian. Atas nama negara akan membuat orang tua kalian menerima kalian" tegas Pak Husein.

Mendengar penjelasan itu akupun menyetujui, aku pikir ini satu-satunya jalan yang bisa aku tempuh untuk menaikkan perekonomian keluargaku.

Setelah semua peserta keluar, penjelasan dilanjutkan oleh Pak Husein. Terlihat hanya 40 orang saja tersisa dari ribuan orang saat itu. Selanjutnya kami dibagikan kertas perjanjian yang terdapat materai diatasnya. Perjanjian ini adalah komitmen keikutsertaan kami dan komitmen untuk merahasiakan program ini. Jika kami membocorkan progam ini maka hukumannya adalah penjara seumur hidup, hukuman yang tidak main-main. Akhirnya akupun menandatangani berkas tersebut dan mengumpulkan kembali kepada panitia.

Acarapun selesai, aku keluar dari gedung dan ternyata di luar sudah banyak orang mengantri untuk masuk. Sepertinya memang ada sesi kedua untuk sosialisasi program ini.

Masa Depan Yang Tidak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang