3 - Awal pt.3 (END)

0 1 0
                                    

"Ma, Aku mau pulang"

Setelah mengucapkan itu, tangisku justru malah semakin keras. Mama sama sekali tidak menjawab permintaanku, begitupun denganku yang masih terus menangis dan tidak berniat menjelaskan apapun.

Lalu suara Mama mulai terdengar lagi. Tidak sesuai dengan harapanku Mama berkata dia tidak bisa jika harus datang untuk menjempuku hari ini, karena tidak ada kendaraan, juga pasti butuh ijin kepada Ibu Nyai agar aku bisa mendadak pulang. 

Untungnya hari itu aku mau mengerti.

Hingga akhirnya aku memutuskan untuk kembali berkata, "Minggu depan ya, jemput!" pintaku lagi. Saat itu yang ada dalam pikiranku, aku hanya ingin lari, entah lari kemanapun, yang pasti aku ingin lari.

Setelah mendengar persetujuan dari Mama, aku menutup telpon itu. Namun setelahnya aku sadar, aku lupa menanyakan alasan Mama menelpon saat itu. sedikit membuatku menyesal dan merasa bersalah.

Hari kembali berjalan sesuai jadwalnya. Berita mengenai aku yang menangis keras tersebar sangat cepat bahkan sampai ke telinga Lukman, dan lagi-lagi dia ikut campur.

Dia terus mendesakku bercerita, menanyakan aku kenapa, atau apa yang aku mau, sepertinya dia melakukan itu agar aku tidak lagi sedih. Katanya dia khawatir, tapi aku justru semakin kesal padanya. Ingin sekali saat itu aku berteriak di depannya, mengatakan bahwa aku sedang ingin sendiri dan memintanya jangan mengganggu. Tapi lagi-lagi aku sadar, hanya Lukman yang mau peduli padaku.

Dan Malam akhirnya tiba, aku sudah menghafal dua halaman pidato kemarin, tapi belum hafal untuk yang baru. Tapi setelah shalat Isya nanti aku harus menyetor hafalan. Aku takut.

"tok tok tok"

Pintu kamar asramaku tiba-tiba diketuk, artinya yang datang bukan santri dari kamar itu. Karena posisiku jauh dari pintu, aku berniat mengabaikannya, dan membiarkan santri lain yang membuka pintu untuk tamu itu.

Tapi teman selemariku berkata padaku, bahwa yang datang adalah Mama. Aku langsung berdiri, terkejut sekaligus senang. Aku tidak menduga Mama benar-benar datang hari ini, kukira dia tidak bisa datang. Tapi dia datang. Membuatku langsung memeluknya erat.

Lalu aku mendengar langsung dari mulut Mama, aku akan pindah. Tidak lagi bersekolah di pesantren ini. Awalnya aku terkejut dengan keputusan Mama yang sepihak, tapi aku setuju. Aku memang ingin menjauh dari tempat ini.

Dan kami akhirnya menemui Ibu Nyai. Dibantu Mama yang menggenggam tanganku, memberiku kekuatan untuk berbicara.

Aku akhirnya menceritakan semua yang aku alami selama sebulan ini. Semuanya aku ceritakan tanpa aku tutup-tutupi ataupun aku lebihkan. Aku hanya menceritakan secara lengkap, segala hal yang aku rasakan selama sebulan terakhir.

Mulai dari pemindahan kamar secara paksa 6 santri putri, yang akhirnya aku ketahui itu hanya karena agar para senior dapat mengawasi kami secara langsung. Lalu perlakuan mereka yang tidak mau menyimak aku mengaji, dengan alasan aku baru saja khatam Iqra. Ku ungkapkan semua, karena saat itu aku sudah benar-benar muak.

Ketika mendengar perkataaku Ibu Nyai benar-benar terkejut, namun beliau tenang dan memintaku tetap bersabar bahkan menyarankan padaku untuk hanya pulang saja. Beliau akan menegur dengan tegas para senior yang merundungku, dan setelah suasana kembali tenang, aku diharapkan dapat kembali.

Begitulah awalnya.

Awal dimana akhirnya aku berada didalam mobil bersama Mama dan pamanku.

Dengan penuh keyakinan, Mama memohon maaf pada Ibu Nyai untuk membawaku pulang, dan akan memikirkan mengenai kembali, setelah kami sampai dirumah.

Malam itu Hujan turun lagi seperti malam kemarin.

Dan aku pulang untuk memulai cerita yang baru.





bersambung~












*Special part.

"50 KILO??"

Aku ada di puskesmas sekarang, untuk mengecek keadaanku. Karena setelah dua hari pulang aku justru demam tinggi. Aku tidak sendiri ada pamanku yang mengantarku sekarang.

Jika kalian bertanya kenapa aku terkejut, karna sebelumnya beratku 72kg, yang artinya aku turun 20kg karena stress. Mendengar keadaanku, Paman langsung marah-marah, sambil mengucapkan berbagai kata kasar.

Paman menjadi sangat benci, dia bahkan berkata padaku untuk jangan pernah kembali. Baginya tidak ada manusia yang akan melakukan itu. Lebih baik untuk tinggal bersama orang tua, daripada kembali hanya untuk di siksa lagi.

Untuk Mama, setelah pulang, aku baru tahu sebenarnya malam kemarin adalah hari dimana Mama pulang dari Rumah Sakit karena sakit tipes. Entah kenapa perasaanku malah semakin tercampur aduk.

Membuatku jadi tidak ingin kembali dan menjaga Mama dirumah.

*Special Part END


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

POTRET HITAM PUTIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang