"Aha.." Sisil. Gadis cantik dengan surai sebahu itu memandang ke seberang jalan, netranya menangkap sebuah benner dengan tulisan yang cukup besar. Lantas bibirnya mengucapkan satu kata dengan jari yang dijentikkan ke udara "Al-Barokah".
"Lo yakin, kita akan masuk ke rumah makan itu?" Alexa. Gadis yang berdiri disampingnya bertanya meyakinkan, jari telunjuknya menuding keseberang, tampak masih ragu akan ajakan Sisil.
"Kira kira kalau masuk kesana, apa lo bisa jamin didalamnya gak bakal ada pembahasan soal keyakinan yang bisa menyinggung kita. secara saja, tempat itu adalah tempat makan islami. Gue enggak yakin deh.." ucap Andre, lelaki yang sejak tadi berdiri bersama kedua wanita itu.
"Emang kita mau makan dimana lagi selain disini. Rumah makan terdekat rata rata ya seperti ini, dan hanya tempat ini yang paling menjamin kesterilannya. Kalian berdua punya request tempat steril lain, kah?"
Alexa dan Andre kompak menggeleng
"Ya udah gue lapar banget, terserah kalau kalian enggak mau ikut, Gue masuk dulu. By.." Gadis berlipstik merah merona itu melambaikan tangan dan melangkahkan kaki dengan anggun diatas high hels berhak tinggi, lengan kanannya terlihat ribet menenteng tas kerja. Yah, mereka semua tengah melakukan rapat di luar kota dan baru saja selesai "Rapat nguras tenaga" Sisil menggumam ditengah langkahnya yang terhenti, menunggu jalanan ada celah untuk menyebrang seraya menghembuskan napas agak kasar.
Kedua temannya saling pandang saat merasa ditinggal oleh Sisil. Mereka mengalah, perutnya tak kuat lagi untuk ditahan atau diajak bernegosiasi barang sekejap. Bunyi keroncongan langsung terdengar dari perut keduanya. Membuang ego yang sejak tadi dipertahankan, mereka berlari mengejar Sisil yang sudah hampir masuk pintu rumah makan.
"Tunggu Sil, kita ikut" Andre berteriak membuat langkah si empu nama terhenti. Kepalanya menoleh kebelakang tanpa berbalik diri. Sisil menunggu keduanya sampai tiba di dekat dirinya.
Dengan senyum mengejek, Gadis yang masih setia di depan pintu tanpa membukanya itu menoleh ke arah kedua partner kerja sekaligus sahabatnya yang sudah sampai disampingnya "lapar?" tanyanya saat mendengar bunyi perut Alexa dan Andre. Tawanya tak lagi bisa di tahan.
"Hehe.. Udah gak kuat, Sil" Andre nyengir dengan satu tangan memegang perutnya yang baru saja berbunyi.
"Makanya... Kalau lapar, jangan kebanyakan mikir. Kalau ada yang menyinggung soal agama, kan tinggal stel cuek aja. Gampang kan?. Toh disini memang wilayah mereka. Kita mah, bisa apa?" Sisil yang memang selalu berpikiran terbuka dan sangat care terhadap toleransi agama, memilih tak perduli. Dengan sikapnya yang seperti ini, bukan berarti dia menyepelekan agamanya. Hanya saja, dia tak mau ambil pusing dengan perasaan over yang menimbulkan keributan, dia lebih suka perdamaian.
Hanya sekedar mengisi perut di tempat makan orang islam, gak akan menyebabkan dirinya mengkhianati Tuhannya bukan?. Jadi apa masalahnya, makan kan urusan manusiawi, tak ada sangkut pautnya dengan Ketuhanan sama sekali. Begitu pikirnya.
Dengan elegan dan melenggak lenggokkan badan, Sisil berjalan mendahului keduanya. Perutnya sudah tak tahan, ingin di asupi makanan secepatnya.
"Dasar sok cantik!!" Alexa berucap dengan maksud dan tujuan bercanda. Mereka menyusul Sisil yang baru saja masuk kedalam, dan menemukannya memesan makanan hanya untuk dirinya sendiri.
"Heh... Lo pesen apa?" Andre bertanya ketika posisinya sudah di depan Sisil yang hendak berbalik. Netranya mengedarkan pandang, guna mencari meja kosong yang nyaman.
"Kepo.." Sisil melintas tanpa menjawab dengan benar, Andre yang menerima kata seperti itu hanya memaklumi saja, dia mengedikkan bahunya acuh, mengangkat ujung bibirnya dan tersenyum kecil. temannya yang satu itu memang rada nyebelin. tapi aslinya, dia memiliki jiwa penyayang terhadap orang terdekatnya, termasuk kawan kawannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah
Любовные романыIngin yang berawal dari Angan Kisah yang seiring dengan Kasih Kenang yang terukir dibalik Kening ~Sisilia Mentari Sisilia Mentari. Sosok Gadis karir nan muda, yang sekali pandang hatinya langsung tergerak mengagumi seorang pria yang baru dijumpainya...