36.

3.3K 121 0
                                    

Sayang

Happy reading!
=====

Zayn melirik Zhafira yang lebih banyak diam. Membuat suasana di sekitar mereka sedikit berbeda menurut Zayn.

"Lo nggak mau nyoba sesuatu?" Tanya Zayn membuka pembicaraan.

Zhafira menoleh dengan wajah lesuhnya. "Disini?" Tanyanya.

"Hm," dehem Zayn.

Netra Zhafira berpendar, menyusuri setiap sudut tempat itu yang tidak berujung.

"Apa yang mau di coba?"

"Terserah lo, gue nurut aja," imbuh Zayn.

Zhafira menatap Zayn tidak percaya. Otak cowok itu pasti tidak beres. Kalau begini, Zhafira sedikit menyesal mengikuti Zayn ke tempat ini.

Seharusnya dia pulang saja tadi. Tidak mengiyakan ajakan Zayn yang keukeuh agar dia ikut. Padahal Zhafira ingin pulang saja ke rumahnya. Meratapi nasibnya yang tidak semulus jalan raya yang baru di aspal.

Zhafira menggeleng pelan, sangat tidak menyangka kalau mereka akan berakhir disini. Di bagian pantai yang minim penerangan, padahal di ujung kanan mereka terdapat tempat yang di hiasi lampu warna-warni yang tampak cantik, dan di tunjang fasilitas berupa cafe.

"Lo aja, gue masih mau hidup!" Cetus Zhafira ketus. Berhenti melamunkan sesuatu yang membuatnya setengah menyesal, setengah pasrah.

"Maksud lo?"

Zhafira memberenggut. Kedua tangannya membingkai wajah Zayn, memaksa cowok tidak peka itu untuk melihat sekitar mereka dengan jelas.

"Buka mata lo lebar-lebar! Menurut lo gue punya pilihan disini?" Kesal Zhafira. "Lo nggak lihat tempat yang lo pilih nggak ada bagus-bagusnya!"

Zayn menyingkirkan tangan Zhafira dari wajahnya. Di perlakukan seperti itu cukup membuatnya pegal.

"Nggak bagus gim-"

Kalimat Zayn selanjutnya tertelan, karena Zhafira yang menjulang di hadapannya.

"Kalau lo mau berenang sendiri aja sana! Gue ogah! Udah tempatnya sepi, penerangannya minim, kalau siang masih bagus, lah ini malam! Orang bodoh mana yang mau beraktivitas disana?" Cecar Zhafira.

Mata Zayn mengikuti arah yang di tunjuk Zhafira. Dia mengumpat pelan. Menatap air pantai yang cukup tenang, namun menyeramkan untuk di jejal di malam hari seperti sekarang. Terlebih di waktu yang menunjukkan pukul dua puluh dua.

"Dasar nggak punya modal!"

Zayn menarik paksa Zhafira agar duduk kembali. "Ma-"

"-basi!" Potong Zhafira.

Selalu seperti itu, Zayn terlalu menyepelekan sesuatu. Maafnya tidak pernah berarti penyesalan, karena cowok itu akan mengulangi kesalahannya lagi dan lagi.

"Zha, lihat gue," panggil Zayn.

"Apa?"

Zayn terkekeh. "Galak banget," tandasnya.

Critical Point (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang