23

21.7K 913 13
                                    

-

-

-

Laura memasuki rumahnya dengan jalan sempoyongan, menahan sakit di kepalanya dan juga rasa mual yang hadir sejak bangun tidur. Semalam dia benar-benar gila, melampiaskan amarahnya pada Darius dengan mabuk hingga pingsan. Tetapi untungnya Laura pergi ke club itu bersama Andri--cowok yang dia percaya untuk menjaganya sehingga bisa pulang dengan selamat tanpa kekurangan apapun.

Felix melihat Laura berjalan menghampirinya yang sedang berada di dapur, lebih tepatnya Laura menuju lemari pendingin untuk mengambil air mineral karena tenggorokannya sangat kering.

"Dari mana lo? Jam segini baru pulang?" selidik Felix, dia sedang memakan buah apel dan duduk di kursi.

"Bukan urusan lo!" sinis Laura, dia menenggak air mineral itu sangat banyak tetapi bukannya lega, Laura semakin mual. Laura berlari ke wasthafel, memuntahkan semua cairan bening yang keluar dari mulutnya.

uwek uwek

Felix terperengah, dia menaruh apelnya di meja lalu menghampiri Laura, dia bersandar di tembok sembari bersidekap dada dan menatap Laura intens. "Lo hamil?" tanya Felix.

Mata Laura membola, meskipun dia sering pergi ke club malam tetapi dia msih bisa menjaga dirinya aga tetap utuh.

"Gila aja lo!!" sungut Laura.

"Kirain." kekeh Felix.

Laura tidak menjawab, dia segera berlalu dari sana meninggalkan Felix, menaiki anak tangga dengan berusaha mengimbangi langkahnya yang gontai.

Felix menghela nafas karena tidak bisa mengabaikan Laura begitu saja. Dia megikuti dan kini berdiri di belakang Laura, menjaganya agar tidak terjatuh.

"Lo minum berapa botol sih sampe gini amat?" tanya Felix bertepatan dengan Laura yang hampir terjatuh karena salah menginjak, sontak saja Felix langsung menahan tangannya membuat Laura sangat kesal.

"Awas!" sentak Laura tetapi tidak bisa karena Felix langsung mengondongnya tanpa permisi,

"Ck, apaan sih lo!" sungut Laura memukul dada bidang Felix.

"Gue bantu bego! Lo mau jatuh dari tangga. Ntar kalo lo masuk rumah sakit, gue lagi yang disalahin." jawab Felix.

"Awas! Nggak perlu." ucap Laura, dia memberontak dengan susah payah karena Felix menggendongnya denga kuat

"Lepas nggak!" marah Laura.

"Diam, ntar jatuh." sungut Felix, dia menatap tajam hingga Laura diam tak berani membantah lagi.

Mereka sampai di kamar Laura, wanita itu mengernyit karena Felix tak juga menurunkannya setelah berada di dalam. "Udah sampe, kenapa lo nggak turunin gue?" tanya Laura.

Felix menyeringai lalu membawa Laura kamar mandi. "Lo mau apain gue sih?!" kesal Laura tetapi Felix tak menjawab, dia menurunkan Laura di bathub dan tiba-tiba menyemprotkan air ketubuhnya.

"Kyaaaa!!" kaget Laura, dia berusaha menghalangi Felix tetapi tidak bisa karena Felix menahannya dan terus saja mengarahkan air shower itu hingga tubuhnya basah kuyup.

Felix menyudahi itu, dia tersenyum melihat ekspresi Laura yang sepertinya ingin meledak, bersiap mengumpatinya.

Felix berjongkok di samping bathup, "Badan lo bau penghuni neraka." cibir Felix.

"Brengsek pergi lo!" Marah Laura.

Bukannya pergi Felix semakin mendekat, "Lau, cari perhatian sama bokap lo jangan segitunya. Mabuk-mabukan cuma buat badan lo rusak, bokap lo tetap nggak akan peduli." ucapan Felix dan Laura hanya diam menatap Felix nyalang.

"Pikir!" ucap felix lagi sembari menonyor kening Laura dengan telunjuknya, dia tersenyum puas lalu beranjak pergi.

"Sialan lo!!" teriak Laura.

-

-

-

Malam itu, Felix berada di dapur sedang membuat makan malam karena hari minggu asisten rumah tangga tidak bekerja di rumahnya.

Felix menatap Laura yang baru saja turun dengan memakai baju tidur motif bear, seketika dia teringat dengan Embun lalu tanpa sadar tersenyum tipis.

"Imut." batinnya, tetapi beberapa detik kemudiam dia kaget dengan ucapnnya sendiri, 

"Amit-amit." Felix menggeleng pelan, mengabaikan Laura yang sedang mengernyit memperhatikannya.

"Kenapa lo?" tanya Laura.

"Kanapa? Mata lo nggak liat gue lagi ngapain?!" jawab Felix asal lalu dia kembali fokus pada masakannya yang hampir matang--mie instan tetapi tidak seinstan namanya.

"Nggak nyambung!" Laura ingin beranjak tetapi wangi mie yang dibuat Felix mendadak membuatnya lapar dan tanpa sadar memperhatikan Felix yang sedang memasak.

"Apa?! Mau?" tawar Felix dengan tatapan mengejek.

"Hm."

"Masak sendiri, sana."

"Nggak bisa."

Laura berlalu dari sana, dia malas melakukan apapun karena biasanya diakhir pekan dia hanya tidur seharian dan sore harinya pergi sampai larut malam. Tidak seperti sekarang, Laura tidak bebas pergi kemanapun karena Felix selalu mengawasinya.

"Ck ngerepotin!" batin Felix.

Felix ingin sekali mengabaikan dan bersikap acuh pada Laura, tetapi tidak bisa karena ayah barunya sudah menitipkan Laura padanya. Seperti barang berharga yang harus dijaga dengan hati-hati, Felix harus melindungi Laura yang menurutnya tidak perlu dilindungi.

Felix membawa nampan berisi dua mangkuk berisi mie dan 2 gelas air mineral, lalu menyusul Laura yang sedang duduk sembari menonton televisi di ruang tamu,

"Nih." Felix menari tangan Laura lalu memberikan semangkuk mie yang dia bawa tadi lalu duduk di samping Laura dengan santai.

"Apaan?" Laura mengernyit, menatap mangkuk berisi mie yang berada di tangannya.

"Katanya lo mau? Gue bikinin. Gratis buat lo." Felix tersenyum, meski terpaksa dia harus bersikap ramah pada adik tirinya itu. Agar Laura selau menuruti ucapannya dan tidak membuatnya susah.

"Bukannya lo yang hidup gratis karna nyokap lo nikahin bokap gue." sinis Laura.

Felix mengedikkan bahu, "Terserah lo mau mikir apa?! Tapi seenggaknya makasih dong, 'kan udah gue masakin." ucapnya lalu menatap Laura, mengoda.

"Kesedak baru nyahok lo!" lanjutnya dan tepat setelah mengucapkan itu, Laura langsung terbatuk ketika memasukan kuah mie itu ke dalam mulutnya.

Ukhuk ukhuk

"Lau! Lo nggak apa-apa?" Felix panik seketika, dia mengambil gelas berisi air mineral lalu memberikannya pada Laura.

"Lo nggak ikhlas ya masakinnya!" sungut Laura setelah menenggak air mineral itu setengah. Sebenarnya itu hanya alasan, dia tersedak karena tiba-tiba tatapan Felix terlihat sangat mempesona.

"Makanya kalo makan jangan sambil ngomel." Felix tersenyum, hal itu kembali membuat Laura terpesona apalagi tangan Felix mengusap pucuk kepalanya dan menatap penuh kasih sayang, rasa yang selama ini dia rindu dan harapkan dari ayahnya dan Langit.

"Apaan jantung gue!"

"Kenapa?" tanya Felix karena Laura hanya diam membeku.

"Nggak!" Laura menyentak tangan Felix yang masih mengusap pucuk kepalanya dengan pelan, menaruh mangkuk yang tadi dia pegang di meja lalu pergi tanpa menghabiskan isinya.

"Lau!"

-

-

-

Follow Ig nya ya @pesona_chan

N

Follow juga twitternya @pesona_chan

Up spoiler di sana💙

DAMN'IT FIANCE || endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang